Helm Kebesaran dan Motor Matic part 1

11 1 0
                                    

Aku mengeraskan volume pada lapto di depan ku, kemudian mulai terdengar lantunan lagu dari suara emas Siti Nurhaliza. Coba aja aku punya suara kaya dia pasti aku uda ikutan Indonesia Idol dari dulu, dan sekarang album - album aku pasti uda menyaingin Raisa dan Isayana

" woi Kuaci, tolong yah itu musik lo dikecilin dikit. Ada yang nyautin tau rasa lo " aku melirik Caca
Namanya Marsya Maulida, alias Caca. Jabatannya disini Make Up Artis alias MUA. Dia tamatan SMK kejuruan jurusan Tata Rias. Tapi kuliahnya pendidikan olahraga, gak nyambunglah pokoknya. Tapi kemampuan merias dia jangan di tanya lagi, gak kalah sama yang lulusan luar negri. Makanya bos nerima dia jadi MUA tetap disini. Orangnya asik, apalagi Ibunya baik banget. Kalau aku tidur di rumah Caca, pagi - pagi uda disiapin sarapan bergizi dan bekal untuk di bawa kekantor. Bagi anak rantau seperti ku itu pasti rejeki nomplok. Dia lebih tua dua tahun dari ku jadi berhubung aku orang sumatra aku panggil dia kakak, lidah aku agak aneh kalau manggil orang mbak.

" Hendaklah hendak hendak ku rasa, puncaknya gunung hendak ditawan " aku menyanyikan keras - keras tanpa menghiraukan Caca sambil menggigit kuaci

" pagi adeknya abang yang cantik " itu suara bang Andre yang baru datang sambil meletakan helm di meja sudut ruangan

" pagi abang Andre, apakah pagi mu menyenangkan " jawabku sambil mengedip - ngedipkan mata dengan kedua tangan di pipi

" yeeuu, sok imut lo tar "

" ih kenapa sih, kak Caca pagi - pagi gini uda sewot aja. Kelamaan jomblo gini nih efeknya "

" biasa dek dia tuh ngebet kawin, tapi gak ada yang mau " bang Andre berucap sambil berjalan ruang bos

Nah bang Andre ini asistennya si bos, setia bangetlah sama si bos. Umurnya uda 31 tapi belum nikah, jangankan nikah punya gebetan aja gak ada. Makanya kami ngasih dia titel 'Bujang Lapuk'. Padahal mukanya gak jelek - jelek banget, tapi gak juga ganteng - ganteng banget, loh yah.

" lo aja bang yang kawinin kak caca. Cocok uda sama - sama mateng " aku mengetik sesuatu di laptopku untuk membalas email dari desainer yang akan kami pakai bajunya.

" lo kira gue duren mateng? "

" nah, itu kak. Cocok banget perumpamaan itu buat lo, ibarat duren mateng nih udah siap dibelah. Di belah bang di belah " aku menyanyikan lagu Belah Duren, lagu siapa yah itu. Setelah itu aku ketawa sama bang Andre yang bertepatan keluar dari ruangan bos

" makan duren dimalam hari paling enak dengan kekasih, dibelah bang di belah " bang andre nyambung dari mejanya sambil menggoyangkan jempolnya

" pagi " aku menoleh ke arah tangga, disana si bos berjalan kearah meja sudut untuk meletakan helmnya.

" pagi boss " jawabku, bang Andre dan kak Caca kompak

" bang kasih senyum penyemangat dong, biar aku semangat hari ini " kataku, pandangan ku mengikutinya yang berjalan menuju ruangannya.

" bang, bang, bang, kamu kira saya abang tukak bakso? " jawabnya, selalu kaya gini. Dia gak suka aku panggil abang. Kata dia aneh banget ada orang manggil dia abang, karna di rumah dia dipanggil mas. Iya dia orang jawa, kata bang Andre sih, bapaknya jawa Jogja asli. Ibu nya jawa tapi ada keturunan peranakan gitu. Untung kulit Si bos gak nurunin ibu nya yang berkulit putih, kalau kulitnya putih nanti dia gak cocok sama aku yang sawo mateng.

" abang tukang bakso mari dong kesini, kasi tari senyum, satu kali saja " aku bernyanyi sambil kembali menghadap ke laptop

" baju buat minggu depan hari ini harus uda ada disini yah Mentari " jawab si bos

" oke sip bos, hari ini aku mau ngambil " aku menatap punggung yang berlalu ke ruangannya

Langit Biru Samudra, berat yah namanya. Si bos di kantor ini. Kantor ini terdiri dari ruko tiga lantai, kami menyebutnya studio. Si bos emang photographer, uda lumayan terkenal di kalangan artis - artis. Karyawan disini tidak banyak ,di lantai satu cuma ada Clara, resepsionis, perempuan paling cantik di studio ini, kemudian Satia sang marketing. Di lantai dua ada aku, bang andre, kak Caca dan Bos yang terpisah ruangannya. Oh yah sampai lupa si duo penghibur Fauzan dan Haikal, tapi mereka lagi gak ke studio hari ini. Sedangkan di lantai tiga studio fotonya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang