Musim Semi

51 6 1
                                    

Prolog

Di zaman yang serba modern ini, di mana pengetahuan dan teknologi berkembang, demikianlah musik yang juga berkembang, mulai dari berbagai genre musik berkembang hingga musik klasik. Persaingan dalam musik oleh musisi-musisi modern juga masih terlihat dalam era modern ini.

Di sebuah ajang final kompetisi piano, terlihat dua finalis sedang bersaing untuk mendapatkan gelar kehormatan sebagai juara 1 kompetisi piano internasional yang digelar di Jerman tersebut. Dengan masing-masing membawakan lagu yang sama yaitu lagu Mozart Piano Sonata No. 5 in G major. Namun kompetisi itu menghasilkan hasil seri untuk kedua finalis itu.

"Persaingan kita masih belum berakhir, Luke.." ucap salah satu finalis perempuan.

"Ya.. Kompetisi tahun depan akan kukalahkan kau, Mercy.." ucap finalis laki-laki yang bernama Luke.

Kedua musisi berbakat itu pergi ke negara asal mereka masing-masing. Bertahun-tahun kedua finalis itu menanti-nanti untuk bertemu di kompetisi internasional itu hingga mereka masing-masing telah berkeluarga dan masing-masing memiliki seorang anak. Namun, sebuah kecelakaan menimpa finalis laki-laki sehingga lumpuh dan buta.

Akan tetapi, persaingan mereka tetap tak berakhir sampai situ saja.

17 Tahun kemudian di Perancis

Di sebuah sekolah musik ternama yang bernama The Seven Strings, terlihat murid-murid baru berdatangan untuk memulai pelajaran pertama mereka pada musim semi. Di sekolah ini dapat terlihat berbagai murid dari berbagai negara.

Di sebuah lorong sekolah terlihat seorang gadis yang berjalan dengan cepat, namun tidak terlihat buru-buru, menuju ruang kelasnya.

"Ceklek!! Brak!!" terdengar suara gadis itu membuka pintu dan menutup pintu kelas dengan agak membantingnya.

Suasana kelas yang baru itu membuatnya agak berdebar dan ia segera menuju sebuah bangku kosong yang berada di pojok belakang kelas.

"Greek!!" suara kursi di bangku itu yang ditarik dari dua arah. Ternyata ada seorang pemuda yang juda hendak duduk di bengku itu.

"Ini tempatku.." ucap pemuda itu yang fasih berbahasa Perancis.

"Tapi aku yang memegang bangku ini pertama kali.." gadis itu tak mau mengalah.

"Aku anak dari musisi terkenal dan ternama, satu kelas ini seharusnya tunduk padaku.." balas pemuda itu.

"Orang tuaku jauh lebih terkenal dan ternama seinternasional!!" gadis itu makin tak mau mengalah.

"Brak!!" terdengar suara meja yang digebrak dan ternyata guru kelas telah masuk ke dalam kelas itu.

"Apa yang sedang kalian ributkan, Sonata?" tanya guru killer itu pada pemuda itu.

"Bukan sesuatu yang penting, Madame Adalyn.." jawab pemuda yang bernama Sonata itu.

"So-Sonata??" tanya gadis itu.

"Kalian semua, duduk di bangku kalian masing-masing!!" bentak Madame Adalyn.

Kelas pun menjadi hening dan pelajaran pun dimulai. Sonata sesekali melirik tajam ke arah Aria yang akhirnya duduk di seberang Sonata.

"Kenapa sih cowok itu main lirik-lirik ke arahku segala?" pikir Aria yang sesekali melihat Sonata melirik ke arahnya.

"Tugas pertama kalian adalah memainkan salah satu lagu Mozart dengan menggunakan piano!! Kalian latihan hari ini dan besok kalian harus tunjukkan hasilnya padaku!!" ucap Madame Adalyn dengan suara yang agak membentak.

"Piano ya... Itu sih tugas yang gampang!!" pikir Aria.

Murid-murid di kelas itu pun tampak mempelajari lembaran-lembaran musik karya Mozart. Ada yang mengetuk jemari mereka di meja seperti sedang memainkan piano, ada yang menutup telinga mereka sambil membaca lembaran musik itu, ada pula yang pergi ke auditorium untuk langsung bermain piano.

