Kill Me, Please!!

1.7K 142 18
                                    

****
‘Selalu ada alasan, mengapa hujan datang terlambat!’
.....


     Kamu percaya malaikat?

     Kata orang, malaikat itu nggak terlihat. Malaikat sama sekali nggak tersentuh. Malaikat juga nggak bisa jatuh cinta.

     Tetapi, mungkin itu hanya kata orang. Karena kenyataanya, sosok malaikat yang kutemui malah jatuh cinta kepadaku.

     Aku pikir malaikat itu nggak ada yang punya nama. Tapi  nyatanya, sosok malaikat yang sedang senyam-senyum  di depanku ini mendeklamasikan kalau namanya Zelo.

     Arzelo Randeska Andyatama Sastranegara.

     Aku mengernyit mendengarnya menyebutkan nama, “Elo malaikat dari stasiun Kereta Api Manggarai?” Tanyaku dan dia malah cekikikan tertawa.

     Kata orang, malaikat itu berwajah datar. Mereka nggak menangis, bersedih apalagi tertawa. Aku semakin nggak yakin kalau yang sekarang bersamaku beneran seorang malaikat.

      Dia malaikat bukan sih?

     “Aku tuh beneran malaikat, Lang! Berjuta-juta rius, kalau kamu nggak percaya.” Aku mencibirnya. “Tapi bukan dari stasiun, terminal apalagi pasar ya… aku kan malaikat elite. Jadi datangnya dari langit, turun ke bumi untuk ketemu dan bantu kamu.”

     Aku menatapnya malas, membuat wajah si malaikat itu cemberut.

  See..

     Memang ada malaikat yang suka cemberut begitu?

  It’s nonsense. Kalau kataku.

     “Gue nggak ada masalah dan nggak perlu di bantu. Apalagi sama malaikat gadungan macam elo ini. Gue tau, lo pasti arwah gentanyangan yang nggak bisa masuk surga atau neraka. Karena lo, arwah nakal! Iya kan?”

     “Jahat! Masa ngatain aku begitu. Tau nggak, Lang…”

     “Nggak!”

     “Ihh.. Aku belum selesai ngomong!” wajah cemberut di selingi dengan ekspresi marah yang terlihat menggemaskan. Malaikat bernama Zelo itu mengulurkan tangannya untuk mendorong bahuku sebagai tanda protesnya. Tapi yang terasa hanya terpaan hawa dingin di tubuhku.

     Zelo semakin cemberut. Tangannya nggak bisa menyentuhku.

     Senyuman tipis tersungging di bibir, melihat sebentuk hal kecil yang kuanggap lucu itu.

     Kutatap rintikan hujan yang meleleh semakin deras setiap detiknya. Di halte ini nggak ada siapapun. Cuma aku dan sosok ini. Mungkin sekitar dua puluh menit yang lalu. Dia datang tanpa di undang, tanpa di jemput, dan tanpa peringatan apapun.

     Kata orang, jika sesosok malaikat akan datang, maka cahaya terang dan menyilaukan akan menyertai kehadirannya, dengan sepasang sayap putih yang indah. Namun, aku nggak melihatnya sama sekali. Malaikat ini tiba-tiba udah berdiri di depanku dan menatapku tanpa berkedip.

     “God, so handsome lucky!!” pekiknya kemudian mendekatkan wajahnya kehadapanku. “Thanks God, tipe aku banget. You should be my boyfriend! Harus pokoknya, wajib.”

     Aku menatapnya aneh lalu membuang wajahku dari pandangannya. Tapi dengan cepat dia berpindah ke sampingku, membuat mataku harus kembali berhadapan dengan sepasang  mata  yang begitu jernih miliknya.

     ‘Jadi disini juga ada setan?’ batinku sambil mencibir ke arahnya.

     Rasa terkejut itu menamparku saat dia menggelengkan kepala dan menatapku tajam, “BIG NO! aku bukan setan. Aku tuh malaikat. An Angel! Angel who falls in love at  first sight. Dan jatuh cintanya sama Airlangga. I mean, kamu.” Tatapnya sambil mengedip padaku.

KILL ME PLEASE!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang