"Masih sibuk memperhatikan nong Wayo mu?"
Phana hampir saja tersedak oleh cola yang diminumnya saat sebuah tangan menepuk bahunya secara tiba-tiba. Ia menoleh dan menemukan seringai menyebalkan dari kedua sahabatnya, Beam dan Kit.
"Aku bersumpah jika saja kalian bukan sahabatku, aku akan benar-benar mematahkan leher kalian."
Beam dan Kit hanya tertawa mendengar(yang mereka tahu) ancaman kosong itu dan duduk di hadapan Phana dengan tangan yang penuh makanan.
"Relax dude, aku tahu kau mencintai kami," ujar Kit memainkan alisnya.
"I don't love you,"
Beam mengeluarkan senyum menggodanya, "Yeah, because the one you love is none other than nong Wayo."
Phana menggertakkan giginya kesal walau tak ayal, kedua pipinya mulai memanas. Inilah kenapa sahabatnya adalah orang-orang yang paling dekat dengannya sekaligus juga paling dibencinya. Mereka tahu semua hal tentangnya, termasuk ketertarikannya terhadap salah satu dari adik kelasnya. Pria mungil nan manis bernama Wayo.
Mengetahui ia tidak akan bisa menang melawan kedua sahabatnya, Phana mengabaikan godaan tersebut dan tatapan matanya kembali memperhatikan gerak gerik adik kelas yang ditaksirnya, yang sedang duduk terhalang beberapa meja di hadapannya.
"Kau bisa menghampirinya jika kau mau Pha," usul Beam jengah melihat tatapan memuja Phana jika adik kelasnya itu sudah berada di jarak pandangnya.
Ayolah, Phana itu adalah pangeran sekolah mereka. Dengan sekali kedipan matanya, semua wanita bersedia tunduk dibawah kuasanya. Ia bisa memilih wanita manapun untuk menjadi kekasihnya. Tapi entah bagaimana gelar playboy dan cassanova nya itu seakan runtuh saat dihadapkan oleh seorang Wayo Panitchayasawad.
"Aku tidak bisa melakukan itu. Ia selalu lari jika bertemu denganku," keluh Phana.
"Salah, yang benar kau terlalu pengecut untuk mendekatinya. Mungkin ia ketakutan karena belum mengenalmu. Dengan reputasimu, tidak aneh jika ia takut denganmu,"
Phana hanya bisa terdiam mendengar omelan Beam. Ia sadar jika ia memang pengecut jika bersangkutan dengan orang yang dicintainya. Ini pertama kali baginya memiliki perasaan sekuat ini terhadap seseorang. Jika bukan karena sahabatnya, mungkin sampai detik ini ia tidak tahu siapa nama orang yang dicintainya.
"Aku dengar Wayo akan berulang tahun lusa. Apa rencanamu?" Tanya Kit sambil memakan makan siangnya.
Mata Phana membelalak kaget mendengar itu. Ulang tahun? Wayonya akan berulang tahun lusa? Mengapa ia tidak tahu?
"Sial, kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal ai'Kit!" Kesal Phana.
"auw, harusnya kau yang lebih tahu akan hal itu. Kau sendiri kan yang menyukai nong Wayo. Aku saja baru tahu kemarin saat tak sengaja mendengar pembicaraan nong Wayo dengan sahabatnya yang tinggi itu," ujar Kit tak kalah kesal.
Phana mendesah frustasi. Astaga, ia memang benar-benar buta tentang hal-hal yang bersangkutan dengan Wayo. Bagaimana mungkin ia pantas dikatakan mencintai Wayo jika ia sebodoh ini?
"Santailah Pha. Kau tinggal memberikannya hadiah. Tidak aneh bukan jika seorang kakak kelas memberikan adik kelasnya hadiah di hari ulang tahunnya."
Phana memutar bola matanya mendengar usulan Kit. Sahabatnya itu bodoh atau apa?
"Tidak aneh jika kakak kelasnya itu bukanlah orang yang belum pernah berbicaranya sekalipun dan selalu membuatnya kabur saat melihatnya. Dasar ai'bodoh!" Kesalnya, menjitak kepala Kit pelan.

YOU ARE READING
One Moment In Time
Fanfiction'No matter how long chapter it takes or how much stories made, my name will stand beside your name always. It's called destiny' (Kumpulan Oneshoot dan Drabble GodBas/PhaYo)