Kedua

7 0 0
                                    

Tatiana.

3 hari waktu yang aku butuhkan sampai akhirnya aku tau, bahwa itu nama lengkap si gadis berkerudung ungu muda. Mengapa sangat lama.. karena selama ini aku hanya mendengar dia dipanggil dengan nama "ana". Sementara aku entah kerasukan apa, sangat ingin mengetahui nama lengkap nya.

Nama itu terasa indah tp sekaligus terasa jauh. Bagaimana tak jauh. Dia yang kemarin sudah menggunakan seragam rumah sakit. Bersepatu dan berjas. Rapi dan cantik. Sementara aku selalu terlihat kotor dan mungkin juga bau.

Beberapa hari ini akhirnya aku sedikit tau jadwal kerja Ana. Dia akan tiba di rumah sakit pada pukul 7 pagi dan akan pulang di pukul 4 sore.

Jadilah aq punya kegiatan baru sekarang. Setiap pagi akan bergegas turun hanya untuk melihat wajah segarnya dan setiap sore kembali naik ke paling atas, untuk melihat dia dari atas.

Dan aku juga jadi tau beberapa hal.
Pertama, Tatiana bekerja di rumah sakit ini dibagian Receptionist atau penerima tamu. Jadi untuk membuat janji temu dengan dokter harus melewati bagian itu.

Kedua dia ternyata diantar dan dijemput oleh bapak nya. Sementara karyawan wanita lain di jemput suami atau pacar, gadis itu bahkan di jemput bapak nya... ????

Hal ketiga yang aku ketahui adalah ternyata dia juga menjalani kuliah malam. Dari cerita sambil lalu yang kudengar, dia mengambil jurusan akuntansi. Ya ampun semakin merasa jauh lah aku ini. Kenapa ??? Aku tak tau itu jurusan apa. Terdengar keren. Tapi... ahhhh inilah, semakin menyesal aku karena dulu tak pernah serius sekolah.

" hmmm .. permisi bang, dokumen dari rumah sakit lama diletakkan di mana ya ?? "

Dan aku nyaris terjengkang mendengar suaranya. Itu suara pertama milik Ana yang ditujukan untukku. Ya ampun untuk apa gadis bersih dan rapi ini naik ke roof top. Tempat aku biasa melamun dan melihatnya dari jauh di pukul 4 sore.

" hmmm.. halloo. Info dari bang Rusdi
Ada di rooftop. Tapi di bagian mana ya ? "

Suara lembut itu kembali bertanya. Mungkin jengah melihat aku yang hanya terdiam.

" ooo.hh.. itu..hmm di ruangan sebelah situ."

Gugup aku menunjuk ruang pojokan. Ada 2 pintu disana. Memang untuk meletakkan dokumen yang dibawa dari rumah sakit lama.

Setelah dekat dengan pintu Ana menoleh ke arahku. Mungkin bertanya pintu yang mana satu.

" yang sebelah kanan."

" oke. Makasih bang."

Dan hari ke empat ini, langit berbaik hati memberi aku kesempatan mendengar suaranya.

Tak apalah hanya suaranya.
Karena itu harusnya lebih dari cukup untuk aku yang bahkan mendekat pun rasanya tak pantas.

BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang