Suara tepukan tangan bahkan teriakan dari beribu-ribu orang menggema di stadium yang luasnya bisa menampung sekitar enam puluh ribu orang di dalamnya. Pria itu menyeka keringatnya yang bercucuran. Kedua mata sipitnya terus memandang lautan penuh dengan manusia di sekelilingnya dengan takjub dan terharu. Cahaya dari benda berbentuk seperti bola dengan gagang hitam menerangi lautan manusia di sana, yang memegang benda itu satu di tangan mereka masing-masing.
Matanya kemudian terpejam erat, tak bisa menahan perasaan bahagia dan haru yang membuncah di dalam dirinya. Tak lama ia membukanya kembali. Senyumannya melebar dengan kepalanya mengadah ke atas terus memandangi pemandangan menakjubkan di hadapannya.
Tangannya kembali mengarahkan microphone yang ia pegang di depan mulutnya. "Terima kasih... Army." ucap pria itu. Stadium semakin bergetar dengan teriakan yang semakin membahana. "Terima kasih sudah setia menunggu dan terus mendukung kami. Terima kasih juga—sudah menungguku."
Ia kemudian tersenyum haru lagi, lalu membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat dalam waktu yang cukup lama. Pria itu kembali pada posisi semula, memandang untuk yang terakhir kali ribuan orang di depannya kemudian membentuk sebuah hati kecil dengan Ibu jari dan jari telunjuknya, sebelum akhirnya berjalan pergi meninggalkan panggung itu seorang diri.
Sesampainya di belakang panggung, orang-orang terdekatnya sudah menunggunya dengan senyuman bangga di wajah mereka.
"SELAMAT DATANG KEMBALI, MIN SUGA!" ucap semua orang di ruangan itu dengan semangat.
Seseorang dengan bahu lebarnya keluar dari kerumunan orang itu dan berjalan menghampiri pria yang baru saja selesai dengan performanya, lalu membawa pria yang lebih pendek darinya itu ke dalam sebuah pelukan yang cukup erat.
"Selamat, Yoongiku! Kau benar-benar luar biasa di atas panggungmu sendiri!" Pria bernama Jin itu memeluk semakin erat, membuat orang di dalam pelukannya mulai kesulitan bernafas.
"H-Hyung.. Terima kasih," ucap Yoongi susah payah. Jika saja Jin bukan hyungnya, mungkin dia sudah menendang orang yang berani memeluknya seerat itu.
Jin melepaskan pelukannya, tapi tidak dengan kedua tangannya yang mencengkram erat bahu Yoongi. Matanya menatap adiknya itu dengan tatapan tak percaya. "Wah, kau sungguh luar biasa, Yoongi-ah! Ini panggung pertamamu setelah militer, tetapi sudah banyak sekali yang datang!" ujarnya takjub. "Dan kau—astaga! Kupikir kau sudah lupa cara rap dengan benar,"
Yoongi memutar bola mata malas. "Rap adalah bagian dari diriku, hyung. Mana mungkin aku bisa lupa."
"Hahaha, ya—ya. Setidaknya, penampilanmu tidak pernah berubah dari dulu. Kau selalu bersemangat,"
"Lain kali, tampil lah bersamaku, hyung. Kenapa kau tidak mau?"
Jin tersenyum simpul, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Aku akan menunggu saja sampai kita bertujuh sudah lengkap." ujarnya.
Yoongi ikut tersenyum lalu menepuk bahu lebar Jin. Membahas topik yang satu ini sangat sensitif untuk mereka, apalagi ini hari pertama Yoongi kembali tampil di depan semua orang setelah dua tahun menjalani wajib militernya.
"Kalau begitu, selamat atas aktor pendatang baru Kim Seokjin yang tampan."
"Hey, itu kurang lengkap. Yang benar adalah, aktor Kim Seokjin tertampan sedunia. Yeah, I'm worldwide handsome." Jin memberi kecupan melayang dengan tangannya lalu memasang wajah tertampannya, membuat semua orang di ruangan itu tertawa. Kecuali Yoongi yang menatap hyungnya itu dengan pandangan 'yang benar saja, hyung?'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woozi - The Rapper's Son
FanfictionSelama lima belas tahun hidupnya, Jihoon hanya tahu dia memiliki satu orangtua-yaitu Ibunya, dan Ayahnya sudah meninggal semenjak ia masih bayi. Setidaknya itu yang Ibu ceritakan padanya. Ketika Ibu Jihoon meninggal, ia mulai mengetahui fakta bahwa...