1

1.5K 215 0
                                    

[1]

Jimin diperkirakan telah meninggal di kereta, sebelum dia dibawa ke rumah sakit. Beberapa saksi yang melihatnya berkata bahwa lelaki itu nampak tidur sejak kereta berangkat, tapi sampai di stasiun terakhir dia tidak bangun juga. Seseorang hendak membangunkannya namun tubuhnya sudah dingin.

Taehyung sempat mendapat penjelasan mengenai hal ini dari pihak kepolisian yang membawa jasad Jimin ke rumah sakit.

Astaga, kenapa?

Banyak hal yang dipikirkannya hingga ia tak juga jemu duduk di tempat itu meski tubuh Jimin telah berjam-jam terselimut kain putih. Dia memandang jasad itu seolah Jimin masih akan bangun dan berkata: hei, kena kau!

Taehyung memejamkan matanya putus asa. Dia merasa gemetar tangannya tak bisa dihentikan, dia tak berdaya. Menerima telpon dari polisi dengan kabar yang paling buruk yang pernah dia terima di tengah malam bagai selayang mimpi. Tapi kenyataannya dia berada di sini, di sebuah bilik di rumah sakit di mana jasad temannya terbaring menunggu wali untuk dijemput.

Ia tak bisa membawa Jimin pulang, harus menunggu orangtuanya dari Busan —mereka dalam perjalanan, langsung pergi dari rumah setelah dikabari.

Taehyung merasa kerongkongannya kering dan perih. Dia telah menolak air yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya sejak tadi. Dia hanya —tak tahu harus apa.

Sekarang, ada seorang anak lelaki yang bicara padanya dengan kata-kata yang tak bisa ia pahami.

"Jemput dia, kak."

Ia tak paham! Entah kenapa dia merasa ingin marah pada bocah itu. Tapi kemarahan dan tanda tanya itu tak bisa ia suarakan. Dia hanya bisa mengerutkan dahi, memandang bocah berambut cokelat itu menuntut penjelasan.

Akhirnya si anak yang berada di bilik seberangnya itu bangkit dari duduknya, lututnya yang memar dan berbalut perban itu membuatnya berjalan terseok. Tapi dia mendekat —mendekati Jimin.

"Kakak."

Taehyung melebarkan mata dan merasa napasnya terhenti ketika anak itu membuka kain yang menutupi tubuh Jimin. Dia membukanya perlahan, membuat wajah pucat itu nampak.

Taehyung nanar.

Tapi dia tak beranjak, bahkan saat anak itu menangkup wajah Jimin dengan kedua tangan lecetnya.

"Dia masih di sana, kak."

Wajah tidur yang tenang itu ditatapnya lamat. Taehyung, masih tak mengerti apa yang terjadi di sini.

"Maksudmu apa?"

"Dia masih belum jauh pergi, kalau kakak ingin dia kembali, kakak bisa menjemputnya."

Taehyung terenyak.

Anak itu memejamkan matanya, sementara tangan kecilnya masih menangkup kulit Jimin yang dingin.

"Dia tersesat..."

.

.

.

The Last Train: Horizon

.

.

.

November, 2016. A few days before

"Kan sudah ku bilang, jangan tidur di kereta! Kalau kau tiba-tiba bangun di antah-berantah, bagaimana?" Taehyung bicara dengan bersungut-sungut untuk menceramahi Jimin yang bercerita padanya; bahwa dia kapok tidur dalam perjalanan.

Lelaki bersurai abu-abu itu menendang kaki Taeyung main-main melihat sahabatnya yang marah-marah.

"Biasa saja 'sih. Kenapa kau marah padaku, lagipula aku tidak jadi orang hilang gara-gara salah turun stasiun 'kan?" ucapnya malas. Dia mengulum lolipop peachnya sambil memandang Taehyung yang masih sibuk menyalin catatan.

The Last Train: Horizon [minyoon/minv ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang