"Perlu tumpangan untuk pulang?"
.
.
.
.
.Yoongi tersentak dalam lamunannya. Nyaris terjatuh akibat tersandung kakinya sendiri jika saja sebuah uluran tangan tidak menahan tubuhnya dan membiarkan tangannya berpegangan kuat meraih uluran tangan tersebut.
Ia sontak melompat menjauh, menyadari ada seseorang yang tiba-tiba muncul di dekatnya. Namun, pada kesempatan berikutnya, Yoongi justru mendengus kesal ketika melihat sosok Jimin yang tersenyum ke arahnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Yang tadi itu, nyaris sekali", Kata Jimin menunjukan seringaiannya yang terlihat menjengkelkan bagi Yoongi.
"Kau?! Bagaimana bisa kauㅡ"
"Orang bilang, jika dua orang sering tanpa sengaja bertemu, mungkin saja mereka berjodoh, benar?"
"Tskㅡ omong kosong", Yoongi tak lagi peduli pada kemunculan Jimin. Dia lebih memilih melenggang pergi dan mengacuhkan keberadaan Jimin.
Jimin tak menyerah. Ia pun mengejar Yoongi lalu berjalan di sebelah namja yang tingginya tak jauh beda dengan dirinya tersebut. Ia berjalan dengan santai. Matanya tak dapat terlepas dari sosok di sebelahnya kini. Tidak peduli jika ia bisa saja menabrak sesuatu nanti karena tak benar-benar memerhatikan jalan di depannya. Nyatanya, kehadiran Yoongi lebih menarik menjadi fokusnya kini.
"Apa gerangan yang membuat si cantik ini berjalan sendiri malam-malam begini, hm?", Jimin mulai menjalankan aksinya. Seperti biasa hanya menggoda Yoongi.
"Bicara lagi, maka aku jamin kau tak akan pernah pulang ke rumah, Park?!"
Ughㅡ sadis sekali pujaan hati Park yang satu ini, bung.
"Dengan senang hati jika memang kau ingin membawaku pulang bersamamu", Tukas Jimin tak mengindahkan tatapan tajam yang diberikan Yoongi padanya.
Sabar, Min Yoongi.
Kau harus sabar.
"Kau mau pulang? Perlu tumpangan untuk pulang? Aku siap kapan saja untuk mengantarmu pulang, hyung", Jimin melangkah mendahului Yoongi. Berdiri tepat dihadapan namja bermarga Min itu sembari berjalan mundur mengimbangi langkah kaki kecil Yoongi.
"Perlu kau ingat, Park. Aku ini bukan kakakmu, jadi jangan panggil aku hyung. Dan... Cihㅡ tumpangan untuk pulang katamu? Kau saja hanya bermodalkan kedua kaki pendekmu itu sekarang. Apa gunanya menawariku untuk pulang bersamamu. Lucu sekali, Park", Yoongi berkata setelah menghentikan gerak kakinya. Mengangkat sebelah alisnya bersamaan dengan ujung bibirnya yang melengkung naik.
"Apa itu berarti kau akan menerima tawaranku jika aku membawa kendaraan untuk mengantarmu pulang?", Jimin ikut menghentikan langkahnya dan bergerak maju mendekati Yoongi. Sedikit membungkukkan tubuhnya. Alhasil wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saat ini.
Yoongi sempat menahan napasnya ketika hidung mereka bahkan nyaris bersentuhan. Dalam hati ia menyumpah serapahi tindakan Jimin tersebut.
"Pergi dari hadapanku, Park?!", Kesal Yoongi. Ia mendorong tubuh Jimin ke samping kemudian kembali melanjutkan langkahnya. Tidak lupa merapal mantra agar Jimin segera lenyap dari dunia atau setidaknya berhenti mengganggunya.
Jangan panggil ia Park Jimin jika begitu saja ia sudah menyerah. Setelah berhasil menyeimbangkan tubuhnya, Jimin pun mengejar Yoongi. Kembali menyamai derap langkahnya.
"Jungkook selalu bilang padaku, kalau kau sering pulang terlambat. Apa kau melakukan sesuatu setelah pulang sekolah?"
Jungkook sialan. Rupanya dia yang membuat namja menyebalkan ini selalu ada kemanapun Yoongi pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love (MinYoon)
FanfictionIn a corner of my memory There's a brown piano A corner of my childhood home There's a brown piano ..... I remember the end of my teens You burned it all together with me, it was a time when I couldn't see An inch before me, I cried and laughed Beca...