Satu

1K 103 7
                                    

Seperti biasa, Jakarta hari ini sibuk. Jalan-jalan Ibukota mulai dipadati kendaraan bermotor bahkan sebelum matahari terbit. Orang-orang memang lebih suka menikmati kemacetan yang tidak seberapa dan berangkat lebih awal berjuang melawan kemalasan daripada harus mengalami hari yang panjang diomeli boss karena telat. Atau lebih parahnya lagi, harus menunggu minggu berikutnya karena dosen pembimbing tidak suka mahasiswa yang tidak disiplin. Hari ini hari Senin, tidak ada jadwal kuliah untuk Thea, baginya Senin adalah weekend sesungguhnya. Dia harus menghabiskan Sabtu - Minggunya untuk latihan seharian karena jadwal manggung dadakan yang kadang selalu jatuh di hari weekend. Thea mendapat tawaran untuk menjadi vocalist band indie yang sudah cukup terkenal di kota-kota besar di Indonesia dan beberapa Negara Asia lain.
"Morning, Kei! Thank you for not waking me up. I have to re-charge my energy today. Have a nice day! Don't forget your meals! Send my warm regards for Acel! Tho I don't know him personally. Xoxo." Secarik post-it berwarna biru sudah tertempel di pintu kamar Thea. Hari ini Keiko cukup sibuk, jadwal kuliah yang padat selalu buat Keiko memilih sarapan di kedai kopi dekat kampus. Keiko bergegas dari apartemennya menuju kedai kopi untuk kemudian melanjutkan aktivitasnya di kampus.

Keiko sampai di kedai kopi dekat kampus yang tidak terlalu besar, dengan interior sederhana yang membuatnya nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keiko sampai di kedai kopi dekat kampus yang tidak terlalu besar, dengan interior sederhana yang membuatnya nyaman. Thea merekomendasikan tempat ini untuk Keiko karena Thea pikir, Keiko butuh tempat seperti ini untuk menulis artikel-artikelnya. Terbukti, selera mereka hampir sama. Kedai kopi ini menjadi kedai kopi favorit Keiko, dan Thea. Baristanya ramah, dan lagu-lagu yang diputar di sini juga sangat sesuai dengan selera musik Keiko.

Keiko sudah memiliki jadwal tetap dan sudut favorit di kedai kopi itu, Keiko duduk di sudut dekat jendela besar yang membelakangi jalan dengan meja bundar kecil dan sofa panjang yang cukup besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keiko sudah memiliki jadwal tetap dan sudut favorit di kedai kopi itu, Keiko duduk di sudut dekat jendela besar yang membelakangi jalan dengan meja bundar kecil dan sofa panjang yang cukup besar. Satu chocolate hazelnut dan segelas ocha panas sudah ada di mejanya. Hari ini kedai cukup ramai, untungnya Keiko sudah datang lebih awal untuk menyusun beberapa artikelnya yang harus naik cetak sebelum dia masuk kuliah pukul 10:35 pagi. Kedai di sini buka pukul 6 pagi sampai jam 12 malam. Tak jarang, tutup setelah Keiko menyelesaikan semua pekerjaan dan tugas-tugasnya.
*Triling* suara bel dari pintu masuk. Seorang pria dengan tubuh tinggi tegap, mengenakan hoodie hitam dan topi hitam sibuk dengan telepon genggamnya.

"Zio ada?" Tanya pria bertopi hitam itu dengan nada dingin kepada barista perempuan yang ada di balik meja kasir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zio ada?" Tanya pria bertopi hitam itu dengan nada dingin kepada barista perempuan yang ada di balik meja kasir.
"Zio hari ini shift sore. Ada yang bisa saya bantu?"
"Ice americano double shot sirupnya di pisah, satu."
"Take away atau minum di sini?"
"Take aw— (melihat ke sekeliling ruangan yang penuh dan hanya ada satu bangku besar yang diisi satu orang) minum di sini."
"Ada yang lain?"
"Nope!"
"Baik. Totalnya lima puluh lima ribu rupiah, bayar tunai atau kartu?"
"Card."
"Maaf atas nama siapa?"
"Arlo."
"Baik. Silakan ditunggu di sebelah sini."
Setelah selesai dengan pesanannya, pria bertubuh tinggi besar dengan pakaian serba hitam bernama Arlo ini berjalan menuju sofa besar yang berada di sudut ruangan di kedai kopi ini. Arlo berdiri tepat di depan Keiko yang sedang fokus ke layar laptopnya. Keiko menengadahkan kepalanya dan melepas earphonenya yang ia pasang di telinganya.
"Kosong?"
Keiko bingung dan kemudian melanjutkan pekerjaannya lagi.
"Hello?"
"Ya?"
"Kursinya kosong?"
"Nggak?"
"Anda sendiri?"
"Iya."
"Kalau begitu kosong." Arlo melangkah kesamping mendekati sofa panjang satu-satunya yang masih bisa diduduki oleh beberapa orang.
"Loh, kan ada saya." Keiko seketika berdiri.
"Anda sendiri kan?"
"Iya... tapi..."
"Saya juga customer. Kursi lain udah penuh. Yang kosong hanya kursi ini. Saya punya hak yang sama untuk duduk di sini."
"Saya gak bisa, satu meja dengan orang yang gak saya kenal."
"Kalo gitu, anda pindah aja ke single sofa yang ada."
Keiko melihat kesekeliling ruangan tidak ada sofa lain yang kosong. "Tapi ini tempat saya."
"Saya gak akan ganggu anda." Ia duduk dan kemudian mengeluarkan laptop dari tas hitam besarnya.

Hari ini Arlo cukup sibuk. Jadwal latihan, ngampus, belum lagi harus bertemu dengan team event organizer untuk acara musik di Bandung yang akan diadakan minggu depan. Persiapan bandnya ada sedikit masalah, bassist lama Arlo mendadak mengundurkan diri karena satu dan lain hal. Arlo harus mencari bassist baru, untungnya Arlo cukup punya banyak teman di dunia musik.

Ezio Julian, yang akrab dipanggil Zio ini adalah teman lama Arlo sewaktu SMA, bassist handal yang pernah ada dalam satu band dengan Arlo ini sekarang memiliki double job sebagai mahasiswa, sekaligus barista

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ezio Julian, yang akrab dipanggil Zio ini adalah teman lama Arlo sewaktu SMA, bassist handal yang pernah ada dalam satu band dengan Arlo ini sekarang memiliki double job sebagai mahasiswa, sekaligus barista. Zio dan Arlo kuliah di kampus yang berbeda, Zio adalah mahasiswa jurusan Seni Rupa di salah satu institut seni terkenal di Jakarta. Zio terkenal ramah dan humoris sejak SMA, musik ia jadikan sebagai hobi, bukan pekerjaan. Jadi setelah lulus dari SMA dia tidak lagi bergabung dengan grup atau band musik manapun. Tapi keahliannya di bidang musik cukup bisa dibanggakan. Bukan hanya handal dalam urusan seni musik, Zio juga handal dalam seni rupa terutama seni latte. Oleh sebab itu, Zio membuka bisnis kedai kopi bernama "No Doze" yang ia manage bersama teman SMPnya dulu, Acel.

The ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang