Pertama

21 1 0
                                    

Aku hanyalah seorang pria diusia 25 tahun. Dan kesibukanku saat ini adalah pekerja bangunan. Buruh kasar di posisi rendah tepatnya. Apa pun yang diperintahkan ke padaku akan aku buat. Pindah dari satu bangunan ke bangunan lain dan semua terasa sama. Semen, batu, besi dan terik matahari atau hujan menemani.

Dan sudah 6 bulan ini aku disibukkan dengan pembangunan sebuah rumah sakit berlantai 4. Kami bekerja cukup keras karena pemilik rumah sakit ingin di awal tahun sudah bisa menempati gedung ini.

" Arya bawa ke sini besi itu . "
Itu suara mandorku. Pak Burhan. Yang sudah satu tahun ini mengajakku ikut dengannya mengerjakan proyek berbagai bangunan.

Rumah sakit ini akan fokus di bagian persalinan, itu yang aku dengar dari serpihan - serpihan obrolan pak Burhan dan manager rumah sakit ini. Sekarang hanya tinggal finishing saja, hanya perlu polesan sedikit dibeberapa bagian.

Dan pertemuan itu tak lagi bisa aku elakkan, saat satu demi satu pegawai rumah sakit ini berdatangan. Dan itu menjadi kali pertama aku melihatnya. Dalam pakaian sederhana. Celana panjang berbahan kain, kemeja dan sehelai kerudung ungu muda melengkapi penampilannya. Aku tak tau saat itu juga pandangan ku terkunci pada sosok nya.

" ehhh kau masih disini. Dicari pak burhan kau ."

Itu Togar teman ku selama setahun belakangan ini.

" Dimana pak Burhan ??"

" Ada di lantai 4 dia. Cepat kau temui dia. Dari tadi sibuk kau aja yang dicarinya."

Aku hanya menjawab dengan acungan jempol. Dan berlalu menuju lantai 4.

" Woyyy Arya dari tadi aku cari. Sini dulu. "

Aku berjalan mendekat.

" Ini kan udah beres. Tinggal sedikit aja lagi. Tapi manager mau hari ini juga selesai tanpa ada yg kurang. Kau sikat bagian ini aja. Dia itu perfeksionis. Tak terima dia urusan keramik kena nat gini. "

Kuambil sikat dan lap. Perlahan mulai membersihkan keramik seperti yang diminta Pak Burhan. Sudah tugasku menurut mengerjakan apa saja. Salah ku yang dulu tak pernah serius belajar. Malah asik bermain dan tak berminat menyelesaikan sekolah ku. Meninggalkan bangku 2 SMA dengan perasaan bahagia. Dan tentu bahagia itu tak lama rasanya. Karena menginjak usia 20 an ini, banyak hal yang aku renungkan. Betapa rugi nya aku. Lihatlah, sudah usia 25, dan aku hanya bisa kerja serabutan seperti ini.

Dan dengan melihat gadis tadi. Aku semakin menyesali banyak hal. Siapalah aku ini, yang dengan berani mengunci pandangan pada gadis muda itu.

Ini pertama kalinya bagiku. Sungguh. Dulu aku tak perduli, tak mau tau, apa itu hubungan lawan jenis. Aku tak memiliki ketertarikan dengan yang namanya wanita.

Tapi melihat kesederhanaanya. Melihat senyum ramahnya. Aku tau ada sesuatu yang lain terjadi pada diriku. Gadis muda itu seperti magnet, menarikku mendekat. Menarikku untuk tau lebih jauh. Dan dari semua hal, hal pertama yang aku ingin ketahui adalah namanya.





BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang