Waktu terus berlalu, tanpa aku sadari aku berada pada titik jenuhku. Tanpa seseorang yang mendampingi dan selalu menjadikanku gelak tawanya. Kini waktu pun seakan berkata; bergeraklah! Waktumu menyendiri sudah habis. Carilah sesuatu yang mampu mengisi lubang di dalam hatimu. Tak usah yang cantik dan menawan. Yang aku cari terutama perempuan yang tulus mendampingiku saat bahagia maupun susahku. Karena yang setia adalah dia yang paling utama. Memprioritaskan pasangan itulah yang membuat betah setiap hubungan.
Entahlah?
Aku hanya bisa berdoa dan berusaha. Apapun hasilnya, aku akan tetap mensyukuri pemberiannya. Jika Tuhan mengizinkan kita berjodoh. Toh, kita akan kembali bersama lagi. Ini semua hanya tentang waktu. Dan semoga sang waktu dapat berkonspirasi dengan hubungan kita. Cinta adalah perasaan perasaan yang dapat dibolak-balik begitu saja, tetapi cintaku berbeda. Aku cinta kamu dengan tulus bukan karena modus.
Dariku, aku berikan rindu yang setiap detiknya mengalir menuju pelupukmu. Keluar sebagai air mata saat kau juga merindukan aku. Tapi, aku tak ingin kau menangis karena aku. Lupakanlah aku, sebab masih ada banyak sekali lelaki yang tampan yang siap bersanding denganmu.
Bukan aku!
Yang selalu menjadi muara aliran air matamu. Aku jelas ingat sekali matamu yang berlinang air mata. Sungguh, aku menyesal telah melukai hati yang rapuh itu.
Beribu maaf aku selalu lontarkan. Berharap engkau mengikhlaskan dan melupakanku dengan sederhana. Kenangan kita cukup sampai disini. Jangan menambahkan luka dalam hati. Jangan menambah derita pada rasa ini. Semoga kau bisa melupakanku secepat kita berkenalan dulu. Sekali lagi, maaf.Purwodadi, 14 Januari 2018
Tertanda;
©Barista Sajak
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, KENANGAN, DAN SAJAK TENTANGMU
PoetryTak perlu ada kata maaf saat rindu kepadamu kian hari membuncah. Sebab, rindu tak perlu permisi bila hati belum terisi. Ini adalah sebuah sajak yang tercipta untukmu. Bukan untuk mengenangmu apalagi mengharap engkau terpaku. Ini hanya secuil kata pa...