Berpindah

21 2 1
                                    

Gerbong kali ini terlampau sepi. Tak ada pedagang, tak ada pengamen, bahkan aku tak lagi melompati seseorang untuk sekadar ingin ke luar melihat pemandangan. Beberapa tahun lalu aku sempat mengalami itu semua. Berdiri di sambungan gerbong sangat menyenangkan, tapi ada kala kita harus berbagi tempat untu para perokok. Hari ini sungguh berbeda, aku mulai suka dengan kereta. Kalian pernah membaca buku di kereta?, jika belum cobalah karena ini sangat mengaggumkan.

Semilir pendingin ruangan mulai menerpa kulitku. Berharap hangat tanganmu melipat di jemariku menuntaskan segala resah tentang dunia luar. Suara gemuruh mesin sangat menganggu. Aku ingin, sunyi agar mampu menulis indah tentangmu.

Semesta tolong simpan puisiku.
Simpan dibalik remang matahari sore, supaya aku mampu membukanya dikala rindu.
Tak payah berangkas baja.
Mawarpun aku tak mampu.

Cerita kita sangatlah terbatas, aku tak mampu menulis panjang.Percakapan kita hanya sebatas bertanya kabar yang hanya mempunyai 4 dialog dan berahir. Tapi Jika membahas kamu, aku akan sangat membutuhkan ratusan lembar hanya untuk menguliti keindahmu.

Dalam sekejao Kopi di tanganku mulai dingin. Sedari tadi aku abaikan. Padahal tanganku masih sedikit menggigil. Sedingin ini kah hatimu. Ah, aku mulai berburuk sangka, sepertinya kamu lebih dingin. Tapi kenapa aku belum terbiasa?. Sudahlah aku ingin pesan kopi lagi.

Beberapa tentang kamu memang membuatku patah hati. Pesan singkatmu, pengabaianmu, serta caramu memperlakukanku cukup untuk memotong sebongkah batu dengan sekali tebas. Mungkinkah aku buta? Atau Cinta memang buta?.

Selang beberapa jam, pemandangan kiri kananku berubah indah. Bukit bergelombang, sawah yang berbaring anggun seakan permadani hijau enggan melepas peluk, serta petani yang tak pernah menyerah menghidupi. Terimakasih Tuhan, Alam ini indah. Bantu aku menjaganya. Kalian juga harus terus menjaga kelestariannya, jika tidak siapa lagi. Mulai dari menegur untuk pembuang sampah sembarangan. Awali dengan diri kalian, aku yakin bumi ini akan membalas semua perbuatanmu dengan hal yang mengejutkan. Aku yakin kita pasti bisa mengurangi ancaman global tentang panas bumi yang kian memilukan.

Perjalananku kali ini indah. Sambil mengingat kamu, aku belajar banyak tentang semesta yang mungkin sedang merana. Menguatkanku untu terus mengabdi di bumi pertiwi tanpa peduli tentang perbedaan suku, ras, agama. Indah. Aku suka. Bagaimana dengan kalian?.

" Tak setuju maka beda kubu
Tak sepaham lantas baku hantam, yang seiman saling menerakakan.

Merekalah kerumunan yang lupa,
bahwasanya mereka kau dan ku sama, hanya manusia, sama manusianya. yang seharusnya.

saling peluk selayak saudara, saling jaga seperti keluarga, berbagi cinta berbagi bahagia. "
-fstvlst

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alogaritma RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang