Kimochi warui

16.4K 716 31
                                    

Perlahan manik merah itu terbuka. Dan cahaya matahari yang menembus jendela ruang kerja Soraru langsung menyergapnya.

Ah sudah pagi..

Dirinya tidak begitu ingat jelas dengan apa yang terjadi semalam, antara dirinya dengan Soraru. Yang jelas rasa ngilu di pipi, rahang, dan daerah selangkangannya adalah hasil perbuatan Soraru. Tubuhnya masih dibalut kemeja yang sama, masih terikat di kaki meja. Hanya saja tubuhnya yang tidak memakai pakaian ditutupi oleh jas putih yang ia yakini adalah milik Soraru. Pria itu cukup baik bukan? Dengan tidak membiarkannya mati kedinginan setelah lelah menyuguhkan tubuhnya.

Diliriknya dasi merah yang tergeletak disamping, Soraru bahkan sempat membukakan kebutaannya.

Tubuhnya lemas, tidak bisa menggerakkannya sama sekali. Hanya sebatas menggerakkan jari saja yang bisa ia lakukan. Toh jemari itu juga seakan mati rasa berkat aliran darah yang tertahan disekitar pergelangan tangan. Matanya tak sengaja nenangkap penampakkan jam dinding yang dentumannya hampir tersamarkan suara gemerisik pepohonan yang tertiup angin di luar sana.

Jam 9..

Berarti hari ini dirinya absen. Atau lebih tepatnya terpaksa absen. Karena Soraru tidak membiarkannya terlepas dari ruang kerja ini. Dan Mafu pun yakin Soraru menguncinya dari luar.

Berusaha diingat-ingat, saat ini adalah jam mata pelajarannya Soraru. Diam-diam ia penasaran Soraru akan mengijinkannya dalam daftar kehadiran atau menyatakan kebolosan. Atau mungkin ditulis sakit?

Mafu mulai merasa tidak nyaman dengan rasa dingin yang menyergapnya saat angin di luar ikut masuk. Rasa mual juga tiba-tiba mendominasi perutnya. Untung saja perutnya kosong jadi tidak sampai memuntahkan rasa mualnya.

Tak lama kemudian suara kunci terbuka mengusik perhatiannya. Dan benar, pintu yang terasa jauh darinya itu terbuka ーmenampilkan sosok Soraru yang sudah rapi dengan setelan jasnya seperti biasa.

Entah kenapa, disaat seharusnya Mafu merasa takut pada sosok itu ia malah merasa lega. Terlampau lega. Seakan tidak ingat dengan segala kekerasan yang Soraru lakukan padanya. Atau bisa dikatakan, ketagihan?

Manik mereka bertemu. Dan Soraru tidak langsung menghampiri Mafu, mengujinya sedikit.

"Kau tampak menyedihkan."

Mafu tak menjawab. Tenggorokannya kering, sangat sulit baginya untuk sekedar membuka mulut. Soraru sadar akan hal itu, tentu saja. Dan senyuman sinis menghiasi bibirnya lagi, seperti semalam. Dihampirinya Mafu, dengan sebotol air yang kebetulan ada di meja nakasnya.

Tepat saat langkah mantap itu berhenti didepan Mafu, Soraru langsung mengguyurkan setengah air dari botol ditangannya. Guyuran perlahan, yang sengaja agar Mafu merasakan dingin menusuk bertahap. Mafu tersentak, saat air dingin itu menyentuh sekujur tubuhnya. Kemeja dan jas yang menutupi pahanya ikut basah, tak membantu lagi dalam meredam kedinginan. Sepertinya sebentar lagi ia akan menggigil.

"Dou? Kimochi ga?"

Mafu menunduk, seiring dengan berhentinya guyuran air dari Soraru.

Tetesan air dari rambut putihnya jatuh bertahap ーdari cepat menjadi lambat.

Soraru berjongkok, masih tersenyum sinis padanya. Ia kemudian menyentuh permukaan bibir pemuda itu. Masih terasa kenyal meski kelihatannya kering.

"Sampai kapan kau akan bertahan disini ya?" Soraru bermonolog, karena tahu Mafu tidak akan membalasnya.

Sentuhan lembut di bibir itu berubah menjadi tekanan, selanjutnya beralih menyusuri setiap luka sayat yang menghiasi pipinya. Rasa linu menjalar.

触ってください先生! (Sawatte kudasai, sensei!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang