chapter 1

1.7K 87 14
                                    

' kucatat disini untuk terakhir kalinya aku akan berangkat sekarang pergi meninggalkan ayah sendirian dengan tinggi yang masih tidak bertambah miris memang tinggi ku hanya 130 padahal aku sudah lulus SMA bahkan aku akan kuliah hari ini hey dinding penipu saat aku lulus dari sana dan mengukur tinggi disini kau harus membuat tinggiku 170 cm camkan itu'

"Boob boob turun jangan kau marahi dinding itu lagi dia tidak bersalah padamu"

Ayah memang tau kebiasaan ku sejak aku TK aku selalu mengukur tinggiku di dinding, dan ibu meyakinkanku kalau nanti aku lulus SMP tinggi ku akan setara dengannya, dan ibu benar saat terakhir kali aku berjalan dengannya tinggiku mencapai telinganya tapi sampai ibu pergi ke surga Tuhan tinggiku stuck di 130 tidak bertambah miris -_- .

Ku geret keluar koper yang berisi baju ku, sebelum ku tutup pintu, aku Tatap kembali kamar yang berisi umpatan atas takdir pendek ku. Mungkin ayah akan mengecatnya saat aku ke korea.

Yapp aku akan ke Korea hari ini, bermodalkan apartemen berukuran sedang bekas ibu aku akan kuliah disana, dengan sahabat setan ku. Kenapa dia malah ikut aku senang sih dia ikut tapi aku jamin hidup tenangku berakhir hari ini.

' pagi Paman joe'

'pagi Ardilla'

'boob belum selesai mengumpat yaa paman'

Apa apaan ini kenapa mereka memanggilku boob terus menyebalkan.

"ArDilla jelek, nama ku Park boona berhenti memanggilku boob" sentakku kesal sambil menarik kursi untuk duduk.

"Heii aku namaku le daeh Li" sentaknya balik, apa apan dia mengganti namanya begitu tak jelas.

"Kasian yaa ayah dia ingin punya nama Korea tapi ga punya" ujarku terkikik geli meminta persetujuan ayah.

"Setidaknya setelah bertahun tahun tinggiku 160"skak itu kelemahan ku, mungkin aku akan membawa serta susu peninggi badan yang ayah berikan.

Kutatap ayah yang malah memperhatikan pertikaian ku dengan Dilla ups ' daeh Li' maksudku.

"Kalian dewasa cepat sekali padahal baru kemarin ku lihat kalian mandi di kolam karet depan rumah" ayah menatapku dan Dilla sedih.

"Aku akan mempercepat kelulusan ku ya ayah agar cepat kembali kesini"jawabku sambil menggenggam tangan ayah,

"Dan akan kupastikan boob nerd ini akan jadi Princess dikampus kami Paman tenang"dengan berbarengan aku dan Dilla memeluk ayahku.

**

"Paspor kalian mana?"dengan berbarengan ku angkat paspor ku dengan Dilla.

"Handphone?" Aku mengangkat kembali benda pipih itu berbarengan dengan Dilla.

"Dompet?" Dengan wajah mulai malas aku angkat sling bag ku yang tanpa ku sangka berbarengan dengan Dilla.

"Dompet, paspor, kartu imigrasi, ponsel, semua hal yang akan kau tanyakan ada disini"ucapku berbarengan dengan Dilla.

"Periksa dulu mungkin ada yang tertinggal apalagi kau daehli kau pelupa dan jangan tertawa boona kau itu ceroboh"ucapan akhir ayah membuat senyum ku luntur.

"Taxinya datang"ujar Dilla maksudku ' daehli'.

Ku biarkan supir taxi memasukan barang barang dan dengan sabar kudengarkan ocehan ibu rumah tangga didepan ku.

"Mantel adalah hal penting suhu disana bisa membuat kalian beku, jangan lupa buat sup ginseng yang ayah ajarkan agar kalian tetap hangat, selalu telfon ayah, jangan keluar malam, jangan pergi ke klub dan hal penting ini...

Jangan...

Membawa...

Pria...

Keapartemen.."tegas ayahku membuat aku dan daehli mengangguk cepat

"Naiklah saat sampai telfon ayah"aku peluk ayah dan menciumnya untuk terakhir kali.

"Hati hati yaa" aku mengangguk didalam mobil dan melambaikan tangan saat taxi mulai berjalan meninggalkan pekarangan rumahku.

"Boob kita akan transit dimana?" Tanya daehli cepat.

"Kalo cuaca tidak ekstrim mungkin kita transit sekali di Singapore atau hong Kong"perkiraanku.

"Aku gak sabar tau gak, ga sia sia aku belajar bahasa Korea denganmu"ujarnya membuatku mendelik.

"Tidak tau diuntung, kau diam diam ikut test tanpa mengatakan apapun padaku"ujarku sebal.

"Maaf deh,, nanti kita langsung keliling yaa lihat lihat Seoul"ujar daehli cepat.

"Aku traktir bulgogi deh"ujarnya lagi membuat aku tersenyum lalu membalas pelukannya.

**

"Thankyou sir"

"With pleasure"

Aku membiarkan kakiku beristirahat benar dugaanku kita transit sekali di Hong Kong dan daehli buru buru mencari toko coklat dasar payah aku saja malas berjalan dan dia malah memilih berkeliling.

"Dilla" ku panggil dia agak keras karna toko ini agak ramai aku ingin cepat balik ke airport.

"Ishh Boob nama ku daehli" ujarnya penuh penekanan.

"Iya iya daehli ayo balik kita transit emang 3 jam tapi aku ingin istirahat"rengeku malas.

"Iya ayo antar aku ke toilet dulu yaa"ujarnya membuat aku mendelik.

"Arghhh ga sanggup aku tunggu disini cepat balik kesini yaa"teriakku membuat orang disana menatap ku bingung.

"Hehehe hehe iya ini titip duduk aja yaa ada minuman tuh dipaper bag minum aja"ujarnya aku hanya mengangguk lalu duduk disalah satu kursi didepan toko itu.

Dukk

Entah terlalu fokus pada ice cream atau memang tak sadar kalo kursi disebelah ku kosong dan diduduki orang bermasker dengan topi hitam  yang mencurigakan ini.

"Teroris"bisiku yang tanpa sadar didengar olehnya ku pilin rok kotak kotak selutut ku jika teriak bisa jadi aku ditembak mati tapi aku harus apa.

"Ppptttfff cute"ujarnya sambil melirikku.

"Huuhh apa?"

Side to SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang