"CUT!"
Godt menghela nafas lelah untuk kesekian kalinya. Ia sudah sangat lelah dan proses syuting masih tertunda di adegan yang sama. Sepertinya lawan mainnya pun merasakan hal yang sama dengannya. Sayangnya ia tidak bisa melakukan apapun karena ia sadar sepenuhnya sedikit banyak hal ini disebabkan oleh kesalahannya sendiri.
Sutradara menghampirinya dengan raut muka yang mulai terlihat kesal, "Astaga Godt, bisakah kau merilekskan tubuhmu? Kau terlalu kaku. Adegan ini sangat penting dan butuh penjiwaan yang besar. Kau memeluknya bukan seperti memeluk wanita, tapi memeluk batu!" ujarnya kesal.
Godt menunduk merasa bersalah, "Maafkan aku, aku akan berusaha lagi khub."
"Sudahlah. Nark, kau bantu dia. Kita akan mulai dari adegan pelukannya saja."
Nark, sang asisten sutradara menepuk pelan bahu Godt, "Tenangkan dirimu, aku akan membantumu."
Godt mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada lawan mainnya yang memberikan senyum menenangkan padanya. Godt membalas senyum itu dan kembali merangkulkan tangannya melingkupi tubuh wanita yang ada di hadapannya.
"Sentuh ringan punggungnya dan usap kepalanya seperti ini," ujar Nark sambil mengatur posisi tubuhnya, "Anggap saja kau sedang memeluk orang yang kau cintai," tambahnya dengan kerlingan menggoda.
Godt tersenyum geli, tapi setidaknya ia mulai bisa rileks dan mempertahankan posisinya. Benaknya mencoba untuk membayangkan kekasihnya. Tapi pelukan ini tidak familiar baginya. Tubuh ini, harumnya, terlalu berbeda untuk bisa membuatnya merasakan perasaan meluap dalam dadanya. Tubuh yang biasa di peluk olehnya lebih berisi dan menggemaskan. Wangi tubuhnya yang seakan-akan membuatnya merasa ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Dan detak jantungnya yang terasa menenangkan saat tubuh keduanya saling mendekap.
Seperti berada di Rumah.
Sungguh, ia sudah tidak sabar pulang.
.
.
Proses syuting hari ini akhirnya selesai. Sutradara juga sepertinya cukup puas dengan hasil yang didapat walau butuh proses yang panjang. Godt sekali lagi meminta maaf membuat syuting berjalan lebih lama dari biasanya sebelum akhirnya pulang bersama manajernya.
"Phi, aku akan ke suatu tempat dulu."
Phi Goh, manajer yang menemaninya hari ini mengukir senyum simpul, "Ingin menemuinya?"
Godt mengangguk, ia memang sudah mengirimkan pesan pada seseorang untuk menemuinya hari ini. Manajernya hanya terkekeh melihat sikap anak asuhannya, "Kau sudah merindukan pelukan yang sesungguhnya heum?"
Itu bukan pertanyaan, jadi Godt hanya menaikkan sebelah alisnya membalas godaan manajernya. Tidak perlu dijelaskan lagi bukan?
"Baiklah, tapi antarkan aku pulang terlebih dahulu. Setelahnya, kau boleh sepuasnya bertemu dengan 'Mr. Hug' mu itu,"
Godt mengangguk puas mendapat ijin. Mood nya meningkat drastis menantikan pertemuannya dengan seseorang yang terpenting dalam hidupnya. Apa kata phi Goh tadi? Ah ya, 'Mr. Hug' nya. Tanpa sadar kecepatan mengemudinya semakin bertambah seiring rasa ketidak sabarannya yang juga meningkat.
"Godt, peraturannya adalah kau membawaku pulang dalam keadaan selamat. Bukan berakhir di ruang gawat darurat, mengerti?"
Tawa Godt menggema mendengar ucapan Phi Goh namun memutuskan menuruti perintah tersirat itu demi ketenangan jiwa manajernya.
.
.
Godt mematikan mesin dan turun dari mobilnya. Matanya menyapu sekelilingnya yang remang-remang. Orang itu memintanya untuk menemuinya di sini, di Taman yang tak jauh dari kediaman orang itu. Cahaya lampu taman yang berpendar mengantarkan Godt melangkahkan kakinya menuju area Taman yang sudah sepi itu.

YOU ARE READING
One Moment In Time
Fanfiction'No matter how long chapter it takes or how much stories made, my name will stand beside your name always. It's called destiny' (Kumpulan Oneshoot dan Drabble GodBas/PhaYo)