"Sonata... Tolong ajari aku di bagian ini..." ucap salah seorang gadis di kelas itu.

"Kyaa.. Sonata, kudengar ibumu seorang pianis yang terkenal kan?" tanya gadis yang lainnya lagi.

Sonata terlihat tidak meladeni gadis-gadis sekelasnya itu. Dia malah telah tenggelam dalam alunan lagu Mozart yang di dengarnya melalui headset yang dipakainya.

"Dia populer sekali.." pikir Aria yang beberapa kali menoleh ke arah Sonata yang dikerumuni teman-teman perempuan sekelasnya.

"Aria.. Kalau gak salah ayahmu pianis ternama juga kan?" tanya seorang pemuda yang menghampiri Aria dengan wajah yang sangat ramah.." Sebelumnya perkenalkan, namaku Hiver.."

"Eh..?? I-iya..." jawab Aria yang kaget akibat terbangun dari lamunannya.." Namaku Aria.."

"Sudah kuduga... Aku sangat mengagumi ayahmu.." jawab pemuda itu, " Aku tak menyangka bisa satu kelas dengan anak pianis yang aku kagumi itu.."

"Aku akan menunjukkan penampilan terbaikku pada kalian, akan aku tunjukkan kalau orang tuaku lebih hebat dari orang tuamu.." ucap Sonata yang sudah berada di depan Aria dan pemuda yang juga teman sekelas mereka.

"Cowok ini cepat banget, tiba-tiba ada di depanku.." pikir Aria.

"Baiklah.. Aku juga akan menunjukkan penampilan terbaikku.." balas Aria.

Jam pun tak terasa telah berlalu dan kini telah waktunya pulang.

"Uuhh... Bodohnya aku.. Kenapa aku malah jadi lupa jalan pulang??" keluh seorang gadis yang berbaring di bangku taman sekolah yang ternyata Aria.

"Tambah lagi cowok itu sombong banget sih.. Tambah lagi dia populer banget sih.. Apa bagusnya dari dia ya??" gumam Aria.

"Bicara sendiri di tempat sepi seperti ini? Jangan katakan padaku kalau kau sedang berbicara dengan hantu di tempat ini.." ucap Sonata yang tiba-tiba muncul di belakang Aria.

"Benar.. Emangnya kenapa? Aku memang lagi bicara dengan hantu, yaitu kamu.. Datang gak diundang, pulang juga gak ada yang mau antari kamu.." ucap Aria yang rada kaget.

Sonata terlihat agak kesal.." Ternyata susah juga ya bicara sama orang luar yang gak bisa berbahasa Perancis.."

Raut wajah Aria menjadi kesal.." Diam! Ini bukan urusanmu!!" ucap Aria yang bangkit berdiri lalu menendang kaki Sonata.

"Ukhh.. Kenapa kakiku ditendang???" tanya Sonata.

"Habisnya kau menyebalkan.." ucap Aria.." Kenapa kau selalu menggangguku?"

"Untuk hiburan.. Cewek sepertimu langka sih.." jawab Sonata.

"Kalau begitu pergi sanaa!!" Aria langsung memukuli Sonata dengan tasnya yang berat.

Sonata langsung menahan tangan Aria.

"Ikut aku.." ucap Sonata sambil menarik tangan Aria.

"Hei, hei.. Aku mau dibawa kemana?? Tolooong!!! Aku diculiik!!!" teriak Aria.

"Diam!! Siapa juga yang mau culik cewek aneh kayak kamu??!!" balas Sonata.

Sonata pun akhirnya berhasil menyeret Aria ke dalam sebuah ruangan yang gelap.

"M-mau apa kau??" tanya Aria.

"Jangan berpikiran aneh-aneh dulu.." jawab Sonata yang meraba-raba dinding dan akhirnya menemukan saklar lampu dan menghidupkan lampu ruangan itu.

"I-ini..?? Ruang orkestra??" tanya Aria yang terkagum-kagum karena di ruangan itu terlihat berbagai alat musik berjajar rapi di atas sebuah panggung yang besar.

"Ayo kita mainkan.." ajak Sonata.

To Be Continued....

Spring Of ShymponyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang