Chapter 2

62 11 1
                                    

9 tahun berlalu
Aku sangat semangat pada pagi hari ini. Karena hari ini adalah hari pertama kali aku masuk SMA. Aku mengenakan kemeja putih dan rok hitam sesuai ketentuan yang telah diberikan dan membawa topi kerucut yang dihias dengan sulur-sulur tali di bagian ujungnya dengan tulisan namaku di bagian sisi topi dengan spidol hitam serta tak lupa membawa kalung permen yang terbuat dari tali rafia yang dihias dengan berbagai jenis permen yang terdiri dari 21 permen yang berbeda sesuai dengan nama sekolahku yaitu SMA Negeri 21 jakarta.
Awalnya aku terancam tidak dapat melanjutkan sekolahku setelah lulus SMP karena ibu sepertinya tidak sanggup lagi untuk membayar pendidikanku apalagi setelah hampir 2 bulan lamanya jualan ibu mengalami penurunan sehingga mau tidak mau ibu menggunakan sebagian uang sekolah yang telah ditabungnya bertahun-tahun untuk dijadikan sebagai modal jualan. Namun, wali kelasku yaitu ibu santi nampaknya sangat kecewa dengan keputusanku yang pada waktu itu mengatakan bahwa aku tidak ingin masuk SMA dan membuat ibu ku sulit

*Flashback

" Shella anastasya nilaimu sangat bagus .. tampaknya kau bisa mengikuti program PMPA yaitu program khusus yang diberikan kepada para siswa dan siswi pilihan di sekolah untuk dapat lulus masuk SMA tanpa harus melaksanakan tes dan hanya berdasarkan nilai sekolah " jelas bu santi sambil menatapku yang masih menunduk dalam diam.
" Shella?? " panggil bu santi yang membuat aku tersadar dari lamunan dan melanjutkan pertanyaanya
" Apakah kau sedang sakit? " tanya bu santi lagi
" Tidak bu, aku tidak sedang sakit saat ini " jelasku
" Lalu apa yang membuatmu lesu dan sedih seperti ini? "
" Ibu.. hmmm sepertinya aku tidak dapat melanjutkan pendidikan ku ke SMA saat ini " ujarku pelan sambil menahan tangis yang sudah dipelupuk mata
Sepertinya bu santi cukup terkejut dengan kata - kata yang telah ku katakan barusan. Hal itu dapat dilihat dari pupil matanya yang membesar dan menatapku dengan raut wajah penasaran
" kenapa?? " Tanya Bu Santi sambil mendekati dan memegang pundak ku. " Aku sebenarnya sangat ingin masuk SMA namun, ibuku hanyalah seorang penjual lontong keliling dan pendapatannya pun terbatas hanya untuk modal dan kehidupan sehari-hari saja. Uang yang diberikannya pada waktu smp ini adalah uang tabungannya yang telah dihasilkan dari kegiatannya menabung dari aku kecil dulu. Nah, untuk saat ini jualan ibuku sedang mengalami penurunan dan aku tidak ingin mengambil resiko dengan menghabiskan tabungan yang telah dikumpulkanya hanya untuk diriku saja. Aku tidak ingin membuatnya sulit " jelasku panjang lebar dengan air mata yang tanpa sadar telah jatuh
Lalu bu santi pun mengusap air mataku dan berkata pelan seraya tersenyum
" Hei mengapa kau harus sedih? Itu bukanlah akhir dari segalanya. Dengan nilaimu yang seperti ini ibu rasa kau bisa mengajukan beasiswa agar kau dapat melanjutkan pendidikanmu ke SMA. Saat ini banyak sekali perusahaan bahkan donatur yang memberikan beasiswa kepada para siswa dan siswi yang memiliki kemampuan akademik yang bagus dan tidak mampu. Ibu rasa itu bukanlah hal sulit. Nanti ibu coba bantu. "
Dengan seketika aku langsung menatap wajahnya dan tanpa sadar berteriak senang
" Benarkah?!! "
" ya,tentu saja "
Saat mendengarnya aku pun langsung menangis kencang tanpa menghiraukan orang lain yang mungkin akan mendengarkan suara ku dari luar ruangan ini. Ibu santi yang melihatku seperti itu pun langsung panik dan bingung menghadapiku, ia berusaha membuatku tenang dengan memelukku serta mengusapkan tangannya pada kepalaku hingga akupun tenang
" Terima kasih bu" bisikku dipelukanya yang membuat nya tersenyum senang dan meneteskan air mata karna terharu

*Flashback end

Dan disinilah aku, berbaris siap di tengah lapangan dengan menggunakan topi kerucut dan memegang buku tulis serta pulpen sambil mendengarkan kata penyambutan yang diberikan oleh kepala sekolahku atas murid baru yang secara resmi diterima di sekolah SMA Negeri 21 Jakarta tersebut. Setelah apel pagi tersebut dilaksanakan, kami dikumpulkan dan dibagi berdasarkan kelompok -kelompok kecil yang terdiri masing-masing 20 orang per kelompok yang dimana setiap kelompok diberikan dua senior yang terdiri atas laki- laki dan perempuan yang bertugas sebagai kakak pembimbing yang memberikan arahan dan petunjuk kepada masing-masing kelompoknya untuk melakukan berbagai kegiatan yang telah direncanakan
Setelah mengikuti hampir berbagai aktivitas dan kegitan yang telah dilakukan kini tibalah kami kepada misi terakhir yang harus dilakukan yaitu mendapatkan 21 tanda tangan senior dengan memberikan tiket berupa permen dalam waktu 30 menit saja. Sebenarnya aku sangat sulit untuk melakukanya disamping kakiku yang saat ini mulai sakit karena terlalu lama berdiri aku juga punya persoalan lain yaitu dimana aku harus berjalan cepat karena harus menyelesaikan misi tersbut dalam waktu 30 menit saja. Aku sebenarnya ingin mengatakan kepada kakak pembimbingku jika aku tidak sanggup melakukanya namun aku tidak mau terlihat lemah dan sakit apalagi ini adalah pengalaman pertamaku masuk SMA. Tentu saja hal ini sangatlah rugi untuk dilewatkan. Maka dari itu, aku berusaha kuat dan memaksakan diri untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan riang gembira
Saat peluit dibunyikan sebagai tanda mulainya kegiatan. Para siswa dan siswa masing -masing langsung berlarian kesana kemari untuk mendapatkan tanda tangan tersebut secepat mungkin. Aku yang karena kondisiku berusaha berjalan secepat mungkin dengan menahan sakit di mata kaki ku yang sepertinya membiru di balik kaos kaki putih yang ku kenakan dengan sepatu hitam yang nampak bagus terlihat dari luar.
Dikarenakan kacaunya kondisi saat itu dimana para siswa dan siswi masing-masing fokus untuk berlarian kesana kemari membuat mereka yaitu salah satu siswi tanpa sengaja menyenggolku dan membuatku terjerembab jatuh yang mengakibatkan lutuku berdarah dan sakit kaki yang kutahan selama ini pun bertambah hingga membuatku meneteskan air mata karna tidak dapat menahan sakitnya. Melihat hal itu gadis yang menumburku tanpa sengaja tersebut pun semakin merasa bersalah dan menggumamkan kata maaf berkali-kali namun ku respon dengan air mataku yang tampaknya tidak dapat ku cegah dan sepertinya hal tersebut mendapatkan perhatian dari siswa-siswi lainya karena pada saat itu mereka mulai mengerumuniku dengan berbagai raut penasaran di wajahnya.
Lalu, tidak lama kemudian terdapat suara pria di belakangku yang mengatakan
" Ada apa ini? Mengapa kalian tidak melanjutkan misinya?? Bubar -bubarr!!" mendengar suara nya yang tegas mereka pun langsung membubarkan diri
" Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya kepadaku dengan nada dingin dan terkesan marah yang membuatku tidak berani menatap wajahnya dan hanya menggelengkan kepalaku seakan mengatakan kepadanya " Tidak, aku tidak baik -baik saja "
Melihat hal tersebut tanpa mengatakan apa-apa lagi ia langsung menggendongku dalam keadaan menyamping dengan tangannya yang satu diletakan di bawah lututku dan yang satunya lagi sebagai penahan di punggungku dan membawaku ke UKS sekolah.
Setelah sampainya di UKS tersebut ia langsung mendudukan aku di atas tempat tidur yang memang telah disediakan dam mulai mebuka salah satu lemari yang sepertinya adalah tempat obat-obatan sambil mengambil berbagai peralatan yang dibutuhkan ia mulai mengatakan sesuatu setelah hampir beberapa menit tidak ada kata apapun yang terucap dari kami berdua
" Kau ini bodoh atau bagaimana hah??! Jika dari awal memang tidak sanggup seharusnya tidak usah ikut " dengan suara dingin yang sarat akan rasa kesal
Aku pun terkejut sehingga tanpa sadar memalingkan mataku kepadanya yang baru ku sadari ia adalah kakak seniorku yang merupakan ketua bem. Aku mengetahuinya dari sorot matanya yang tajam saat ia memberikan pidato peresmian murid baru setelah kepala sekolah tadi. Dengan kulit yang agak kecoklatan aku dapat melihat badannya yang tinggi dengan hidung mancung yang menghiasi wajahnya yang tampan aku rasa dia akan menjadi sosok pujaan wanita jika sikap dinginya dihilangkan, pikirku.

 Dengan kulit yang agak kecoklatan aku dapat melihat badannya yang tinggi dengan hidung mancung yang menghiasi wajahnya yang tampan aku rasa dia akan menjadi sosok pujaan wanita jika sikap dinginya dihilangkan, pikirku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Hei aku bertanya kepadamu bodoh. Mengapa kau tidak manjawabnya??" ujarnya penuh selidik
Karna aku tidak menjawab apapun ia mulai bertanya lagi
" Mengapa kau melihatku seperti itu???" tanyanya risih
Seakan tersadar dengan apa yang dikatakanya aku bergumam kecil
" Maafkan aku dan terima kasih" ujarku sambil memegang kakiku yang semakin sakit
Mendengar jawabanku yang ambigu dan tidak menjawab apapun dari yang ia tanyakan tampaknya membuatnya semakin kesal hal itu dapat dilihat dari sikapnya yang langsung berusaha menghirup udara sebanyak mungkin dan mengeluarkannya seakan memberikan gestur bahwa ia sedang meyakinkan diri untuk lebih sabar menghadapiku. Dia pun duduk disebelahku persis dia atas kursi yang terdapat diruangan tersebut dan memindahkanya di dekatku untuk membantuku mengobati kaki yang tampaknya lumayan parah karena dari tadi ia melihatku seakan menahan sakit di kakiku ini. Perlahan dia memegang kakiku dan meminta izin untuk membiarkannya membantuku dengan melepaskan kaus kaki dan sepatuku sambil mengangkat sedikit rok ku. Saat ia telah melihat keadaan kakiku yang seperti itu aku melihat sebersit raut wajahnya yang berubah. Namun aku tidak tau itu apakah rasa bersalah, kecewa ataupun marah karena hal tersebut hanya terjadi sebentar dan selama ia menolongku dan mengobati kakiku tidak ada satu katapun yang keluar dari kami berdua. Setelah ia selesai mengobati dan memindahkan kakiku di tempat tidur, aku mendengar ia menggumamkan sesuatu yang sangat kecil dan sarat akan rasa bersalah
" Maafkan aku.aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku hanya khawatir" jelasnya
" Tidak apa-apa. Terima kasih" kataku
Setelah mengucapkan hal tersebut dia langsung keluar dari ruangan tersebut yang kemudian disusul oleh gadis tadi yang menabraku yang tenyata ia telah menungguku dari tadi di luar ruang UKS namun takut untuk masuk. dengan raut wajahnya yang khawatir ia bertanya kepadaku
" Apakah kau baik baik saja? Maafkan aku yaahh.. tadi aku tidak melihatmu saat berlari sehingga aku menabrakmu dan membuatmu seperti ini " dengan wajah rasa bersalahnya
" Tidak apa- apa, aku baik -baik saja " jelasku sambil tersenyum kepadanya
" Namaku mentari. siapa namamu?" sambil tersenyum dia bertanya kepadaku
" Namaku shella anastasya tetapi kau bisa memanggilku shella"
" Wahh nama yang bagus untuk seorang gadis cantik sepertimu" jawabnya yang membuatku malu
Itulah awal pertemuanku dengan sahabatku yang hingga kini saat kelas 2 SMA kami masih sangatlah akrab, walaupun kami berbeda kelas karna aku masuk kelas X IPA 2 dan dia masuk kelas X IPA 3 namun kami tetap kompak dan saling mendukung satu sama lain. Semenjak kejadian di UKS tersebut sekarang aku mulai mengetahui nama seniorku yang satu itu yaitu " rayhan " yang biasa dipanggil " rey ". Semenjak kejadian itu hubungan ku cukup dekat denganya namun bukan dekat dalam artian yang sebenarnya karena kami hanya sesekali bertemu dan bertukar sapa karna ia sudah menganggapku seperti adiku sendiri katanya. Walaupun banyak yang tidak percaya bahwa hubunganku seperti itu dengan senior ku itu karena dia adalah tipe orang yang cuek dan dingin. Karena dialah aku tidak mengalami yang namanya pembullyan seperti yang aku alami sewaktu smp dulu. Mereka takut untuk berurusan denganku karna aku dekat dengannya dan mentari yang merupakan anak kepala sekolah.

UnhappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang