#7

97 49 33
                                    

Yhaaaa, Asuwww.

Farhan.


•••

“Fakhri?”

Yang empunya nama membelalakan matanya ketika melihat siapa yang ngecyduck dirinya di rooftop apartemen ini. “lo—?”

'terkejodh bro' batin Fakhri.

Walaupun nggak inget namanya, tapi Fakhri bener-bener afal mukanya orang yang ngecyduck dia ini. muka-muka yang narik dirinya bikin keributan di depan kelas Pak Suho tempo hari.

“Lo kan—“

si anjing kaga apal nama gue kayaknya’ batin Alvita.

Gadis itu menghampiri Fakhri, “lo ngapain woy? itu apaan di lantai?darah? lo ngapain?” Alvita memotong perkataan Fakhri dengan pertanyaan yang bejibun ketika melihat sesuatu yang janggal.

Mengabaikan seribu pertanyaan dari Alvita, Fakhri menyembunyikan kedua tangannya dibelakang tubuhnya. “bukan urusan lo.” balasnya dengan cepat. “lo ngapain disini? lo nguntit ya?”

“Idih, ngomong sono sama tembok,” cibir Alvita. “sini coba liat tangan lo dulu! ngapain pake diumpetin si lagian”

“Dibilangin nggak!” sungut Fakhri, “lagian lo siapa gue, sok peduli begitu?”

Seketika Alvita berhenti. Ia mulai berpikir, kata-kata Fakhri ada benernya juga. Alvita bukan siapa-siapanya Fakhri, bahkan saling kenal pun nggak. Cuman Alvita yang kenal sepihak siapa Fakhri itu dari temen-temennya. Tapi kenapa sekarang Alvita merasa begitu kepo?

'eh tapi kan gue nggak kepo cuma mau tau aja.' batin Alvita.

Alvita jadi malu sendiri. Gadis itu berdecak, lalu memasukan jari jemarinya kedalam kantung jaketnya. “ck, yaudah terserah lo.”

“Lagian lo ngapain sih disini? ngintilin gue sampe rumah, hah?”

Alvita menoleh menatap Fakhri dengan tatapan heran, “lah, lo tinggal di sini?”

‘si beruk di tanya malah nanya balik.’ batin Fakhri. “Gue yang nanya duluan. Lo tinggal disini?”

Alvita menggeleng pelan, “gue lagi ke apart temen gue,” ujarnya sambil menyender pada pembatas rooftop. “trus lo tinggal disini, gitu?”

“Hm,” Fakhri hanya berdehem pelan. Lalu mereka berdua diam. Dari sudut mata, Alvita bisa melihat Fakhri memperhatikan pergelangan tangannya.

Alvita berdeham, lalu mengeluarkan sapu tangan baja hitam andalannya dari kantung jaket. “nih, elap darahnya.”

“Gue balik dulu deh, jangan lupa dicuci terus balikin jangan dicipet. Kapan aja.” Sambung Alvita lagi, berjalan meninggalkan Fakhri yang menatap diri Alvita dengan tatapan heran. “Kalau ada apa-apa tuh selesain masalah, bukan nyakitin diri sendiri gitu.”

Dan dengan begitu, pintu rooftop di tutup.

•••

Setelah mendapat ceramahan singkat kemarin, Fakhri bukannya kesem-sem sama sifat ‘cool’ ala Alvita, doi malah kebawa kesel. Kayak, “siapa dia anjir, sok banget nasihatin gua?”

‘Gayanya sok cool banget, asw’ batin Fakhri.

Malah Alvita nggak manggil Fakhri dengan embel-embel kakak, setau Fakhri si Alvita itu adek tingkatnya.

“YHA ANYING SINYAL GUAA!” Teriakan dari Farhan membangunkan Fakhri dari lamunannya. Ia menoleh ke arah temennya yang lagi gregetan main Mobile Legends.

Pretend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang