CLB - 5

107 29 6
                                    

Minggu ke-2 untuk Cold Love

Silakan dibaca :)

***

Hari pertama menjadi pacar

Selama perjalanan pulang, Rika memilih diam sambil menghadap jalan. Setelah ia berhasil mengontrol perasaannya, ia kembali ke kelas. Sialnya, ia melihat Rafli sendirian di kelas sedang sibuk membaca buku di bangkunya.

"Sebisa mungkin jangan pernah kita terlihat berdua karena gue ga suka."

Tiba-tiba ia teringat peraturan dari Rafli. Aturan nomor dua. Jadi, ia memilih untuk ke lapangan basket karena jaraknya dekat. Ia sedang tidak ingin ke kantin karena disana pasti banyak orang, dan ia juga sedang menghindari teman-temannya yang nantinya akan menginterogasinya. Ia belum siap mengatakannya. Hatinya masih terluka, tapi dia senang karena akhirnya lelaki itu bisa menjadi pacarnya. Dia memang bodoh karena masih mencintai lelaki sedingin Rafli.

"Rik, kita udah sampe rumah lo."

Suara Deka membuyarkan lamunannya.

"Oh, maaf. Gue turun. Makasih, guys!" katanya sambil memaksakan seulas senyum. Ia membuka pintu mobil dan melangkah turun.

Yola dan Fia yang duduk di bangku penumpang belakang menatap Rika khawatir. Pasalnya, gadis itu sedari tadi diam dan tidak bercerita apapun tentang apa yang Rafli lakukan tadi dengannya. Walaupun penasaran, tapi mereka tidak ingin memaksa. Jadi, mereka membiarkan Rika istirahat hari ini.

"Lo berdua masih belum cerita? Gue ga berani tanya dia liat mukanya kayak orang capek banget," kata Deka sambil menoleh ke belakang.

Yola dan Fia saling bertatapan, lalu mengedikkan bahunya.

"Kita nunggu Rika cerita aja. Besok mungkin kita tanyain," kata Fia.

Yola mengangguk setuju, sedangkan Deka kelihatan menahan kesalnya.

"Ok, besok kita tanyain" putusnya sambil melajukan mobilnya ke jalanan.

***

Hari ini ia piket. Ia kebagian tugas mengisi spidol di ruang TU yang hanya dilakukan setiap pagi. Jadi, ia pun harus pergi pagi agar ia tidak mengantre saat mengisi spidol.

Itu adalah alasan pertama. Alasan kedua adalah ia tidak ingin mendengar gosip tentangnya yang menembak Rafli dan akhirnya berpacaran. Sebenarnya itu bukan gosip yang buruk, hanya saja ia merasa malu karena sudah menembak lelaki itu. Dan terakhir adalah supaya ia bisa menghindari Rafli.

Dan sepertinya ia kurang beruntung pagi ini. Ketika ia datang, ia melihat Rafli sedang duduk di bangkunya sambil membaca buku soal-soal UN. Beberapa murid di kelasnya sudah ada yang datang, tapi mereka langsung pergi ke kantin untuk sarapan di sana. Jadi hanya mereka berdua di dalam kelas.

Tidak boleh terlihat berdua. Bagaimana bisa lelaki itu memberikan aturan seperti itu? Apakah ia takut dirinya akan mengganggunya jika mereka hanya berdua?

Sambil menghela napas, ia pun memutuskan masuk ke kelas dan berjalan menuju kursinya. Rafli masih terlihat serius seperti tidak menyadari kehadirannya. Bahkan saat dirinya tidak sengaja menjatuhkan botol minumannya, lelaki itu sama sekali tidak menoleh dan tetap fokus pada bukunya.

Mungkin dirinya bodoh karena menerima semua perlakuan Rafli padanya, tapi ia tidak suka diabaikan. Jadi, ia berpikir untuk menyapa Rafli. Ia pun mengambil napas dalam dan menghembusnya perlahan. Ia sedang menyiapkan hatinya agar tidak terluka saat lelaki itu mengabaikannya.

Cold Love (Boy)Where stories live. Discover now