Prolog

161 17 2
                                    

Namaku adalah “ Shella anastasya ”. Ibu biasa memanggilku dengan panggilan “Shella “.

Aku terlahir sebagai anak dari seorang ibu yang sangat luar biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terlahir sebagai anak dari seorang ibu yang sangat luar biasa. Ia adalah seorang yang berkepribadian lembut dan bertutur kata halus dengan wajahnya yang masih terlihat cantik dikala usia senjanya saat ini. Aku sangat menyayanginya. Ia bukan hanya ibuku namun juga sebagai sahabat, teman dan saudaraku karena dia adalah satu-satunya hartaku  yang tersisa saat ini. Sejak kecil, aku sudah diajarkan oleh ibu bagaimana cara memperjuangkan hidup yang sebenarnya.

     Aku tinggal disebuah rumah kontrakan sederhana yang terletak di tempat perumahan kumuh kota jakarta yang biasa dikenal dengan nama daerah bodong karena tempatnya yang dipenuhi oleh penduduk miskin. Rumah kontrakan tersebut hanya terdiri dari satu kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur kecil untuk kami bernaung. Aku sangat bersyukur dengan tempat tinggalku saat ini karena sebelumnya kami tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap dan hanya tidur menumpang di pelantaran toko atau mushalah kecil sebelum akhirnya kami bertemu dengan seorang nenek tua yang biasa kami panggil “ Mbah ning ”. Karena dengan kebaikan hatinya memberikan kami tempat tinggal berupa rumah kontrakanya dengan harga murah setelah sebelumnya ibuku yang menolong mbah ning pada saat ia mengalami penjambretan di pasar.

 Karena dengan kebaikan hatinya memberikan kami tempat tinggal berupa rumah kontrakanya dengan harga murah setelah sebelumnya ibuku yang menolong mbah ning pada saat ia mengalami penjambretan di pasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Dengan kondisi kehidupan yang sangat pelik nyatanya tuhan memberikan cobaan lain kepadaku. Aku terlahir sebagai seorang anak cacat yang tidak memiliki kaki  sempurna. Kakiku saat ini masih lengkap namun memang pertumbuhanya tidak normal karena salah satu kaki kiriku tumbuh agak bengkok sehingga aku sering merasakan sakit jika terlalu lama berjalan. Terkadang aku berfikir,takdir apa yang sedang tuhan coba tunjukan kepadaku dengan berbagai masalah yang kuhadapi saat ini. Aku ingin seperti anak-anak normal lainya yang memiliki kedua kaki kuat sehingga dapat bermain dan berlari kemanapun yang ia suka. Namun,kenyataanya saat ini berjalan cepat pun aku tak sanggup..
Ibu mengatakan kepadaku bahwa aku adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Aku memiliki 2 kakak laki – laki namun salah satunya telah meninggal yang dimana menurut penjelasan ibu, kakaku meninggal karena kecerobohanya dan kegagalanya saat itu yang mengakibatkan ia selalu sedih hingga saat ini. Namun, hubunganku dengan salah satu kakaku itu juga tidaklah akrab karena memang sejak lama aku telah dipisahkan oleh kedua orang tuaku setelah mereka memutuskan untuk bercerai. Aku tidak tahu alasan khusus apa sehingga orang tuaku memisahkanku dengan kakaku hingga saat ini. Hanya foto usang yang ibu berikan berupa sebuah potret anak laki-laki yang memakai seragam sekolahnya dapat mengurangi rasa penasaranku pada kakaku. Ibu mengatakan bahwa kakak ku saat ini tinggal dengan ayah sedangkan aku tinggal bersama ibuku.

     Ibuku hanyalah seorang penjual lontong sayur keliling. Aku sering menemaninya ketika ia berjualan walaupun sering kali aku merasa diriku ini hanyalah beban baginya karena aku sering mengalami nyeri di bagian mata kaki ketika aku terlalu lelah berjalan sehingga ini menjadi penghambat ibuku saat ia sedang manjajakan jualannya dan aku sangat membencinya. Memang, uang yang ibu hasilkan dari berjualan tidaklah cukup untuk memenuhi segala kebutuhan kami. Hanya cukup untuk makan dan modal yang akan digunakan besok namun seiring waktu berjalan lontong sayur yang ibu jual mulai banyak peminat sehingga sedikit demi sedikit ibu dapat menyisihkan sebagian uangnya untuku kelak. Agar aku dapat bersekolah. Ibu sering berkata kepadaku bahwa “ miskin bukanlah halangan jika kau ingin sekolah ”. Hal itulah yang selalu menjadi penyemangatku hingga saat ini.Banyak cobaan yang telah ibu alami ketika berjualan lontong sayur. Pernah suatu ketika, ibu dimarahi oleh pembeli. Beliau mengatakan bahwa makanan yang ibu jual telah basi. Karena tak ingin memperpanjang masalah, ibu minta maaf kepadanya dan memberikan sejumlah uang ganti rugi dengan mengorbankan tabungan yang telah dikumpulkanya untuk ku sekolah. Aku sungguh marah saat itu, aku tidak habis pikir bagaimana bisa ibuku dengan tenangnya meminta maaf dan memberikan uang tersebut kepadanya padahal sudah jelas tuduhanya tidaklah masuk akal. Karena walaupun kami hanya berjualan lontong sayur namun ibuku sangatlah pemilih dalam pengolahan bahan serta dalam proses memasakanya sehingga kualitas dan kebersihanya pun terjamin. Lagi pula bagaimana bisa basi jika lontong yang ibu jual selalu baru tiap harinya. Aku rasa ini adalah orang iri yang tidak suka jika peminat lontong sayur ibuku selalu laris manis tiap harinya. Namun aku tidak mau berasumsi karena aku percaya kebaikan akan selalu menang dan itu pasti

--#####--


UnhappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang