Aku berdiri termangu, menatap dua sejoli yang tengah memadu bersama di atas sofa, tubuh mereka dipenuhi keringat, lenguhan-lenguhan yang menggambarkan kenikmatan membuat hati dan tubuhku terasa remuk secara bersamaan. Ingin aku berlari akan tetapi kaki terasa berat untuk kugerakan.
Pria itu, pria yang sudah berpacaran denganku selama dua tahun lamanya menatapku culas tanpa menghentikan aksinya, menghujani kewanitaan sahabatku dengan miliknya. Keduanya memandangku penuh kebencian.
Aku berbalik, berjalan dengan cepat meninggalkan apartemen milik pacarku, ah sekarang mantan pacar. Ia memutuskanku beberapa waktu lalu diiringi lenguhan yang terdengar menjijikan.
Apa yang harus kulakukan?
Air mataku menetes deras, nyatanya aku bernasib sama dengan ibuku. Merasa sakit sebagai korban perselingkuhan. Tegarnya ibuku masih bertahan demi aku dan adikku. Aku meringis, hatiku terasa sakit.
Aku berjalan, semakin dekat dengan pintu rumah kudengar keributan yang membuatku panik. Kudorong pintu yang ternyata tak dikunci, di sana, ayahku tengah duduk dengan minuman beralkohol di tangan nya.
Aku bergegas berjalan menghampiri mereka, mataku menatap siluet ibuku yang tersedu di pojokan dengan wajah lebam keunguan.
"Apa yang ayah lakukan?!"
Ayah menatapku berang, bau alkohol tercium saat ia membuka mulutnya untuk menceramahiku dengan omong kosongnya.
Wajahku terasa panas saat sebuah pukulan menghantam rahangku, sudut bibirku terasa asin disusul dengan ludah yang ayah lontarkan pada wajahku.
"Pergi kamu dari rumahku, anak tak berguna!" Katanya, matanya menatapku dengan pandangan sesadar-sadarnya. Aku berlari mengabaikan jeritan ibu yang memanggil namaku. Kumasukan apa pun ke dalam koperku, mungkin dengan pergi ayah akan sadar dan senang. Nyatanya aku bukanlah anak yang mereka inginkan, meski ibu tampak perhatian ia menanggung beban karenaku, karena kelahiranku.
Aku memutuskan untuk pergi, tidak kuat rasanya sejak kecil harus menerima pukul orangtua sendiri. Tak main-main mereka dalam hal fisik, ayah bahkan sering menamparku, meludahiku bahkan menghantamku dengan benda keras.
Aku pun kerap kali mendapatkan bullyan sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama aku menanggungnya, sendiri.
Mereka mengolok-olokku, melakukan kekerasan fisik bahkan kerap kali melakukan pelecehan terhadapku. Bahkan, pemerkosaan hampir pernah kurasakan.
Hingga datanglah lelaki, Daren. Mengajakku untuk keluar dari zona kebencianku terhadap lelaki. Bercita-cita membahagiakan dan menikahiku. Menjadi tempat aku bersandar, tempatku mengadu saat ayah mulai melayangkan tangannya untuk memukulku. Namun dua bulan menjelang pernikahan kami, ia melakukan hal menjijikan dengan sahabat satu-satunya yang kumiliki, Armita. Bagaimana bisa Daren dengan teganya mengatakan bahwa diriku hanya bahan taruhan dan berniat sekali ingin menyakitiku. Jika itu keinginannya yang sesungguhnya, dia sungguh berhasil.
Bersama Armita, mantan sahabatku. Mereka berhasil melukaiku sedalam ini.
Meski aku bukan gadis yang kerap kali bermenye-menye, perasaan sakit dan kecewa akibat penghianatan seolah menghantamku hingga dasar.
Aku memutuskan untuk pergi dari kotaku, mengadu nasib ke kota orang yang kutahu kejam. Aku memutuskan untuk mencari tempat kost, kucari tempat yang paling murah meski aku pun mendapatkannya di lingkungan yang sedikit kumuh, dan perlu memasuki gang.
Kulihat rumah yang hendak kutempati, sebenarnya tidak terlalu buruk hanya saja lama tak ditinggali membuat tempat ini terlihat begitu berantakan dan berdebu. Halamannya pun dipenuhi dengan benda-benda sudah tak layak pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMEO & NANTHA (Completed)
Short StoryJika hari ini hidupmu masih berantakan, percayalah akan datang hari dimana kamu tak sabar untuk menata hidup dengan penuh kebahagiaan. -Natha-