~🎼If this is my last night with you
Hold me like I'm more than just a friend
Give me a memory I can use🎼~🔉turn on music : adelle - all a ask
----
Apa kalian pernah merasakan?
Berada di posisi paling rapuh di hidup kalian, saat kalian harus meninggalkan seseorang yang sangat kalian sayang demi menuruti keinginan orang tua.
Itu yang sedang aku rasakan sekarang.Waktu sangat cepat berlalu, hari berganti Bulan, Bulan berganti tahun, hingga tiba saatnya aku harus meninggalkan nya. Rasanya baru kemarin aku mengenal sosok cowo blasteran amerika-indonesia itu. Tiga tahun berlalu hingga pada akhirnya aku yang harus mengakhiri kisah kita.
Angin berhembus dari arah barat. Membuat beberapa helai rambutku yang pada awalnya kuselipkan dibelakang telinga menjuntai lepas kepipi. Udara sangat dingin saat itu. Ditempat ini, aku masih menunggu. Disebuah kafe disekitaran lembang. Menunggu seseorang datang. Menyapaku lalu aku menyapanya balik. Mengucapkan beberapa patah kata, lalu berlalu meninggalkannya lebih dulu. Hanya itu saja. Tidak sulit. Namun, hanya dengan membayangkannya saja hatiku merasa tak sanggup. Padahal hanya hal itu saja. Sederhana tapi menyakitkan.
Tak perlu menunggu lebih lama lagi. Akhirnya dia datang. Dengan kaos denim serta celana jeans panjang andalannya ia mampu membuat beberapa cewe tak berkedip. Ia menghampiri ku, dengan senyum manis yang selalu ia berikan padaku saat kita bertemu.
"Haii sayang, maaf ya aku telat. Macet tadi." Dia menyapaku seperti biasa. Tangannya terulur mengacak pelan rambutku.
Aku tersenyum tipis. Menatap lekat cowo yg tengah berada dihadapan ku ini. Mataku mulai terasa panas saat kembali mengingat apa yang harus aku lakukan."Sayang ko kamu ngelamun gitu sih? Ada apa? Cerita sama aku" dengan sedikit khawatir dia menarik pelan dan mengusap lembut tanganku.
Aku terdiam untuk sesaat. Memikirkan langkah apa yang akan kuambil selanjutnya. Mataku dan matanya bertemu. Saling menatap dengan lekat. Aku tau jika terus seperti ini, lambat laun dinding pertahanan ku akan runtuh. Aku mengalihkan pandanganku, menatap gemerlap cahaya Bandung malam dari daerah lembang. Menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Aku mulai buka suara.
"Dy, aku mau putus." pandanganku masih menatap cahaya-cahaya itu. Berusaha tenang, menyesuaikan diri dengan keadaan. Meskipun saat ini aku sangat ingin sekali menangis. Melampiaskan semua kesedihanku dengan mengeluarkan cairan bening itu. Namun, aku tidak mau terlihat sangat rapuh saat mengambil keputusan ku sendiri dihadapannya.
"Tapi kamu kenapa tiba-tiba minta putus sama aku" ia masih menggenggam tanganku. Kini lebih erat. Seakan bahasa tubuhnya yang satu ini memberi tahuku agar jangan pergi.
Aku mengalihkan pandanganku. Menatap lekat bola mata coklat itu. Berharap ini bukan terakhir kalinya aku menatapnya seperti ini. Beberapa detik berselang, wanita tetaplah wanita. Sekuat-kuatnya wanita pasti akan rapuh saat wanita itu tak lagi mampu menahan apa yg ada dihatinya.
Tes.
Setetes air mata mampu jatuh dari mataku. Pandanganku mulai kabur. Karna banyaknya air mata yang berada dikelopak mataku.
Aku membalas genggaman tangan lembut itu. Dengan senyum tipis untuknya, Aku mengucapkan sepatah kata selamat tinggal.
"Jika kita takdir, kita akan dipertemukan kembali. Dengan cara apapun. Tuhan tau apa yang terbaik untuk kita. Terimakasih untuk 3tahun yang sangat berkesan."
Dia menatap ku tak percaya, matanya mulai berkaca namun tidak menangis. Perlahan aku melepas genggaman tanganku dan bangkit dari kursi lalu meningalkan tempat ini.Baru beberapa langkah, tanganku ditahan olehnya. Dia menarik agak keras pergelangan tanganku, hingga tubuh ku bertabrakan dengan dada bidangnya. Dia memelukku. Erat. Sangat erat. Seolah menyuruhku jangan pergi. Disitu pula seluruh pertahanan ku runtuh seketika. Mataku sangat terasa panas. Hingga tidak dapat dibendung lagi, aku menumpahkan semua kesedihanku pada seorang cowo yang tengah memelukku ini. Aku menangis tertahan, mencoba menahan isakan yang keluar dari mulutku.
Aku mencoba meregangkan pelukannya. Namun yang terjadi malah dia semakin mempererat pelukannya. Aku berusaha terus mencoba. Hingga pada akhirnya dia berkata "biarkan aku berada diposisi ini untuk beberapa detik lagi." hatiku berdesir. Lalu ia menghembuskan nafasnya pelan. "Kumohon, untuk yang terakhir kali nya." ada sedikit rasa sakit saat ia mengatakan 'terakhir kalinya' bukan sedikit, banyak.
Aku kembali menangis, membuat kaosnya basah karna air mataku. Malam terasa sangat dingin malan ini. Angin bertiup lumayan kecang, sehingga menimbulkan hawa sangat dingin menusuk kulit. Beberapa detik berselang, dia perlahan merenggangkan pelukannya. Hingga pelukan itu benar-benar terlepas. Tinggi badanku Yang lumayan terlampau jauh dengan tingi badannya membuat ku harus agak sedikit menengadahkan kepalaku Dan dia harus sedikit agak menunduk. Matanya terlihat merah. Aku tau perasaannya bagaimana. Tentu sakit. Namun dia masih bisa tersenyum lebar padaku. Dia menarik perlahan dan membawa tanganku kedepan dada bidangnya, menatap sebentar tanganku lalu menggengam erat keduanya. "Pergilah, aku akan melepaskan kamu. Apabila kamu percaya pada takdir yang berkata 'kita akan dipertemukan kembali,dengan cara apapun' aku akan berusaha percaya juga dengan takdir itu. Aku menyayangimu. Dan... kini aku benar-benar melepas kamu Clara Nindya Anandhita."
Mataku masih menatap lekat mata indahnya. Aku masih sedikit tidak percaya dengan ucapannya barusan. Terdengar miris. Kita harus saling melepas meski dunia tau kita saling mencinta.
"Kita saling melepas, membiarkan diri terjatuh dan berada diposisi paling rapuh. Tanpa salah satu diantara kita mencoba untuk bangkit. Terima Kasih. Aku menyayangimu Rendy Anggata Widhyatama."
Aku tersenyum tipis, lalu melepas perlahan genggaman tanggannya. Tidak ada perlawanan. Aku mencoba mengontrol diriku sendiri, memandang sekilas langit Bandung pada malam ini. Hingga akhirnya, aku melangkah pergi meninggalkannya. Menutup rapat lembar kisah kita. Mengakhiri semua kenangan Indah yang 'pernah' kita ukir bersama.
-----
Kisah kita telah berakhir. Meninggalkan banyak kenangan yang tersimpan. Sesuatu memaksa kira mengakhiri rasa ini, namun ketahuilah rasa ini tidak akan pernah berakhir.
Clara Nindya Anandhita
Semuanya berakhir malam ini. Benar nyatanya, sesuatu yang Indah tidak selamanya Indah. Seperti malam ini. Malam ini Indah Bintang dan bulan sama-sama menerangi langit Bandung. Namun, dimalam yang indah ini pula. Aku dan dia menutup lembar kisah kita. Mencoba saling melupa, mencoba menjadi sosok manusia yang kuat. Jika benar aku sangat terlihat baik didepanmu, percayalah ini adalah sandiwara terbaikku.
Rendy Anggata Widhyatama
------
Holaaa👋
Ketemu lagi sama aku.
Aku belum jago bikin cerita kaya gini sih. Masih amatiran hheee.
Semoga suka yaa💃
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamus Rindu
Ficção Adolescente"Kita saling melepas, membiarkan diri terjatuh dan berada diposisi paling rapuh. Tanpa salah satu diantara kita mencoba untuk bangkit. Terima Kasih. Aku menyayangimu Rendy Anggata Widhyatama." -Clara Nindya Anandhita 📍Published: Januari 2018 ◎Queen...