-1-

26 2 0
                                    

Ku masih terdiam duduk di atas tikar dan selimut yang kugunakan untuk tidur sebelumnya dengan menghadap ke cermin. 'hai kau, entah kamu atau aku... ini sebenarnya kenapa?' kataku dalam hati. Tak henti-hentinya aku berbicara dengan cermin itu walau dalam hati yang pasti si dia dalam cermin tak akan bisa tau. Rasanya sangat aneh tak bisa berbuat apa-apa lagi selain termenung meratapi nasip.

Tak lama setelah membisu, aku terdengar suara teriakan pria memanggil seseorang yang sepertinya telah lama dipanggil namun tak kunjung datang. Hingga membuat orang yang memanggilnya menjadi jengkel dan berteriak dengan keras sekuat tenaga.

" Elisaaaaaaaa!!!! Yakk Elisa!! Sudah kupanggil lebih dari 100 kali tak kunjung datang juga!! Cepat kemari!! " Teriaknya.

SREETTT....

Pintu kamar terbuka dan langsung disapa oleh omelan pria yang kuakui tampan tapi tak ku kenali. Tanpa jeda dia terus memarahiku hingga kata-katanya tak bisa kumengerti. Terlebih lagi dia ngomel-ngomel dengan menyebut nama 'ELISA' bukan namaku. Bisa jadi orang ini sangking cepatnya berbicara hinga melesetkan nama Leisa menjadi Elisa. Tapi untuk apa dia memanggilku.

"kok diem aja sih??!! Cepatlah.. mau marah karna aku tidak memanggilmu kakak? Salah siapa yang tidak mendengarkan panggilanku dari tadi? Cepatlah kak .. semua sudah bersiap untuk makan malam... teganya membiarkan kita kelaparan!! Tidur saja sana lanjutkan!! Kakak juga tidak memasak makan malam tadi!! Kakak membiarkan ibu memasak sendiri padahal kini giliranmu untuk memasak!! Hei Elisa ..................... kau tau itu!" komat-kamitnya bagaikan membaca mantra.

"Tunggu!? Elisa? kamu siapa? Ayah ibu? Mereka ada disini?" kataku.

"WHAT!! Apakah ini efek dari tidur di kamar seharian? Bisa lupa ingatan gitu? Tidak perlu bercanda lagi ayo turun!" bentaknya.

Mungkin jika dia adikku mau setampan apapun dia akan kuhajar juga karena sikapnya yang kurang ajar dan tidak menghormatiku sebagai kakak. Pada akhirnya aku menurut mengikutinya.

"Lama sekali, sedang menyiapkan peralatan sekolah besok? " tanya seorang wanita yang umurnya terlihat setara dengan ibuku yang asli.

Mereka terlihat seperti ayah dan ibuku walaupun wajah mereka tak sama. Sekilas terlihat umurnya sama seperti orangtua yang kumiliki. Kini aku harus memanggil mereka ayah dan ibu walau mereka bukanlah orangtua kandungku.

"Nak? Kok diam saja? Kamu baik-baik saja kan?" kini seorang bapak-bapak yang bertanya padaku.

"Iya, baik-baik aja kok om.. (eh) 'plak' ayah. Ada nyamuk tadi hehe" hampir saja.

Makanan di meja makan tertata rapi dengan berbagai menu yang dihidangkan. Tebakanku benar nuansa disini bagaikan Korea. Makanannya pun serba makanan korea. Bahasa yang mereka gunakan juga bahasa korea. Jadi sekarang aku benar-benar ada di Korea.

Masakan ibu ini sangat enak. Membuat rasa rinduku pada negara ini terobati. Kimchi buatannya sangat segar. Menu lainnya juga sangat melegakan walau jujur saja aku tidak tau namanya. Hanya beberapa menu saja yang kuketahui.

Aku pun mengikuti alur saja dengan mereka. Aku berusaha terbiasa dengan mereka yang sekarang adalah keluargaku. Ternyata mereka seru juga.

"Sepertinya skill mu nge-rapp sudah mulai meningkat Leo. Kau menggunakannya untuk mengomeli kakakmu. Apakah memang sudah dipersiapkan? Hahahaha" Ayah menggoda pria yang katanya adikku.

'oh.. namanya Leo' batinku.

"Benar sekali... aku saja sampai tidak paham apa yang dia katakan" aku pun ikut obrolan ini.

" Bagaimana bisa, padahal aku tidak pernah mempersiapkan rapp khusus untuk memarahi kakak. Aku selalu terfokus dengan rapp yang sesungguhnya tapi hasilnya tidak sebagus ini, mungkin kakak harus selalu kubentak untuk ku berlatih. Huahahahaha" katanya tanpa dosa dengan senyum evil nya.

"Hei enak saja .. seharusnya aku yang memarahimu! dimana-mana kakak yang memarahi adik bukan adik yang memarahi kakak!"

"Biarlah kan keren jika keluarga kita beda dari lainnya kak" jawabnya yang membuatku sebal hingga perang kejar-kejaran terjadi.

Aku merasa dia bagaikan adikku sesungguhnya. Kita sudah bisa akrab. Mungkin dia memang tidak asing denganku karena penampilanku yang menggambarkan kakaknya. Ternyata begini rasanya memiliki adik laki-laki yang selisih umurnya tidak terlalu jauh. Dalam kehidupanku yang sebenarnya aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Jarak antara aku dan saudara-saudaraku berbeda cukup jauh.

Aku berusaha mendalami tentang keluarga ini. Keluar bermarga Byun dalam budaya Korea. Walau marga keluarga ini adalah Byun mereka lebih memilih dengan sebutan nama lain. Tuan Byun Baek ho yang lebih memlih mengganti namanya dengan Tuan Alex. Nyonya Shi na menjadi nyonya Emely. Byun Baek Hyun menjadi Leo. Dan Elisabeth yang bernama asli Byun Yu na. Nama-nama itu adalah nama-nama inggris mereka. Sedikit membingungkan tetapi ku harus mencoba terbiasa dalam kehidupan disini. Seluruh silsilah keluarga Byun pun aku pelajari.

Aku teringat akan sekolah yang ibu katakan. Elisa dan aku memiliki umur yang sama. Kami juga duduk di bangku SMA tahun terakhir. Aku harus menggantikannya pergi kesekolah.

Kalender handphone menunjukkan bahwa besok hari Senin. Jujur saja aku tidak menyukai hari itu. Bagaimana bisa hari Senin menuju hari minggu sangat lama sedangkan hari minggu ke hari senin begitu cepat.

Aku lihat meja belajar yang dipenuhi dengan tumpukkan buku di kamar. Segeralah aku persiapkan peralatan sekolah untuk besok. Sesudah itu aku langsung mempersiapkan alas untuk tidur. Ku lupakan sejenak apa yang kualami hari ini mungkin saat kuterbangun nanti aku bisa kembali ke kehidupanku sebelumnya.

-------------------------------------------------------------

Enjoying ~ HopE yOu LIkE tHis:3

by : Nurma Ellya,

UNBELIEVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang