First touch

5.5K 197 33
                                    

*Warning typo bertebaran dimana mana*

Ali POV*

Aku tersenyum puas menunggu kedatangannya, dia seakan berat untuk melangkah namun tetap menyeret kedua kakinya untuk menghampiriku lagi, rambut panjangnya yang berwarna coklat hazel itu seketika menutupi matanya ketika dia membungkuk untuk menemukan wajahku.

"Apaan li?" Tanyanya dengan suara lembut.

Li? maksudnya Ali? kurang ajar sekali wanita ini
wajah ramahku seketika hilang, bisa kurasakan urat leherku menegang, rasanya ingin sekali ku tarik rambut panjangnya itu sampai dia masuk kedalam mobil dan menurunkannya kembali di tempat aku mengangkutnya tadi.

"Wtf, Li?" Tanyaku dengan wajah heran seraya meyakinkan kalau kalau aku salah dengar.

Dia lebih menunduk lagi dan menatapku dengan tatapan polos." Ya kamu lah.. nama kamu itu Ali, ya kan?" Tanyanya, baru saja aku ingin berkata dia bersuara lagi. "Kenapa? marah aku panggil nama kamu? ini kan diluar jam kantor, lagi pula umur kita juga sama kan?" Timpalnya dengan kepercayaan diri yang tinggi.

Aku membulatkan mataku, menatapnya dengan tatapan mata singa yang siap untuk menerjang, dan saat teringat akan suatu hal  aku membuang nafasku perlahan hingga membuat perasaanku lebih tenang, haissh kalau bukan wanita, pasti sudah kutinju dia habis habisan.

"Gak.. gak marah, biasa aja kita kan satu umur ya kalo di luar kantor kamu bebas kok panggil apa aja, boss sama kariawan itu harus akrab supaya semakin kompak untuk kerja samanya iya kan?"

"Enggak." Jawabnya sambil menggelengkan kepala.

Bom! rasanya aku benar benar ingin murka dia ingin cari mati denganku atau memang kurang pengajaran? demi Tuhan kalau tak ada hal yang kubutuhkan dari dia jangankan mengantarkan pulang menatapnya untuk sedetik saja mungkin aku akan muntah.

"Li? kok diem? kamu gak kesambet kan?" Dia bertanya sambil melambaikan tangannya di hadapan wajahku dan seketika memecahkan kebisingan dalam pikiranku.

"Kesambet? ada-ada aja, ya enggak lah masih aja percaya setan." Sambungku lalu menundukan kepalaku kebawah berusaha mencari sesuatu.

"Terus ada apa kamu pangg- gil sa" ucapnya terputus-putus waktu aku menunjukan paper bag miliknya yang dia tinggalkan di bawah jok.

"Hehehehe.." tawanya yang dipaksa karena malu mungkin? yang jelas dalam kegelapan aku masih bisa melihat pipinya yang merah dan langsung merebut paper bag itu dari tanganku.

"Maaf ya Li.. lupa saya, ngantuk soalnya Li.." Ucapnya beberapa kali menudukan kepalanya.

Aku tidak menanggapinya lagi dan memalingkan tatapan ku pada setir, meletakan kedua tanganku disana sementara satu kakiku bersiap-siap untuk menginjak pedal.

"Ceroboh, lain kali mungkin otak kamu yang bakal ketinggalan" Ucapku dengan sekali nafas

Aku menatapnya sekali lagi, wajahnya bersiap untuk memerah, mulut kecilnya bersiap untuk berkata namun aku lebih dulu kabur melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi.

"Wwoey.. apa maksudnya!!?" Dia berteriak.

Aku menggelengkan kepalaku, masa iya mulut sekecil itu suaranya masih terdengar dari jarak 10 meter gumamku sesekali melihat dari spion dan dia masih berdiri disana,  mengumpulkan seluruh tenaga untuk berteriak lebih kencang dan memintaku agar berhenti.

He's My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang