♡3♡

10.6K 498 25
                                    


  Dengan segala perdebatan mereka di resto,akhirnya Gibran dan Selma kembali melanjutkan perjalanan nya menuju INC.

  Hujan deras masih mengguyur daerah sekitar,jalan menuju INC masih sangat jauh. Kilatan petir mengisi ruang langit yang sedang menurunkan air nya.
Setelah masuk mobil tadi,sepanjang perjalanan selma menutup telinga dengan tangan nya. Jika ada kilatan petir ia pasti menutup seluruh muka nya dengan selimut bayi itu,walaupun kilatan itu hanya sebuah cahaya tidak ada gemuruh yang menakutkan.

Gibran yang melihat itu dari tadi, sudah biasa dengan kelakuan Selma yang seperti itu. Ia,kasihan melihat selma seperti itu. Namun bagaimana lagi? Ia tidak bisa melakukan apa apa.

Duarr..

"Kyaaa..." teriak Selma. Gibran menghentikan laju mobil nya. Kaget dengan teriakan Selma.

Selma terus menutup muka nya dengan selimut. Bahu nya kembali bergetar namun ini lebih parah,suara tangis nya terdengar ke telinga Gibran.

Gibran menghela nafasnya,ia bingung harus melakukan apa. Gibran sudah memanggil Selma dengan suara yang tinggi namun selma tidak menyahuti nya.

Hujan di jalanan masih bergemuruh dengan kilatan petir tanpa suara. Gibran melihat sekeliling nya jalanan sangat sepi,ia menengok lagi kearah Selma yang semakin terisak. Sungguh Gibran sangat bingung.

"Heii.." panggil Gibran. Menurutnya hanya kilatan petir,sampai sampai Selma menangis sesenggukan. Kilatan petir sudah biasa bukan?jika terjadi hujan.

"Hei..udah gausah nangis.." kata Gibran lagi sambil memperhatikan Selma.

"Selma.." Selma terus saja menutup wajah nya dengan selimut itu.

"Kalau kamu tidak buka selimut nya.."

"Saya akan pergi.." kata Gibran dengan nada tinggi,karna suara nya di habiskan oleh gemuruh nya hujan.

Ajaib,Selma langsung menyingkirkan selimut yang menutupi wajah nya. Gibran memberikan tisu kepada Selma yang ada di dashboard mobil nya.
Selma mengambil tisu tersebut dan mengelap keseluruh wajah nya.

"Kenpa takut?.." tanya Gibran pada Selma. Cahaya lampu mobil menjadikan pandangan mereka bertemu. Mata Selma yang merah memperhatikan wajah Gibran yang terlihat sedikit kesal.

"A-ku takut,petirr.." suara lebay Selma keluar dengan mengerutkan bibir nya.

"Udah gausah nangis,cuma petir.." ucap Gibran dingin. Selma langsung bungkam.

"Mau ke INC,apa pulang?.." tanya Gibran, Namun Selma hanya memperhatikan hujan yang ada pada kaca depan mobil.

Kilatan petir dengan suara yang sangat besar datang lagi. Selma menutup mata nya agar tidak takut lagi,namun sia sia air mata selma,lolos dari tempat nya.

Gibran yang memperhatikan gerak gerik Selma dari tadi,ia menjadi kasihan. Ia menyesal telah menyinggung Selma.

"Hei..udah gausah nangis.." suara Gibran melembut. Selma menggeleng dan menghapus air mata nya yang keluar.

"Kamu takut?.."

" i-ya kak.."

"Tenang ada saya di sini.."

¤

Jam sepuluh malam selma dan Gibran sudah sampai di INC,langit masih setia menurunkan airnya dengan jumlah yang banyak.

Gibran mengetuk pintu rumah nya yang ada di INC.
Tak lama fatma membukakan pintu nya "astagfirullah nak..Baru sampai?,kenapa nggak dari sore ajah..kesini nya.."

Way Of Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang