"Ekhm...o—oke," ucap Chanyeol kikuk, menuruti perintah Seungwan yang menyuruhnya untuk naik ke atas motor gadis itu. Banyak pasang mata yang memperhatikan, tetapi karena lagi-lagi Seungwan melotot garang sebelum memasang helm fullface-nya, tidak ada lagi yang berani menatap. Semuanya menunduk ke bawah, takut terkena masalah dengan seorang Seungwan.
"Kenapa bengong? Pegangan, gue mau ngebut," titah Seungwan lagi mutlak. Gadis itu lantas memasang helm-nya, lalu menghadap depan, memegang stang motor yang mesinnya sudah dihidupkan. Chanyeol berpikir keras, dia harus melakukan sesuatu.
"Ekhm, bentar," interupsi Chanyeol yang membuat Seungwan memutar matanya malas dibalik helm berkaca gelap itu. Chanyeol nampak membuka tasnya, lalu memasangkan tas ransel hitam usang miliknya itu ke punggung Seungwan.
"Maksud lo apaan?!" bentak Seungwan sedikit naik satu oktaf meski terhalang helm, namun Chanyeol hanya tersenyum canggung. "Gue takut jatuh, sedangkan lo gak ngijinin lo megang badan lo kan? Euhm, tas gue gak berat, tenang aja. Jadi entar, gue megang tas gua aja pas lo kebut-kebutan. Please, gue masih sayang nyawa, Seungwan." Sungguh, kenapa Chanyeol jadi ketakutan seperti ini? Suaranya menciut, padahal Chanyeol bukanlah tipe orang yang suka ketakutan.
"Oke." Seungwan menjawab singkat setelah beberapa detik hening diantara keduanya. Gadis berandal itu kembali menghadap ke depan, merasakan Chanyeol yang mulai mendekap kedua tas miliknya yang ada di punggung Seungwan, lalu mulai melajukan motornya perlahan. Awalnnya Chanyeol tenang, karena motor gadis itu melaju lambat, tapi tidak ketika Seungwan sudah menggas dan melajukan motornya dengan membabi buta. Chanyeol membatin, "Seungwan pasti sudah mengeluarkan uang banyak sehingga dia bisa mengendarai motor besar ini dengan tubuh mungilnya, tentunya dengan kecepatan seorang pembalap jalanan ulung."
Macet. Chanyeol mendengar satu umpatan terdengar samar dari bibir gadis itu. Chanyeol tidak bicara, dia hanya tetap memegangi tasnya yang digendong Seungwan di punggung, membiarkan gadis itu berkutat dengan keahliannya menyalip di jalanan. Harus Chanyeol akui, Seungwan terbilang pandai membawa motor. Dia telaten, meski sedikit urak-urakan ketika membawa motor sport itu. Tapi lama-kelamaan, Chanyeol terbiasa. Rasa takutnya menghilang, tergantikan nyaman ketika desir angin membelai rambutnya ditengah motor yang melaju kencang. Meski kesal, Chanyeol menarik sedikit senyumnya. Dibonceng Seungwan, rasanya tidak seburuk itu.
Motor yang melaju kencang perlahan melambat, lantas berhenti di depan sebuah tempat bermain billiard. Chanyeol melongo. Kenapa gadis itu membawanya kemari?
"Wan? Kita...ngapain?" tanya Chanyeol sambil bergerak turun atas perintah gadis itu. Seungwan tidak menjawab, gadis itu hanya membuka helmnya dan menyisir sedikit rambut panjangnya yang berantakan. Chanyeol sempat terdiam. Bagaimana bisa wajah seperti Seungwan adalah preman sekolahan? Rasanya tidak pantas, kalau saja Chanyeol bisa berpendapat.
"Masuk." Lagi-lagi perintah itu. Chanyeol menurut, mengambil alih tas ranselnya dari punggung Seungwan dan menggendong tas usang miliknya itu di punggungnya sendiri. Tubuh besar nan jangkung milik lelaki Park itu perlahan mengikuti langkah pendek Seungwan yang memasuki tempat billiard bernuansa hijau itu.
Chanyeol memegang pangkal hidungnya ketika memasuki pintu, sedikit terbatuk. Mendapat tatapan galak dari Seungwan, Chanyeol menundukkan kepalanya dan menahan batuknya sembari menutup mulut. "Bau asap rokok," komentar Chanyeol, tentu saja di dalam hati karena dia masih belum ingin Seungwan memenggal kepalanya.
"Yo, what's up?"
Chanyeol menaikkan kepalanya yang sedari tadi menunduk, memandang lurus ke arah Seungwan yang kini bertos ria dengan salah seorang lelaki di tempat itu. Mukanya sedikit garang, dengan satu beksa luka horizontal di bagian pipi. Lelaki yang berbicara dengan Seungwan itu memakai jaket denim dan celana jeans model robek di beberapa bagian. Singkat saja, wajah seperti ini yang pantas disebut preman, Chanyeol bersuara dalam hati mengomentari lelaki yang tidak jauh lebih tinggi darinya itu.
"Ikut gue," suara Seungwan menyadarkan Chanyeol dari lamunannya yang asyik memperhatikan penampilan beberapa orang di tempat billiard itu. Tempat ini bukan tempat billiard mewah yang menjadi bayang standar bagi orang kaya macam Seungwan, bahkan menurut Chanyeol tempat ini sedikit tidak terurus.
"Yo, welcome," Chanyeol bergidik ketika lelaki yang baru dia komentari penampilannya meninju pelan bahunya yang lewat karena mengikuti langkah Seungwan. Karena tidak tau harus berekspresi apa, Chanyeol hanya tersenyum tipis sambil berlalu. Jantungnya ketar-ketir. Sepertinya Seungwan akrab dengan orang di tempat ini dan hafal betul tempat billiard ini, tidak mungkin kan gadis itu ingin membunuhnya disini? Atau malah menyuruh orang-orang yang menatapnya tadi untuk memukuli Chanyeol, mungkin?
"Masuk," lagi, Seungwan mengeluarkan perintah. Chanyeol menatap pintu ruangan di depannya panas dingin. Ya Tuhan, sebenarnya Seungwan mau apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Since I Met You「 wenyeol 」
Fanfic「 Non Baku 」 ❝ Lo tau alasan kenapa sekarang gue berhenti merokok? Itu karena lo. Itu karena gue baru tau kalau ada yang lebih candu dari rokok setelah ketemu sama lo. Tau apa yang lebih candu? Itu lo, Chanyeol. ❞ Seungwan itu berandal. Kerjanya ka...