2

19 0 0
                                    

Siswa yang lain udah pada baris di lapangan, untuk dapat pengarahan dari para senior, di lihat dari wajahnya pada serem semua, buset tuh wajah emang gak bisa dikalemin dikit gituh, gue langsung aja menyesuaikan diri, dari pada gue kena bentak dari para senior.
Kak Ros aja kalah galaknya, bukan Kak Ros kakak gue, tapi Kak Ros kakaknya si upin dan ipin, eh tunggu dulu, emang sejak kapan gue punya kakak perempuan.

"Aidikart lo mana?" Senior ini udah di hadapan gue, gue langsung noleh ke dada gue dong, dan Aidikart gue beneran gak ada.

"Duh gue lupa, aidikart gue di mana perasaan pas gue liat di kaca masih ada kok," gumam gue dalam hati, sambil inget-inget gue naruh aidikart gue dimana.

"Ah, aidikart gue di titipin sama cowok yang tadi, pas gue mau benerin kerudung, duh coba gue gak tahu lagi nama tuh orang."

"Heh! Malah bengong aja?" bentak nya lagi.

"Maaf Kak aidikart aku, ketinggalan." Gue pasrah deh, mau bilang aidikart gue ke bawa sama temen juga enggak ada gunanya, soalnya gue gak tahu namah cowok ituh.

"Sebagai hukuman lo, lo harus cari senior lo yang namanya Jura, terus lo minta poto bareng, sama minta tanda tangannya."

Gue hembusin nafas kasar, udah tadi gue lari-lari, terus ketemu sama cowok nyebelin, dan sekarang gue harus cari senior yang namanya Jura aaaaahhhhhhh, rasanya gue ingin teriak.

"Maaf Kak, kalau Kak Jura jurusan apa ya? dan kelas berapa?"

"Jura itu kelas dua belas, kalau soal jurusan lo cari aja sendiri."

"Wait," kata itu keluar dari bibir gue, suara gue yang kaya toa itu langsung menjadi perhatian semua orang yang berada di lapangan.

"Di sini ada lima jurusan mungkin aja nama Jura itu ada di jurusan, Akuntansi, Pemasaran, atau Administrasi Perkantoran, Rekayasa Perangkat lunak," Dan dia mendekatkan wajahnya ke telinga gue.

"Dan bisa jadi anak yang bernama Jura itu jurusan teknik."

Mendengar kata terakhir cowok itu membuat bulu kuduk gue merinding, gimana gue gak merinding, anak teknik itu rata-rata cowok semua, coba penampilannya enggak ada rapih-rapihnya, jauh banget sama jurusan gue, gue milih jurusan akuntansi karena di mata gue anak-anak akuntansi pada rapih semua terus cowoknya juga pada kece-kece.
Kebayang dong kalo kalian pacaran sama anak akuntansi, ngerjain uang yang tak berwujud pun tulus, apa lagi ngejaga hati kamu yang sudah terlihat wujudnya,wkwkwk.

"Kenapa? Lo keberatan?"

"Engga kok Kak, jadi cari Kak Juranya kapan Kak?"

"Nanti kalau gue udah punya cucu ples cicit, ya sekarang lah!" jawab cowok itu dengan nada tidak sabar, kalau dia bukan senior gue, udah gue jadiin donat deh tuh orang.

"Oh, kirain lebaran monyet," Gue bergumam pelan, tapi sialnya dia punya kuping yang sangat tajam.

"Lo bilang apa tadi?"

Gue menekan bibir lalu tersenyum,
"Enggak kok Kak, oh iya boleh tanya temen gak Kak?"

"Boleh kalau temen lo mau ikutan di hukum," sambil nyengir.

Coba kalian bayangin deh gue suruh cari orang yang namanya Jura, coba di sekolah ini ada lima jurusan, dan setiap jurusan ada empat kelas, dan gue harus cari satu persatu jurusan.
Gue jadi inget sama si Zein, kalau aja gue kaya si Zein yang suka cari informasi tentang para senior, gue gak akan seribet ini untuk cari orang yang namanya Jura.

Setelah baca raut muka gue, yang kelihatan frustrasi, cowok itu kembali berdiri tegak, menjulang di hadapan gue, buset nih orang tinggi bener sih, leher gue jadi pegel harus mendongkak kalau lagi bicara sama dia.

"Dimana pun dia, dia ada di sekolah ini, jadi silahkan lo cari, sekarang!" senior cowok itu menekan kalimat di bagian "sekarang."

Gue langsung melangkah menjauh dari senior cowok itu, dengan nafas tersenggal. Hari ini adalah hari paling nyebelin buat gue, masa hari ini gue ketemu sama dua cowok nyebelin sih, liat aja nanti kalo masa MPLS udah selesai, gue mau balas dendam sama kedua cowok itu.

Kaki gue udah pegel banget, jurusan Administrasi Perkantoran, Akuntansi, Pemasaran, Rekayasa Perangkat Lunak udah gue datangi, tapi gue gak menemukan cowok yang namanya Jura, jangan-jangan Jura bukan panitia MPLS lagi.

Tinggal satu jurusan lagi yang belum gue datengi yaitu jurusan teknik, membayangkan segerombolan cowok, rambutnya pada gondrong, dan ada kumisnya, ih bikin bulu kuduk gue merinding.

Nama Jura itu pantesnya anak akuntansi, atau enggak anak Rekayasa Perangkat Lunak, tapi gue udah cari di kedua jurusan itu enggak ada yang namanya Jura, tapi pantes sih gak ada kan gue nanya—nyah sama satu dua orang mungkin aja mereka gak kenal sama Jura, atau jangan-jangan Jura emang bener jurusan teknik.

"Ah gue pusing! Mikirin si Jura!" teriak gue di lorong jalan menuju kelas teknik, mungkin ada beberapa orang yang lewat dan pandangannya tertuju pada gue, tapi mana gue peduli, sekarang gue lagi pusing tujuh keliling.

"Heh! Malah teriak di sini, bukannya cari senior lo yang namanya Jura," teriak senior cowok tadi.

"Sabar Al, orang sabar di sayang Song Jong Ki," gumam gue dalam hati.

"Maaf Kak, tapi aku udah cari di semua jurusan, eh belum satu jurusan lagi."

"Jurusan apa yang belum lo cari?"

"Jurusan teknik Kak."

"Yaudah sekarang lo cari di jurusan teknik, jangan teriak di lorong, berisik tau gak!"

"Tuh orang gak punya pri kemanusiaan kali, atau jangan-jangan dia itu dedemit yang lagi cari mangsa,"

"Kok lo bengong?"

"Iya Kak."

Gue langsung menuju kelas teknik, yang udah gue duga kelasnya, bikin gue merinding.

Hey, hey, heyyyy, tolong beri sarannya ya gays, jangan lupa juga VOTE ya,,,

ALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang