Namanya Anggi. Cewek manis yang dikenal pendiem di kelas. Anggi cewek normal, bisa dibilang Anggi nggak punya keinginan untuk melebihi batasan normal itu. Anggi memilih hidup sebagai cewek SMA biasa, dan pilihan Anggi benar.
Dibandingkan dengan gue, Anggi menang banyak dalam posisi lebih benar. Anggi sopan dan kalem, walaupun nilai Anggi belum bisa dibilang masuk kategori luar biasa, tapi cewek itu menunjukkan bahwa dia selalu berusaha. Anggi juga dikenal sebagai anak yang pengertian, banyak anak yang mendatangi Anggi jika mereka dilanda masalah.
Sebaliknya, banyak anak yang mendatangi gue jika mereka sedang ingin naik pamor.
Sama seperti Putra, Anggi bukan sosok yang dihapal oleh seluruh penjuru sekolah. Anggi orang yang hanya dikenal oleh suatu lingkup kecil aja, tapi memberi efek besar bagi orang yang dekat dengan dia.
Dan sayangnya salah satu yang terkena efek itu adalah Putra Bagas Satria.
Pagi ini, kabar Anggi berpacaran dengan Putra sudah menyebar di mayoritas penduduk kelas, termasuk ke telinga gue.
Mereka memang cocok, dalam segi manapun. Mungkin aja kalau mereka lebih dikenal, mereka akan memenangkan kompetisi couple terkeren di sekolah.
Dan, apa yang gue lakukan? Nggak ada, gue cuma membaur dengan anak lainnya, turut senang, menggoda Anggi dengan memintainya pajak jadian, dan menyelamatinya. Karena apa yang bisa gue lakukan?
Berontak lalu memarahinya karena gue tau Putra lebih dulu?
Nggak, gue nggak bisa melakukan hal itu. Pastinya Putra juga nggak senang kalau mendengar hal itu. Gue cuma bisa diam, walaupun gue nggak bisa nyangkal kalau gue sakit, benar-benar sakit. Cuma seperti yang gue bilang di awal, nggak ada yang perlu tau.
Tapi gue nggak menyesal karena Tuhan membuat gue secara sepihak kenal dengan sosok Putra. lagi-lagi, gue mengatakan bahwa Putra adalah sosok yang luar biasa. Dan sampai detik ini, Putra nggak pernah tau bahwa sesosok gue pernah menyukai seorang Putra.
Bukan, Putra bukan sosok yang sempurna. Jika dibandingkan dengan Putra yang satunya. Putra Bagas Satria jauh kalah dari seluruh aspek kecuali sifatnya yang baik hati.
Tapi cinta nggak butuh kesempurnaan, dengan menyukai Putra gue belajar menerima orang dari segala sudut. Cinta itu memahami dan belajar menerima, bukan memaksa dan menuntut untuk yang lebih baik.Jujur, gue belajar mencintai dengan bertemunya gue dengan sosok Putra. Gue pun janji kepada diri gue, jika gue memutuskan untuk mencintai seseorang, gue akan mencintainya sebesar gue mencintai seorang Putra, atau bahkan lebih besar.
Karena siapapun sosok yang gue pilih nantinya, seberapa besar efeknya dia kepada diri gue, atau seberapa banyaknya kekurangan dari dirinya, karena takdir Tuhan untuk membuat gue secara tidak sengaja menyukai sosok itu nggak pernah salah, pasti ada alasannya untuk gue bertindak sedemikian rupa.
Gue patah hati, parah. Benar-benar patah hati yang hebat. Keputusan gue untuk mencintai seseorang secara penuh juga memberikan efek ini, efek patah hati yang juga ditampar secara penuh juga.
Gue nggak nangis di kelas, atau tiba-tiba jadi gila di kelas. Gue keluar kelas, tanpa ada yang menyadari bahwa gue benar-benar sakit.
Gue memilih tempat terpencil yang kemungkinan orang lewat tempat itu juga kecil. Bukan mau gue untuk jadi gini, tapi gue benar-benar nangis dan nggak tau lagi gimana cara nahannya.
Gue benar-benar bersumpah, gue nggak pernah dan nggak akan pernah menyesal pernah jatuh kepada sesosok Putra. Tapi di sisi lain gue juga nggak bisa bilang kalau gue nggak sedih, gue sedih, parah banget.
Orang-orang mungkin akan mengatakan gue alay jika tau hal ini, atau berlebihan, atau delusional. Tapi gue percaya, jika orang benar-benar mencintai seseorang, pasti juga akan mengalami masa seperti gue saat ini. Mungkin nggak dengan cara ini, tapi efeknya seperti ini.
Hari ini gue patah hati, dan orang-orang nggak perlu tau soal itu.
Hanya gue dan Tuhan yang ta—
"Rena?"
Dan saat ini, Putra Adi Mahesa berada di depan gue.
*end*
KAMU SEDANG MEMBACA
Putra [3/3]
Short Story[COMPLETED] Ada dua Putra di sekolah gue, tapi kebanyakan orang cuma tau Putra yang satu, Putra si anak basket yang menjadi idaman seluruh wanita di sekolah. Tapi dari dulu, hati gue memilih Putra yang satunya, Putra yang tertutup dan yang eksistens...