Prolog

1K 121 7
                                    

7:30 pagi, Teo duduk di balkon apartemennya, mengenakan kaos putih polos, celana pendek hitam, dan kacamata dengan frame bulat menghiasi wajahnya yang baru saja bangun, rambutnya berantakan, segelas cokelat panas, laptop, dan beberapa jurnal penti...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

7:30 pagi, Teo duduk di balkon apartemennya, mengenakan kaos putih polos, celana pendek hitam, dan kacamata dengan frame bulat menghiasi wajahnya yang baru saja bangun, rambutnya berantakan, segelas cokelat panas, laptop, dan beberapa jurnal penting juga tumpukan kertas-kertas persiapan skripsi menemani akhir Minggunya yang cukup senggang. Ada satu meja kecil dan satu wooden folding chair di sudut tembok balkonnya. Hari ini turun hujan, walau tidak begitu deras. Suara musik dari ruang tamu apartemennya masih terdengar sampai balkon apartemen, dia menatap layar laptopnya, membaca beberapa jurnal di tangannya, sambil mendengarkan lagu She Was Mine dari Jesse Berrera yang sudah beberapa hari ini menjadi lagu favoritnya masih menjadi teman setia pria berbadan tidak terlalu besar dan tidak terlalu tinggi ini.

No matter where you go

I won't be very far

'Cause in my head I'll be right there where you are

Konsentrasinya terpecah, melihat dua sosok wanita di seberang balkon apartemennya, satu berambut gelap panjang dan satu berambut pirang panjang. Keduanya asik bermain dengan hujan, wajah wanita berambut gelap dipenuhi kertas kecil warna-warni mencoba menebak gerak tubuh wanita berambut pirang satunya. Mereka terlihat begitu bahagia. "Have I met them before?" gumam Teo sambil menikmati segelas cokelat panasnya, kemudian meletakkannya kembali ke atas meja. Wanita berambut gelap itu melihat Teo dan terdiam, tiba-tiba senyum Teo mengembang dari bibirnya.

'Cause love has no distance baby

Love has no distance baby

No, not when it comes to you and me

Tiba-tiba hujan menjadi deras, Teo samar-samar melihat dua wanita itu memilih untuk masuk ke dalam apartemen mereka. Teo berdiri dari kursinya, meletakkan laptopnya di meja, memastikan apakah wanita itu membalas senyumnya.

'Cause in my eyes

She was mine

The ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang