Kurikulum baru sudah di mulai, dan gue memutuskan untuk melanjutkan sekolah di salah satu SMK Negeri di kota seribu cerita.
Pagi ini cuaca sangat tidak mendukung, membuat gue malas beranjak pergi dari kasur.
"Al!" teriak Mama dari bawah.
Setelah beberapa menit tidak ada balasan mama kembali berteriak."Al! Bangun sayang ini hari pertamamu sekolah."
"Oh iya gue lupa," sambil menepuk jidat.
"Iya Ma! Al udah bangun kok."
Gue langsung bergegas menuju kamar mandi, enggak perlu waktu lama buat gue siap-siap, cukup sepuluh menit, dan akhirnya gue selesai.
"Pagi Ma," sapa gue sambil mengambil roti panggang yang sudah tersaji di meja makan.
"Pagi juga Al," sambil meletakkan segelas susu di depan gue.
Gue lirik jam yang ada di tangan gue, dan ternyata jam sudah menunjukan jam tujuh kurang lima belas menit, gawat banget bisa-bisa gue sampe ke sekolah terlambat, inikan hari pertama gue MPLS masa gue udah telat lagi, nanti apa kata dunia, gue bergegas beranjak berdiri dan meraih segelas susu yang di sediain oleh Mama tadi.
"Ma! Al pamit dulu ya," sambil mencium punggung tangan Mama.
"Hati-hati sayang."
***
Bark!Gue nutup pintu taxi dengan sangat keras, menimbulkan beberapa pejalan kaki melihat ke arah gue dengan tatapan bingung dan aneh, gue lihat jam yang melingkar di pergelangan gue, sialnya sepuluh menit lagi MPLS sudah di mulai, coba taxi yang gue tumpangi acara mogok segala, untung saja jarak sekolah tidak jauh, jadi gue putusin untuk berlari mungkin itu satu-satunya jalan supaya gue gak terlambat, kan gak mungkin masa gue harus terlambat di hari pertama gue, itukan gak keren sama sekali. Coba gak ada satupun kendaraan yang lewat. Menyebalkan, bukan?
Banyak orang melihatiku dengan tatapan bingung atau lebih tepatnya dengan tatapan aneh, tapi gue gak peduli, yang gue khawatirin adalah gue gak mau terlambat di hari pertama gue, apalagi kena hukuman.
Tin... Tin...
Gue berhenti melangkah dan menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang membunyikan kelakson yang hampir membuat gendang kuping gue pecah. Gue lihat seorang cowok memakai motor X-RIDE yang telah di ubah menjadi motor trail, yang berhenti di depan gue tanpa membuka helm full Facenya dan membuka kacanya sedikit yang menampakkan matanya, gue bisa lihat matanya yang indah dan bola matanya yang coklat, dan bulu matanya yang lentik.
"Hei Emba!" Suara itu membuyarkan lamunan gue, apa kata dia, dia manggil gue emba! Apa gue gak salah denger.
"Lo panggil gue apa tadi?"
"Emba," dengan nada dinginnya, bikin gue naik darah dengernya.
"Lo pikir gue ini udah tua? lo panggil gue Emba?"
"Sory, tapi liat deh diri lo kaya Emba- Emba."
"What." Gue lihat tampilan gue sekarang, di kaca sepion motornya, emang bener kata dia gue itu kaya Emba-Emba, kerudung gue udah berantakan, rambut gue udah keluar dari kerudung gue, sekarang kerudung gue gayanya kaya Ibu-Ibu pejabat, kerudung dimana, rambut di mana.
"Suara lo itu mirip toa, melengking banget, gue aja yang pake helm bisa denger suara lo yang mirip toa rusak."
"Lo tuh ya, udah ngatain gue Emba, sekarang lo ngatain suara gue kaya toa rusak."
"Sory."
"Sory aja? lo nggak bakal tawarin tumpangan gituh? lo udah buang waktu gue sebanyak tiga menit." Sambil gue lirik jam yang terlingkar di tangan gue.
"Yaudah, butuh tumpangan?" Sambil nyengir nunjukin gigi yang berderetan kaya gigi kuda.
Gue langsung naik, abisnya gue capek banget abis lari. Pasti kalian pikir gue gak punya malu yah, numpang ke orang yang gak gue kenal, tapi salihin authoornya bikin cerita yang ngejatuhin nama gue.
Enggak lama kemudian gue udah nyampe depan sekolah untung gue gak kesiangan.
"Hei!"
"Ke gue?" jawab gue, sambil nunjuk diri gue sendiri.
"Emang di sana ada orang selain lo?"
"Gak ada," jawab gue sambil nyengir.
Dia melangkah mendekati gue, tahu gak sekarang jantung gue berdetak begitu kencang, apalagi dengan sorotan mata tajamnya, dan sekarang dia berdiri tepat di depan gue dengan jarak satu langkah. Wowowoow, gue ingin teriak.
"Dua hal yang susah di ucapin, terimakasih, dan minta maaf."
Gue mematung setelah dia bicara seperti itu, apa yang dia maksud, apa kata-kata dia tertuju untuk gue.
"Oh gue lupa, gue main pergi aja, tanpa ngucapin terimakasih, jadi menurut lo gue orang yang gak tahu terimakasih gituh, gue perhatiin nih orang dari tadi kalo ngomong seenak jidat, dasar cucu Dedemit! " Gumam gue dalam hati, gue akuin sih gue salah.
"Kok lo diem aja, apa lo sebodoh itu gak ngerti apa maksud perkataan gue tadi?"
"Gue gak bodoh, gue ngerti kok maksud perkataan lo tadi, maksud lo gue orang yang gak tau terimakasih gituh." Gue keluarin suara toa gue, biar dia tahu kalo gue marah itu kayak apa.
Dia mengangkat bahunya, tak lupa juga alis tebalnya itu ikut di angkat.
"Ternyata lo itu gak sebodoh yang gue kira," sambil meninggalkan gue sendiri di tengah parkiran.
"Dasar lo tuh ya orang paling nyebelin sedunia ini, rasanya gue ingin nyumbat bibir tuh orang pake donat si Zein yang rasanya coklat meleleh."
"Gue jadi kangen sama si Zein, gue bakal sekelas lagi gak ya sama si Zein." Gumam gue dalam hati.
Hei, ini cerita ke dua gue, cerita pertama yang judulnya KARENA MU, gue gak lanjutin lagi, gue bener-bener hiatus gays, banyak banget ejaan gue yang salah, jadi gue putusin untuk bikin cerita lagi, mohon beri sarannya dan votenya gays, soalnya gue baru belajar nulis, pasti banyak banget ejaan gue yang harus gue revisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMA
Science Fiction"Jika takdir begitu banyak menyimpan kerahasiaan, dan aku hanya bisa menyimpan kenangan yang mungkin akan terulang dan tak akan pernah hilang." #Almaira. "Jika aku harus memilih untuk pergi maka aku akan pergi, tapi bukan un...