Amor

1.9K 68 9
                                    

"Sorry Bil, kayanya gue sama lo gak bisa terusin lagi hubungan ini"

Ku tatap wajah Bila dengan seksama. Ada ekspresi terkejut disana.

"Tapi Andre, kenapa berakhir secepet ini? Lo sama gue baru jadian satu bulan yang lalu. Apa ini gak terlalu cepet buat hubungan kita. Tolong lo pikirin lagi"

Nada memohonnya tak membuatku iba.

"Gue udah gak bisa jalanin hubungan ini. Sorry, gue udah gak cocok sama lo"

Aku pergi darinya. Menjauh meskipun gadis itu tetap memanggil namaku dengan isak tangis nya yang mulai kudengar. Tapi aku tak perduli.

Mungkin inilah mengapa semua orang di kampus melabeliku sebagai playboy kelas kakap. Aku melakukan ini bukan semata-mata ingin menyakiti wanita atau menguji ketampanan diri. Tapi setiap aku berhubungan dengan seorang wanita, yang terbayang di benakku bukanlah wanita yang menjadi kekasihku. Tapi orang lain, seorang lelaki.

Aku memang sudah gila. Tapi di zaman seperti ini mungkin sudah menjadi hal yang lumrah. Awalnya ku akui diriku pria yang normal. Namun kenormalan yang kumiliki berubah ketika aku mengenal pria manis bernama Vindra.

Aku menyadari hal ini ketika aku lulus SMA. Saat aku berpisah dengan pria itu. Tiga tahun kami berada di sekolah yang sama tapi aku baru mengenalnya ketika hari-hari terakhir di sekolah. Awalnya aku tak mengenalnya sama sekali secara pribadi. Aku hanya mengenalnya dari obrolan teman-teman sekelasku. Vindra anak yang pintar, selalu menjadi peringkat pertama di sekolah. Menjadi siswa berprestasi. Aku mengenalnya ketika pertama kali dipertemukan di ruang kepala sekolah.

Vindra anak yang manis. Kulit sawo matang dengaan garis rahang yang tegas. Hidungnya mancung dan besar, tapi pas untuk wajahnya. Memiliki mata indah dengan bulu mata lentik. Alisnya hitam lebat dan bola matanya cokelat terang appabila terkena pancaran sinar matahari. Giginya tak rapi, namun terlihat manis. Apalagi ketika tersenyum, seolah-olah ia menyuhirku dengan senyumannya.

Vindra juga memiliki suara yang indah. Aku masih ingat bagaimana suaranya memukau diriku saat acara Prom Night di sekolah. Sampai pada akhirnya, pada momen itulah aku mulai jatuh cinta padanya.

Namun setelah acara prom night itu aku tak pernah bertemu lagi dengganya. Semua kontak miliknya tak aktif. Saat berkunjung ke rumahnya pun ia menolak untuk bertemu denganku. Entah apa alasannya, dari sanalah aku mulai merasakan kegalauan.

Aku tahu Vindra juga kuliah di universitas yang sama denganku. Namun aku belum pernah sekalipun bertemu dengannya. Bahkan melihat batang hidungnya pun tak pernah. Padahal sudah empat tahun aku kuliah di universitas yang sama. Tuhan seolah-olah memberikan dinding di antara kami berdua agar kami tidak bertemu.

*****

"Ma, Andre pulang"

Teriakku sesampainya di rumah. Mama berjalan menghampiriku. Aku memberikan salam seperti biasa.

Tumben kamu sudah pulang. Tidak ada jadwal kuliah lagi memang?

Tanya mama dengan isyarat tangannya. Mamaku tunawicara, ia tak bisa berbicara dan mengandalkan kode-kode tangan itu untuk berkomunikasi.

"gak ada ma, Andre capek. Jadinya pulang, mama udah makan?

Mama menggelengkan kepalanya

Mama nunggu kamu pulang. Yuk kita makan, mama sudah masak buat kamu

Aku merangkul mama sambil tersenyum lalu berjalan menunu meja makan.

Hari ini mama kembali memasak sayur lodeh. Menu ini adalah menu kesukaan mendiaang ayahku. Setiap satu minggu sekali mama memang selalu sengaja untuk memasak sayur lodeh. Mama ingin membuat suasana bahwa ayah masih ada.

BRANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang