Pagi ini, hari pertama Tari bekerja di sebuah Dealer Motor. Dia gadis belia yang baru menamatkan pendidikan Menengah Atas. Karena cuma lulusan SMA dia hanya bisa berada di posisi Marketing. Sales canvas lebih tepatnya.
"Dewi Untari !"
"Saya Pak." jawabnya pelan menahan gugup.
"Ikuti saya !" Mendengar instruksi dari Manager Iapun bergegas mengikutinya. Dijelaskannya semua peraturan kerja dan juga standarisasi Perusahaan. Tari begitu antusias mendengarkan, walaupun terkadang hilang konsentrasi karena Manager muda itu terlalu menawan.
"Mengerti ?" Kata Manager mengakhiri materinya.
"Mengerti Pak." Jawabnya sambil mengangguk pelan.
"Baiklah, sekarang mulai bekerja. Silahkan bergabung dengan team marketing. Anda dibawah Pimpinan Pak Agustinus." Jelasnya datar tanpa ekspresi.
Apa semua Manager seperti ini? Terlihat kaku tanpa senyum sedikitpun. Apa karena terlalu banyak yang dipikirkan, atau hanya menegaskan dia sebagai Pimpinan. Berbagai pikiran mulai merasuki otak Tari. Sesaat kemudian datanglah ketua team yang dimaksud. Dia membimbing Tari untuk mengikuti nya.
Sebenarnya ada banyak hal yang harus dijelaskan, tapi karena team sudah siap untuk canvas maka Tari langsung diajak ikut canvas. Sebagai sales baru, dia belum mengerti apa pekerjaan yang harus dilakukan. Di sini Tari bertemu dengan seorang pria berkacamata yang pendiam tapi kharismatik. Naksir ? Mungkin. Pria itu bernama Agustinus, menjabat sebagai KDH. Dia ketua dari sales canvas yang bertanggung jawab untuk mengajari sales baru. Pria tambun itu berkulit hitam tapi bersih.
Tari melintasi ruang showroom, puluhan sepeda motor baru berjajar rapi. Terbersit di pikirannya suatu saat pasti bisa memiliki salah satu dari jajaran rapi itu. Lengkung kecil di mulut nya seketika menghilang. Setelah sampai diparkiran depan, team sudah siap di atas mobil pickup milik Dealer.
"Naik pickup Pak ?" Tanyanya sambil menaikan poni dan diselipkan di telinga.
"Iya Dewi, nanti saya jelaskan cara kerjamu ya. Saya juga di belakang kok." Jawabnya dengan tenang, disertai lengkung kecil di mulutnya.
"Saya biasa dipanggil Tari Pak," jawabnya sambil mengekor pimpinan yang hanya membalas dengan senyuman.
Mereka bergabung dengan team, Tari mendapat sambutan khas dari para senior, berkenalan dan bersalaman. Karena ruang yang sempit, masih harus berbagi dengan 1 unit sepeda motor yang terpajang. Hampir tak tersisa jarak diantara Tari dan Agustinus. Penjelasan yang panjang lebar, tapi bisa dimengerti oleh Tari.
*****
Hari berganti hari, perlahan namun pasti kedekatan itu terjalin. Walau Tari merasa terganggu oleh Sofi, yang terlalu dekat dengan Agustinus. Awalnya Tari mengira kalau Sofi itu pacar KDHnya. Mereka terlihat seumuran, dan juga cocok. Kemanapun berdua bagaikan pena dan kertas. Kecuali kalau pas ada Tari, bertiga kan jadinya. Paling juga dianggap obat nyamuk.Pagi itu mereka canvas di area Pasar. Team 1 terdiri dari Tinus dan Sofi, team 2 terdiri Tari, Putri dan Made. Mereka berpencar di area Pasar menawarkan produknya. Mata mungil Tari menangkap bayangan yang menyesakkan, 2 sejoli yang tampak beriringan. Kemurungan dan kekesalan Tari tertangkap oleh kedua rekanya.
"Kenapa Tari, dari tadi aku perhatikan kamu nggak konsentrasi ?" Suara Putri menyadarkan nya dari lamunan.
"Enggak apa-apa kok Mbak." Jawabnya sambil menepis bayangan 2 sejoli itu.
"Kenapa memperhatikan Pak Tinus trus ? Cemburu ?" cecar Made yang ikutan kepo.
"Mas Made apaan sih ? Siapa juga yang cemburu, " elak Tari sambil menyembunyikan perasaan cemburu .
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Hati
Short StoryBeberapa kisah tentang cinta yang tulus dan tidak dapat bersatu. Sad story