Pagi hari yang cerah telah tiba, matahari terbit dan bersinar dengan hangatnya, burung-burung berkicauan menyanyikan musik dunia, semua orang mulai bersiap-siap memulai aktivitas masing-masing dengan hati gembira.
Ah tunggu, sepertinya ada satu orang yang tidak sependapat dengan narasi diatas. Baiklah kita lihat siapa orang tidak beruntung itu.
"Ma, aku janji tidak akan mengulanginya lagi na."
"Tidak anak muda, kau sudah berjanji manis seperti itu ratusan kali dan selalu kau dustai. Keputusan Mae sudah tidak bisa diganggu gugat lagi."
"Tapi kan kesalahan seperti itu sudah biasa ma—"
"APA?! BIASA KATAMU! PULANG LARUT MALAM DALAM KEADAAN MABUK BERAT SEPERTI ITU KAU BILANG BIASA?! DASAR ANAK NAKAAALLL!!" #capslockJebol XD
"AAAWW...Sakit ma, rambutkuuu mahkotakuuu. Pa, tolonglah anakmu yang tampan ini.."
Baiklah, rasa-rasanya suasana damai pagi hari tidak berlaku pada keluarga ini. Kita bisa lihat, seorang wanita paruh baya yang sepertinya nyonya dalam keluarga itu sedang menjambak rambut seorang pria muda yang sangat diakui ketampanannya jika saja wajah ternistakannya itu dihilangkan. Mereka adalah Nyonya Thanit dengan anak laki-laki sulungnya, Itthipat Thanit atau nama bekennya adalah Godt.
Sedangkan sang kepala keluarga sendiri, Tuan Thanit terlihat anteng(?) dengan sebuah Koran yang dibacanya dan secangkir kopi dihadapannya, sama sekali tidak terusik dengan keributan Ibu-Anak tersebut.
"Mae tidak mau tahu Godt. Hukuman tetap berlanjut! Tak ada kencan, Hang out, lalu kartu kredit dan mobilmu aku sita selama 2 minggu. Dan ingat, kau harus sudah pulang sebelum waktu makan malam tiba. Jika kau macam-macam, kepalamu itu yang aku botaki. Mengerti?!"Kata Nyonya Thanit sadis masih menjambak rambut anak laki-lakinya yang katanya nakal itu.
"Aaaww...Baik, baiklah ma, aku mengerti.Tapi tolong lepaskan rambutku ya Maeku yang cantik dan menawan." Godt mencoba melepaskan tangan ibunya itu dari rambutnya, tak lucu bukan jika ia kehilangan gelar pangeran kampusnya karena rambutnya yang tiba-tiba botak duluan akibat jambakan ibunya? Lebih baik ia mengibarkan bendera putih di hadapan sang Ratu.
Mendengar perkataan anaknya, Nyonya Thanit melepas rambut Godt lalu berdecih, "Tsk, aku benar-benar akan cepat tua jika mengurus anak sepertimu, astaga..." ujarnya sambil memijit keningnya, pening sendiri menghadapi kelakuan anak sulung tampannya itu.
"kau memang sudah tua ma." Gumam Godt pelan.
"Apa katamu?"
"Ti—tidak ma, aku tidak bilang apa-apa. Godt sarapan dulu na Maeku yang cantik seperti bidadari."
Godt buru-buru berlalu dari sana sebelum adanya lanjutan eksekusi mati dari ibunya lalu bergabung dengan Kate, adik perempuannya, yang sudah asik dengan roti bakarnya. Ia pun mengambil rotinya dan mengolesinya dengan selai kacang.
"Jalan kaki lalu naik kendaraan umum. Syukurlah akhirnya phi bisa bergaya hidup sehat."
Godt mendelik kesal kearah adiknya yang saat ini mengalihkan pandangannya dan berpura-pura asik dengan sarapannya, "Diam Kate."
"Huh, sepertinya ada yang bicara ya? Atau hanya perasaanku ya? Oh ya phi, tahu tidak. Hari ini aku diizinkan memakai Mercedez milik kakakku loh. Sungguh mulia sekali hati kakakku itu."
Mendengar mobil kesayangannya disebut-sebut, wajah Godt semakin keruh, "Kau bosan hidup ya adikku sayang?" desisnya tajam. Setelah ibunya, kini gantian adiknya yang mencari gara-gara dengannya. Godt rasanya sudah ingin mengunyah seseorang sekarang.
YOU ARE READING
One Moment In Time
Fanfiction'No matter how long chapter it takes or how much stories made, my name will stand beside your name always. It's called destiny' (Kumpulan Oneshoot dan Drabble GodBas/PhaYo)