#4

122 67 54
                                    

I met you, i was lucky.

Prayoga Gionando

•••

"Hai Alvitaaa, ketemu lagi kita!" sapa Nathasya dari kejauhan sambil tersenyum. Gadis itu berjalan memasuki kantin dan berjalan kearah meja yang Alvita tempati lalu duduk disana. Ia meletakkan makanannya di meja.

"Eh, Al, kok kita ketemu mulu ya? Hahahaha jangan-jangan jodoh nih?" ucap Nathasya sambil mendorong badan Alvita pelan. Rokes. Mungkin itu efek dia kelamaan jomblo. Alvita melepas earphonesnya lalu mengunci layar handphonenya.

Nathasya mendengus, "Ehh gajadi deng. Sorry ya, jodoh gue itu hanya oppa koriya  seorang."

"Pfffft, emang oppa mau sama lo?" Alvita tertawa renyah.

"Kampret." balas Nathasya, lalu mereka tertawa bersama.

"Gila ya lo masih sama kaya SMA dulu, makannya banyak cem kuli proyek." Alvita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan lalu tertawa.

"Al, gue ini selain butuh nutrisi dari oppa koriya, gue juga butuh nutrisi makanan. Karna gue udh nyimpen banyak nutrisi dari oppa gue juga harus nyimpen banyak nutrisi makanan. Biar seimbang," jelas Nathasya.

"Buset, itu perut apa gentong aer?hahahaha," ledek Alvita. Dan Nathasya hanya berdecak indah sebagai respon.

"Liat tuh lemak perut lo berlipet" timpal Alvita. Nathasya menatap Alvita dengan tatapan tajam.

Ahh, Alvita rasanya jadi kangen masa-sama SMA dulu. Ketika hampir setiap saat bermain dengan Nathasya. Ataupun sekedar curhat bahkan tidur di apartemen Nathasya sewaktu ia sedang dalam keadaan tidak baik.

Semenjak menjadi anak kuliahan, hidup Alvita serba sibuk akan tugas-tugasnya. Belum lagi ada beberapa dosen yang memiliki ilmu gaib. Makanya sekarang Alvita jarang banget main, mempunyai sahabat deket pun jarang.

Dan ketika kemarin ia ketemu sahabat SMAnya, Alvita pun diem-diem seneng banget. Lumayan jadi bisa nostalgia sewaktu SMA.

"Btw Al.... Gue denger-denger lo bikin masalah sama dosen gans, ya kan?" tanya Nathasya sambil menyendok soto ayam kesukaannya.

"Pak Suho maksud lo?" tanya Alvita mengernyitkan dahi.

"Ya siapa lagi. Nggak mungkin kan kalo Pak Yitno"

Tawa Alvita pecah ketika ia mendengar nama "Pak Yitno". Dia tuh dosen paling gaib. Bayangin aja, nggak ada ujan nggak ada petir tiba-tiba nonggol dijendela. Heran dede. Kebanyakan bertapa di Gunung Kembar tuh dosen.

"Kok bisa sih, Al? Apalagi... gue denger juga lo bikin masalahnya sama kak Fakhri." sambung Nathasya. Kali ini dengan nada yang sedikit serius. Antara serius ama kepo sebenernya.

Alvita menghentikan aktivitas makannya dan menatap wajah sahabatnya itu, "kok lo tau Ca?"

"Ya abisan... Kan lo tau Pak Suho mulutnya kayak gimana," ujar Nathasya tersenyum kecil, "Cepu banget. Dan dia suka ngebandingin anak-anak. Bawel juga lagi kaya dora. Untung ganteng,"

Alvita hanya ber-oh-ria, dan Nathasya pun melanjutkan. "Nih ya Al. berita lo sama kak Fakhri itu nyebar di kelas gue, ciwi-ciwi pada ngegosipin lo. Dia iri sama lo, karna bisa deket-deket sama kak Fakhri begitu."

Alvita mengernyitkan alisnya, "Lah, gue sengsara ye sampis dapet masalah sama dia."

"Pada alay banget sih ciwi-ciwi kelas lo!" sambung Alvita. "Fakhri doang, belom Bradd Pitt. Lagian gue juga ogah deket-deket sama tuh makhluk."

Pretend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang