♡5♡

9K 426 8
                                    

  Mencintai seseorang adalah hal yang mungkin sudah biasa di kalangan manusia. Tapi bagaimana jika orang yang kita cintai memilih orang lain?.

  Kekuatan hati seseorang tak lebih dari balok yang tersusun lalu jatuh tertimpa angin. Harus sabar menyusun balok tersebut menjadi bentuk semula. Dengan keikhlasan hati dan kesabaran yang tinggi. Agar menjadi susuan balok yang lebih baik dari sebelum nya.

  Butuh perjuangan menerima kata kata dari seseorang yang kita cintai mencintai orang lain. Bagaimana rasa nya?

Selma tersenyum kearah Nafasya "ngga apa apa na,aku pulang yah..bilang ke umi sama abi.." Selma memutus kan untuk pulang ketika mendengar ucapan Gibran yang sesungguh nya. Ia tidak bisa terus begini.

Nafasya mengantarkan Selma sampai teras rumah. Di depan mobil ada Gibran dan Audria tengah tertawa bersama sama.

"Em..ka-mu gak izin dulu sama kak gibran? Apa perlu aku minta kak Gibran anterin?.."

"No..no.. nggak usah,aku pulang sendiri.." Selma membawa tas selempangan nya.

Ia tersenyum miris melihat 'mereka' tertawa tanpa beban.

Nafasya sangat tahu perasaan Selma saat ini "Sel..kamu baik baik ajah kan?.."

"Aku baik Nafasya.."

Nafasya mengangguk,ia mencoba menghampiri Gibran dan Selma ada di belakang nya "kak,anterin Selma mau pulang tuh.." kedua orang tersebut menengok kearah Nafasya.

Belum sempat Gibran menjawab "Bran,ayok kata nya mau nonton aku udah pesen loh tadi tiket nya film nya 20 menit lagi.." kata Audria.

Gibran mengangguk,dan menengok kearah Selma yang memperhatikan nya ada rasa kecewa di mata Selma.

"Kak?.." panggil Nafasya.

"Nggak de_-.."

"Em..na itu kayak nya taksi nya udah ada deh.." kata Selma yang tak ingin mendengar ucapan Gibran lagi. Terlalu sakit hati nya. Ia ingin pulang dan melepaskan fikiran nya.

"Sel?.."

"Naa..pliss.." mata Selma sudah merah.

Nafasya mengangguk dan mengantarkan Selma kedepan gerbang.
Dan kebetulan taksi datang. Nafasya menstop taksi itu. "Hati hati sel.."

Selma mengangguk ia tersenyum kecil kearah Nafasya dan masuk kedalam taksi. Air mata nya langsung luruh.
Ia mengusap airmata nya agar tidak terus keluar namun sia sia,airmata nya kembali menetes,mengenai jilbab bunga bunga yang ia pakai.

Rasa sesak di dada nya kini tercampur dengan isakan. Sangat sangat sakit. Ia berfikir,apa Gibran tidak sadar melakukan itu semua? Apa Gibran tidak berfikir bahwa ia sudah janji dengan nya? Apa Gibran tidak ingat bahwa dia yang telah mengubahnya? Apa Gibran tidak ingin kembali bersama nya? Apa Gibran tidak ingat juga disaat ia berbicara saya siap jadi obat rindu kamu ?.

Sangat jelas bukan? Tapi mengapa Gibran seenaknya menghempaskan rasa itu semua. Rasa yang telah ia jaga dan ingin ia keluarkan pada saat waktu nya. Apa ia tidak tahu sesakit apa yang selma rasakan.

Fikiran selma terus berkecamuk. Supir taksi yang sedari tadi memperhatikan selma merasa iba "ini tisu neng.." Selma mengangguk dan mengambil sodoran tisu tersebut "makasih pak.."

Perjalanan ke rumah Selma masih sangat jauh. Suasana sore dan hujan lebat mengingatkan kembali Selma kepada kejadian kemarin.

Dan kini ia sudah tak mungkin merasakan nya lagi. Ia masih terbayang di saat Gibran menyelimuti nya dengan selimut bayi,meledek nya di saat petir datang,menyuapkan makanan yang belum pernah Selma coba dan ia juga berjanji di saat ada petir ia yang menenangkan nya. Namun sekarang itu hanya sebuah kejadian yang sangat singkat bagi Selma.

Way Of Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang