3

6 0 0
                                    

Hari ini keluargaku akan datang, aku berjanji akan menjemput mereka namun meeting ku ternyata memakan waktu cukup lama, karena perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan ku ternyata memiliki pemikiran yang sangat jauh berbeda denganku, sehingga menciptakan perdebatan yang cukup alot. Sehingga aku meminta Fahmi untuk menjemput mereka.

"Assalamu'alaikum pak bos" orang yang baru saja kufikirkn muncul dari balik pintu ruanganku.

"Bagaimana Ayah dan Umi juga Zahra, apakah sudah kamu antar kerumah?" Tanyaku begitu Fahmi melangkah masuk dan duduk di hadapanku.

"Sudah, aku juga sudah meminta bi Sima buat beresin barang mereka"

"Baguslah kalau begitu, kmu bisa kembali kerja"

"Pak bos, 2 tahun ga ketemu Zahra dia cantiknya nambah" ku lihat wajah Fahmi yang sedang nyengir GJ di hadapanku. Pasalnya sejak dulu dia menaruh hati pada Zahra.

"Ogah aku punya adik ipar kayak kamu, lagian si Zahra emang suka sama kamu?"

"Yah pak bos, sensi amat. Aku kan cuma bilang Zahra cantik muji doank itu mah"

"Muji juga entar ada ujungnya" Fahmi mendengus dan segera pergi dari hadapanku, aku hanya tersenyum simpul. Jika memang Zahra menyukai Fahmi aku tak masalah jika harus menjadikan fahmi bagian dari keluargaku, Bagiku Fahmi cukup pantas untuk Zahra. Dia baik dari segi agama, tampang juga cukup cerdas.
Entahlah, Hanya Allah yang Maha Mengatur Segalanya Sebagai Makhluknya kita Hanya berusaha dan berdoa saja.

****
Setelah menyelesaikan urusanku aku segera pulang kerumah sebelum umi mengomel panjang kali lebar dam menyusulku ke kantor.

"Assalamu'alaikum" Ku sapa Ayah dan umi yang sedang duduk di ruang keluarga. Segera ku salami keduanya seperti biasa.

"Kamu suf, orang tua datang bukannya meluangkan waktu malah sibuk sendiri" Ahh umi ku mulai merajuk rupanya.

"Maafkan yusuf umi, tadi meeting nya sangat alot sekali, mau ditinggal ga bisa mi, yusuf janji selama umi dan ayah ad disini yusuf sudah menyerahkan semua urusan kantor pada Fahmi, jadi yusuf ga ngantor" aku mencium pipi umi berharap dapat meluluhkan hatinya dan benar saja kini umi tersenyum dan mengelus rambutku.

"Umi ga ngelarang kamu kerja, cuma ya jangan sampek kamu ngoyo trus sakit"

"Insya Allah nggak mi, yusuf selalu ingat pesan umi kok"

"Kamu sudah makan? Umi tadi sama bi rima masakin makanan kesukaan kamu, sana mandi kita makan malam sama-sama". Aku tersenyum dan kembali mencium pipi umi, lalu beranjak menuju kamar ku di lantai 2. Sejak dulu aku lebih dekat pada umi, meskipun kini aku tau bahwa umi bukanlah ibu kandungku semua nya tak akan ada yang berubah untukku.

Beliau tetaplah ibu yang merawatku sejak kecil, meski aku tak dilahirkan dari rahimnya, tudk ada alasan bagiku untuk tidak menghormati wanita yang hatinya sangat mulia seperti umi. Bahkan jika boleh berharap aku ingin memiliki istri seperti umi. Ah sudahlah, jika memikirkan istri aku suka sakit kepala.

****
Usai makan malam ayah mengajakku ngobroldi ruang kerjaku, umi dan zahra sudah kembali ke kamar mereka, mungkin sudah mengantuk.
" Bagaimana kabar pencarian ibu mu suf?" Ayah langsung to the poin memulai pembicaraan yang sudah ku duga beberapa saat lalu.
" Belum ada perkembangan yah, pemilik rumah bordil yang lama sudah meninggal 5 tahun yang lalu, dan pemilik yang baru juga tidak ada yang mengenal ibu, tapi aku masih bingung kenapa ayah memberiku alamat itu?"

"Ibumu dulu pernah menjadi anak angkat dari pemilik rumah bordil itu, tapi bukan pekerja di sana, ayah sudah memastikan hal itu, makanya karena hanya itu yang ayah tau tentang ibumu"

"Apa ayah pernah menikahi ibu?" Pertanyaan itu muncul begitu saja, rasanya aku takut mendengar jawaban ayah, takut jika aku hanyalah anak di luar pernikahan yang sah.

"Ya, ayah menikahi ibumu saat umur ayah 20 tahun, waktu itu ayah masih kuliah tapi ayah nekat menikahi ibumu karena ayah sangat mencintinya, meski kami hanya menikah siri".
"Alhamdulillah". Aku sedikit lega sekarang

"Kamu tau abi mahfud kan suf, aku tidak mungkin mempermalukan abi dengan menghamili anak orang tanpa status yang jelas, hal yang di larang oleh agama"
"Hehe, yusuf hanya Takut yah"
" lanjutkan pencarian mu suf, ayah yakin ibumu masih hidup entah dimana dia bersebunyi"
"InsyaAllah yah, yusuf tidak akan menyerah untuk mencari ibu". Ayah beranjak untuk kembali ke kamarnya meninggalkan ku yang mulai kembali berpikir, kira-kira di mana ibu?

*****
Dikit aja gengss lagi bad mood soalnya, aslinya pengen buat lapak bru males lanjutin cerita ini

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sajak Cinta YusufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang