1

17 1 0
                                    

Terik mentari siang tak menyurutkanku untuk melaksanakan niat yang sudah jauh-jauh hari aku pikirkan, hari ini adalah hari pertamaku mencari ibu kandungku. Ibu yang selama 24 tahun tak pernah aku kerahui berada dimana. Jangan salahkan aku karena baru mencari beliau saat usiaku mencapai usia ini. Karena sejujurnya aku baru tau dari Ayah bahwa Ibu yang selama ini ku panggil Umi bukanlah ibu kandungku.

Bahkan foto nya saja aku baru melihatnya semalam.
" Oh Ibu maafkan anakmu yang durhaka ini" batinku.
Entah alasan apa hingga ayah tak pernah memberitahukan perihal ibu kandung ku padaku.

Dan hari inilah perjalananku di mulai, berbekal sebuah alamat dan sebuah foto yang ayah berikan padaku.
" Maafkan ayah yang baru menceritakan perihal ibumu sekarang, tapi percayalah bahwa sesungguhnya semua ini demi kebaikanmu"
Aku masih belum faham bagian mana yang membenarkan seorang anak tak mengenal ibunya sendiri selama 24 tahun, aku sempat marah pada ayah namun sebesar apapun rasa marahku aku tak bisa menampakkan didepannya, karena ayah adalah sosok pria yang menjadi panutan ku, aku belajar banyak hal darinya. Sepanjang aku berada di sisinya tak pernah sekalipun aku melihat ayah membentak atau marah pada orang-orang disekitarnya. Terutama pada Umi Zainab yang baru ku tau adalah Ibu tiriku.

Sudah 5 jam aku meninggalkan rumah untuk menuju alamat yang ayah berikan ini. Setelah menempuh jarak yang sangat jauh aku sampai pada alamat tersebut, aku bingung bahkan terkejut saat mengetahui bahwa alamat yang diberikan ayah adalah sebuah rumah bordil, atau rumah pelacuran lebih tepatnya.

"Astagfirullah" berkali kali kulantunkam istighfar saat tak sengaja berpapasan dengan kaum hawa yang dengan senang hati memamerkan auratnya. Berbagai sapaan dan pujian datang di setiap aku melangkahkan kakiku.
"Hai.."
"Mau boking ya?"
"Sama aku aja, Tarifku 1 M per malam"
" Buat pria setampan kamu gratis "
Berbagai lontaran kata yang sempat ku dengar membuat darahku mendidih, Astagfirullah begitu mudahnya mereka menawarkan hal yang dalam agama sangatlah di larang, dimana letak urat malu mereka? Jika malu saja tak punya bagaimana dengan iman.?
Naudzubillah ku elus dadaku semoga Allah menjauhkan ku dari kehidupan yang dilaknat olehNya.

Sajak Cinta YusufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang