Berkabut

25 4 0
                                    

Dalam gelap, aku mulai komunikasiku bersama sunyi.
Menuangkan segala doa serta rindu menjadi satu.
Berwana menghiasi bulan.
Berambisi melawan ketidak pastian.
Berlalu membawa semua perasaan yang kian tak beraturan.
Menunggu,berjuang, serta bertahan.

Dalam gerimis aku mampu mendengar tetesan hujan yang mengenai sepucuk ilalang yang termangu menunggu reda. Pun katak yang mulai bernyayi seolah berharap hujan tak kunjung padam, bersahutan menjadi nada sumbing yang mulai aku rindukan saat ini. Di beranda gubuk bambu berhias satu lilin kecil serta kopi hangat aku beranikan diri untuk mengirim pesan singkat berisi puisi pertamaku untukmu, meski aku yakin kamu tak akan suka kala itu. Sedang kamu lebih suka membahas tentang pelajaran daripada harus memikirkan tentang jaring laba-laba bersimpul rumit bernama cinta. Akupun tahu, aku mulai tak tahu diri. Aku tahu, aku hanya mengumbar ego, bahkan aku tahu kamu tak pernah peduli tentang perasaanku. Hanya saja ambisi remajaku menguat karena pedomanku tentang batu yang akan luluh jika air menghajarnya terus menerus.

Waktu yang terus begulir tanpa ampun, membuatku tak berdaya melawan segala rindu yang membawa ke memori sekolah menengahku. Aku muali membuka semua media sosial milikmu hanya untuk melihat senyum yang aku dambakan, tatapan lembut seperti kupu-kupu yang mulai menemukan bunga terbaik, serta raut muka yang akan aku kenang bahkan jika aku harus menahan perih melihat fakta tentang kamu yang akan bersanding bersama pria  lain. Harapanku masih utuh, aku masih berusaha merobohkan hati kecilmu walau harus menunggu bertahun-tahun. Aku yakin disuatu saat nanti aku bisa mendapatkanmu tanpa harus melewati fase yang orang-orang sebut sebagai pacaran. Semoga.

Ada teori tentang komunikasi yang menyebut bahwa itu adalah cara menumbuhkan benih rasa. Akupun setuju, tapi aku lebih memilih rindu. Mengirim pesan singkat yang menurutku penting untuk disampaikan. Jika kalian pernah merasakan perasaan bertepuk sebelah tangan, pasti kalian tahu bagaimana dia membalas pesan singkat yang memaksaku untuk segera mengahiri tanpa menambah topik pembicaraan. Kalian harus tentukan, ahiri atau berlanjut dengan perasaan bosan. Kalau aku lebih memilih bosan dan rindu.

Puisiku tak berahir begitu saja.
Pengabaian hanya sebatas waktu untuk pembuktian.
Berhenti menemukan hanya untuk menyimpan.

Siapapun pacarmu hari ini, apapun jabatan yang harus aku lawan. Semoga tuhan selalu menyertai langkahku memilikimu. Sedang kala ini aku ingin berpesan kepadamu, jika itu yang akan bersanding bersamamu. Tolong, sebelum hari pernikahanmu, ajarkan aku cara merasa lagi. Udang aku meski kau tahu bagaimana perasaanku. Ijinkan aku bernyanyi untuk melepasmu. Menulis untuk menguatkanku.
Memberi selamat pada dia yang bersanding bersamamu. Kamu harus janji tentang ini. Tolong. Janji.

Alogaritma RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang