Aku terlalu buta untuk mengerti tentang semuanya. Semua yang berakhir pada cinta.
-Forelsket-🎈🎈🎈
Riyani mondar mandir di ruang tamu. Wajah yang mulai berkerut itu mencemaskan anaknya yang ia tunggu. Dari tadi sore anaknya itu belum pulang.
Sekarang sudah pukul 7 lewat 20 menit,Riyani mulai cemas. Takut terjadi apa-apa. Pikiran buruk dalam benaknya segera ia singkirkan. Feri mengambil segelas air putih hangat lalu menyodorkannya ke Riyani.
"Nih Ma,minum dulu. Jangan cemas gitu,Venda sudah besar Papa yakin dia bisa jaga diri." terang Feri berusaha menenangkan Riyani.
"Tapi Pa,kalo Venda pulang telat dia selalu kasih kabar ke Mama. Mama khawatir dia kenapa-napa. Bentar lagi hujan." jawab Riyani kalut. Ia membuka sedikit tirai yang menutupi jendela ruang tamunya.
Secerca kenangan kelam yang hampir merenggut putrinya itu kembali teringat. Teriakan dua anak kecil membuyarkan lamunannya.
Deg!
Venda kecil terhempas ke samping trotoar. Sedangkan anak itu,berlumuran darah. Keningnya terbentur body mobil. Kemeja putihnya menjadi merah karena darah. Dengan gerakan cepat,tangannya mengetikkan nomor darurat dari ponselnya. Seketika,tubuhnya melemas dan pandangannya memburam.
"Ma?Mama sebaiknya ke kamar. Biar Papa aja yang nunggu Venda pulang." kata Feri seraya mengelus pundak istrinya.
Mau tidak mau Riyani menuruti kata suaminya. Ia tidak mau kenangan kelam itu mengusik kehidupannya lagi. Cukup saat itu saja.
🎈🎈🎈
Hujan mulai turun. Titik titik air mulai membasahi jalanan. Dua insan itu masih bergeming. Perlahan,Venda mulai merasa dingin menyelimuti tubuhnya. Kedua telapak tangannya saling ia gosokkan agar tercipta hawa hangat.
Tatapan matanya mulai menyendu. Dengan gerakan cepat,tangannya sudah digenggam erat. Mereka berlari menuju tempat yang teduh. Mereka berteduh di bawah halte.
Tempat itu sepi sekali. Sejujurnya Venda sangat takut dengan kata 'sepi',namun ia beruntung hari ini ia tidak sendirian. Rala bersamanya. Tangan mereka masih saling bertaut. Keduanya masih tetap bergeming.
"Untung gue ngikutin elo tadi." ucap Rala memulai obrolan.
"Ohh,jadi lo ngikutin gue. Mau apa lo? Jangan-jangan lo mau berbuat nggak baik ya sama gue?" cerca Venda menajam.
"Enggak. Gue nggak tega aja ngeliat lo pulang sendiri. Cewek pula,kata Mama gue yang paling kamu utamakan yaitu orang tua,perempuan,dan anak-anak." sambil menirukan gaya Mamanya.
Venda tersenyum kecil melihat kekonyolan orang di sampingnya. Tubuhnya merasakan sesuatu yang dingin menusuk kulitnya. Venda menggigil hebat. Nafasnya tak beraturan.
Rala memandang panik tubuh Venda. Cewek itu terlihat menggigil,tangan dan bibirnya bergetar. Rala berpikir sejenak. Dengan gerakan lembut Rala menarik Venda ke dalam dekapannya. Suhu hangat Rala sengaja ia bagi dengan Venda. Wajah Venda masih pucat pasi. Ia sangat shock. Venda merasakan nafas hangat menabrak wajahnya.
Rala mengeratkan pelukannya membuat rasa nyaman Venda. Refleks,tangan Rala menyentuh rambut coklat Venda yang basah. Ia mengelus-elus kepala Venda.
Venda tersadar,ia langsung tersentak seraya melepaskan pelukannya. Tubuh Rala didorong menjauh darinya. Kening Rala bertaut,tatapannya masih lurus kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORELSKET
Teen FictionGimana rasanya hancur sehancur-hancurnya? Lalu gimana rasanya kehilangan? Saat semua terasa baik-baik saja, mengapa seolah mengingatkan tentang pahitnya kenyataan? Tentang kenyataan dan merelakan Bisakah semuanya kembali seperti semula?