4. Teruntuk Anggrek

25 2 1
                                    

Kumi sedang mondar-mandir di depan kamar Anggrek, sedang galau dan dilema rupanya. Kumi membawa kotak makannya yang kucel dengan gemetar. Aneh sekali, padahal mereka satu tempat kos.

"Diberikan atau tidak, ya?"

"Arghhh, sial, aku takut ditolak!"

"Tidak! Aku akan memberikannya! Ini adalah prinsipku!"

"Aku tak mungkin bisa memberikannya..."

"Aih, masa begini saja aku takut. Jangan Menyerah!"

Akhirnya, gadis itu pun memberanikan diri masuk ke kamar Anggrek, sahabat yang sangat dihormatinya.

"Anggrek?"

"Hmm?" Gadis bernama Anggrek itu menoleh, dan wajahnya berubah kaget ketika melihat Kumi, "oh, kamu membuat bekal lagi untukku?"

"Yup. Kamu mau kan?" kumi bertanya, wajah melasnya tampak sempurna.

"Eh, kali ini apa?"

"Tahu telur dan nasi hangat!"

"Oh... "

"Kamu mau kan?"

"Uhm, iya, aku mau."

Kumi menyerahkan kotak bekal itu di pangkuan Anggrek.

"Dihabiskan ya, Anggrek. Nanti kalau tidak dihabiskan aku ngambek lho!"

Anggrek hanya mengangguk sekenanya.

-
-
-
-
-
-
-
-
-

Anggrek sangat suka makan. Makanan favoritnya tidak lain dan tidak bukan adalah tahu telur. Anggrek tentu senang Kumi, tetangga kamarnya, mau repot-repot membuatkan tahu telur khusus untuknya.

Tapi, bukan itu masalahnya.

Makanan buatan Kumi terkenal dengan rasanya yang tak sedap.

"Huh, Kumi, sampai kapan kau mau menyiksaku begini?"

Tapi, Anggrek tetap memakannya. Dia tetap mengunyah meski air mata telah memenuhi pelupuk matanya. Lidahnya terasa seperti disiram air selokan.

Anggrek sudah mau muntah di detik ke tiga.

('T 艸 T)

Dia muntah di detik ketiga juga.

Setelah berkumur dan minum dua gelas air, Anggrek bergumam, "Kumi, masakanmu enak. Setidaknya ini lebih baik dari sebelumnya. Lain kali, masaklah makanan untuk dirimu saja, oke Kumi?"

Anggrek kembali memandangi kotak makan di pangkuannya.

Nasinya terlalu kasar untuk ditelan.

Tahu telurnya terlalu pahit ketika menyentuh lidah, mungkin karena garamnya kebanyakan.

Tapi Anggrek pantang menyerah. Dia kembali makan satu suapan lagi.

Kali ini, Anggrek benar-benar memikirkan Kumi. Kali pertama Anggrek melihat kumi memasak.

"Kumi, apa yang kau lakukan?"

"Memasak sesuatu. Menutmu, memangnya aku sedang apa?"

"Ih, ya tidak perlu ngambek begitu. Huh, kau ini benar-benar-"

"Aku akan membuatkanmu bekal kalau percobaan kali ini berhasil. Bagaimana?"

"Aku tidak mau merepotkanmu. Eh, percobaan kali ini?"

"Aku sudah mencoba resep ini delapan belas kali. Hasilnya selalu tidak Bagus. Jangan bilang kalau kau tidak mau masakanku. Apa benar begitu, Nona Anggrek?"

"Hah? Tidak kok."

"Kalau begitu, kamu mau kubuatkan bekal kan?"

Setelah dipikir-pikir, Anggrek akhirnya menyetujui gagasan Kumi.

"Iya deh, Kumi, terserah kamu saja."

"Benarkah? Oke, kalau begitu tunggu saja di kamarmu lima belas menit lagi."

Anggrek menunggu selama sepuluh menit, lebih cepat lima menit dari waktu yang dijanjikan. Sepiring nasi goreng telah hadir di kamar Anggrek.

Setelah dicicipi, rasanya SANGAT berantakan.

Ayam suwirnya rasanya manis.

Nasinya keras dan rasanya asam.

"Gimana? Enak?"

"Kau belum mencicipi?"

Kumi menggeleng. "Ini khusus untuk Anggrek"

Anggrek menghela nafas. "Kenapa harus aku?"

"Kenapa harus kamu?" Kumi terkekeh, "karena kamu adalah Anggreknya Kumi. Anggrek Kumi satu-satunya. Apa jawaban ini cukup?"

Anggrek tak tahu harus bilang apa, tapi yang jelas dia sangat senang.

"Kapan-kapan kubuatkan bekal ya, Anggeknya Kumi?"

Dan Anggrek pun mengiyakan. "Iya. Aku mau."

Seandainya Anggrek saat itu mengatakan bahwa masakan Kumi tidak enak, semuanya akan baik-baik saja hingga sekarang. Tidak akan ada muntah-muntah setiap hari, tidak ada lidah kejang-kejang tiap hari.

Persoalannya, perasaan Kumi harus diprioritaskan.

Anggrek mengambil napas, "terima kasih, Kumi."

Lalu, ia kembali makan.

Tanpa ia sadari, ada sepasang telinga yang mendengar ucapan Anggrek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan Menyerah! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang