Sekali lagi Sakura mengedarkan pandangannya kearah danau didepannya, air yang begitu tenang setidaknya membuat pikirannya berbaur sejenak dengan suasana ini.
Ia menutup buku harian yang kini ditangannya dan memasukkan kedalam ranselnya dan segera mengayuh sepedanya dengan perasaan yang riang, tak lupa pula senyum nya ikut mengembang sedari tadi.
Kini Sakura berdiri didepan rumah begitu megah dan nyaman ketika orang memandangnya. Tapi tidak bagi Sakura, rumah ini yang membuatnya selalu dalam kesakitan dan kesendirian yang teramat, toh biarlah apa yang dirasakannya yang terpenting ada yang bahagia dengan keadaannya ini.
Sakura memarkirkan sepedanya di tempat parkir khusus yang dibuatkan oleh papa nya.
"Jam berapa ini? Kok baru pulang? Harusnya setelah pulang sekolah itu ya pulang jangan keluyuran, habis itu belajar dikamar kayak kakak mu" Ketus wanita patuh baya yang kini tengah menatapnya jengah.
"Maaf Ma, Nia tadi kelelahan dan istirahat sebentar di taman dekat persimpangan." Ucap Sakura yang biasa dipanggil Nia oleh kerabat dekat nya itu.
"Mama gak nerima alasan Nia ya! Pokoknya sebagai hukuman, 3 hari ini setiap pulang sekolah Nia gak boleh keluar kamar dan harus belajar, nanti kalau makan biar Mama suruh Bi Giem yang anter. Sana masuk ke kamar habis itu belajar." Kata Mama nya.
Sakura hanya mengangguk dan malas berdebat lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Di kamar ini lah segala keluh kesah Sakura tercurahkan, ia tak habis pikir kenapa semakin ia dewasa malah Mama nya semakin mendidiknya dengan keras, dan juga Papa nya juga jarang dirumah karena urusan pekerjaan yang padat. Mama nya juga sering membeda-bedakan ia dengan kakaknya yang bernama Meira Selnivia Restrain atau biasa di panggil Via ketika dirumah. Memang, kakaknya itu sangat pintar dan selalu mendapatkan mendali emas dalam olimpiade yang selalu diikutinya bahkan ia mendapatkan tawaran kuliah manajemen gratis oleh salah satu universitas terkenal di Australia, dan hal itu yang membuat Mama nya selalu menyuruhnya belajar agar ia bisa mengikuti jejak kakaknya. Ia bisa memaklumi tujuan Mama nya itu yang menjurus pada kebaikan, tapi sepengetahuan nya kakak nya tak pernah terlalu ekstrim dalam belajar, dan dia sangat mudah berbaur dengan lingkungan. Memanglah ada yang disembunyikan dari nya tentang sesuatu hal, tapi ia tak tau apa itu dan ia tak per mau tau karena cukuplah ia menahan luka akibat tekanan dari Mama nya.
Seperti biasanya sakura menurut dan tidak keluar dari kamar, hal ini biasa terjadi jika ia mendapatkan hukuman dari Mama nya, pembantunya lah yang nantinya membawakan makanan saat jam makan berlangsung."Huft sudah lama aku tidak membuat diary" kata Sakura yang meraih pulpen dan mencatat apa yang ia rasa kan saat ini, tak lama setelah itu ia pun tertidur.
Sakura duduk di taman komplek tempat yang biasa ia kunjungi jika ia sedang sedih, namun tak berapa lama ia mendengar seseorang berbicara.
"Hei Nia bersabarlah dengan apa yang terjadi" ucap seseorang.
"Siapa disana?" Tanya Sakura
"Hei aku disini, di bawah kaki mu" kata Levo
"Ya ampun, kamu siapa? Kenapa tau aku?" Tanya Sakura.
"Aku adalah salah satu peri penjaga mu, aku akan menampakan diri dan menghibur mu disaat kamu benar-benar sedih dan tertekan, jangan menangis Nia aku juga bisa merasakan bagaimana luka nya dirimu." Ucap Levo.
"Nia bangun!!" Ucap Mama Sakura.
Sakura mengerjapkan matanya berkali-kali dan melihat Mama nya di depan pintu kamar.
"Hukuman kamu belum selesai ya! Mau Mama tambah? Ini baru jam 7 terus kan belajar mu" ucap Mama nya lalu pergi.
"Iya Ma" ucap nya
'ah itu tadi hanya mimpi' batin Sakura dan melanjutkan belajar nya.
Namun tanpa ia sadari bahwa peri penjaganya sedang memantau nya dari jendela kamar Sakura, ia sengaja memberikan telepati kepada Sakura melalui mimpi dan pertanda bahwa ia akan segera membawa Sakura ke Dunia Utuh.
Hello! Ada cerita baru nih guys maaf yang kemaren belum sempet ngelanjutin btw mumpung lagi punya ide jadi dituangin aja.
Salam author ❤