9. Itu sangat menyusahkan
Hai, vote dulu kuy sebelum baca
Happy reading :D
***
Mobil yang dikendarai Rafli memasuki jalan ramai. Di depan mereka mulai tampak kemacetan membuat kepalanya pening melihatnya. Gadis kecil itu masih belum berhenti menangis membuat dirinya semakin pusing.
Tiba-tiba saja gadis kecil di sebelahnya memukul lengannya. "Kakak jahat! Kenapa kakak marahin kakak tadi?"
Mobil mereka berhenti karena jalanan macet disebabkan lampu merah. Ia menoleh menatap adiknya bingung.
"Kakak tadi kan hanya nolongin Rika. Rika bahkan belum sempat bilang terima kasih."
Tangisan Rika kecil semakin kencang membuat Rafli panik. Ia langsung memeluk Rika dan mengusap rambutnya pelan untuk menenangkannya.
"Kakak minta maaf ya karena udah buat kamu nangis," ucapnya pelan. Gadis dipelukannya menggeleng.
"Harusnya kakak minta maaf sama kakak tadi karena udah marahin dia," katanya.
Rafli menggeram singkat sambil berusaha menahan amarahnya yang tiba-tiba muncul. "Lalu mau Rika sekarang apa?" tanyanya dengan nada rendah.
Tangisan gadis kecil itu berhenti menyisakan sesenggukan sebelum ia benar-benar berhenti. Wajahnya terlihat sangat lucu dan menggemaskan dengan mata sembab dan hidung yang memerah. Tapi, Rafli benci melihat adiknya yang menangis. Dan ia akan memberi orang-orang itu pelajaran karena sudah berani membuat adik kesayangannya menangis, termasuk orang itu. Yang kini sengaja ia tinggalkan disana. Lagipula gadis itu sudah besar dan tahu jalan pulang. Jadi ia tidak perlu khawatir ataupun merasa bersalah.
"Kita balik ke sekolah tadi buat ketemu kakak tadi," pintanya semangat.
Rafli ingin berteriak keras dan menolak. Tidak, ia tidak ingin bertemu gadis pengganggu itu. Dia sudah cukup merusak hidupnya. Tapi, melihat wajah adiknya yang penuh harapan begitu menggemaskan, ia menghela napas kasar terpaksa mengiyakan.
Tepat mobil di depan mereka bergerak, Rafli pun kembali menjalankan mobilnya ke tempat adiknya minta. Dalam hati ia berharap gadis itu sudah pulang dan sampai ke rumahnya.
***
"Kakak cantik."
Panggilan lembut dan polos itu membuat Rika tersentak dalam tangisannya. Dengan wajah penuh air mata, ia menatap gadis kecil lugu yang berdiri tepat di depan wajahnya dengan tatapan sendu.
"Kak..." panggil gadis kecil itu lagi dengan wajah sedih saat ia melihat Rika menangis. Rika memaksakan seulas senyum sambil menyahuti gadis kecil itu dengan suara seraknya habis menangis. "Ya?"
"Kakak menangis?" tanya gadis itu dengan wajah hampir menangis. Mau tidak mau Rika tertawa kecil walau sesekali ia sesenggukan.
"Ti-tidak," jawabnya. Tapi ia tidak bisa menghentikan tangisnya ketika melihat tatapan tajam Rafli padanya. Dan tanpa ia bisa tahan lagi, air matanya kembali mengalir mengingat kata-kata tajam Rafli.
"Hikss... kakak kenapa nangis? Siapa orang jahat yang bikin kakak nangis?" tanya Rika kecil yang mulai ikutan menangis.
Ingin Rika berteriak pada gadis kecil di depannya bahwa kakaknya yang tercintalah yang membuatnya seperti ini. Tapi ia tak sanggup, bahkan ia merasa bersalah karena sudah membuat anak itu ikutan menangis. Dipeluknya gadis kecil di hadapannya sambil mengelus rambutnya pelan.
YOU ARE READING
Cold Love (Boy)
Teen Fiction#Cold love series 1 Dia dingin, bahkan lebih dingin dibanding kutub utara. Dia jahat, karena sudah menolakku mentah-mentah saat aku menembaknya saat kenaikan kelas 12. Aku ingin menghindarinya, menjauhinya, dan menghilang dari kehidupannya semenja...