2

13 1 0
                                    

Dua bulan berlalu semenjak aku mulai mencari keberadaan ibuku, namun hanya pada hari pertama aku mencari secara langsung setelahnya aku mengutus beberapa orang kepercayaanku untuk mencari ibu. Karena beberapa kesibukan ku membuatku beberapa kali harus ke luar negeri untuk bertemu beberapa investor. Hal itulah yang membuatku tak dapat mencari ibu secara langsung.

Tit..tit..tit..
Suara deritan hp ku menampilkan nama ayah, tumben ayah menelfonku saat jam kerja.

"Assalamu'alaikum ayah.."

" Waalaikumussalam suf, bagaimana kabarmu, maaf ayah menelfonmu di jam kerja" ayah menyapaku sekaligus mengutarakan maafnya. Aku sangat mengenal ayah dan umi jarang sekali menelfon ku saat jam kerja kecuali memang ada hal yang mendesak.

"Alhamdulillah Yusuf sehat yah, ada apa yah.?"

" Lusa Ayah, Umi dan Adikmu Zahra akan ke Jakarta untuk mengantarkan adikmu, kamu lupa ya minggu depan adikmu sudah mulai masuk kuliah" aku menepuk dahiku, bagaimana aku bisa lupa kalau Zahra di terima di kampus Nusantara, bahkan aku sendiri yang membantunya saat pendaftaran.

"Maaf yah, yusuf lupa insya Allah yusuf jemput nanti di bandara, ayah pakai pesawat kan?"

Biar kujelaskan dulu ayah dan umi tinggal di surabaya, sedangkan aku di jakarta karena kantor pusat ku disini, ayah lebih memilih mengurus kantor cabang yang ada di surabaya. Jika hanya ayah sendiri yang ke jakarta biasanya beliau lebih suka menggunakan kereta, tapi zahra suka rewel jika kelamaan duduk dikereta atau mobil, jadilah saat bersama zahra ayah selalu menggunakan pesawat kalo umi ngikut aja, umi tipe wanita yang ga neko-neko, istri idaman yang selalu mengikuti dan mendukung segala hal baik dari suaminya.

" Iya, mana mau si zahra suruh pakai mobil atau kereta suf " kali ini ku dengar suara umi Zainab, Sosok ibu yang belakangan baru kuketahui bukn ibu kandungku, tapi aku sangat menyayanginya.

" Ah umi, umi sehat?"

"Alhamdulillah umi sehat, yusuf jangan kerja terus jangan lupa makan suf" aku selalu terharu saat mendengar perhatian yang umi berikan padaku, terasa sejuk hati ini.

"Iya umi, insya Allah yusuf selalu ingat pesan umi"

"Ya sudah, kami cuma mau bilang itu takut kamu lupa"

"Iya umi, yusuf memang lupa tadi untung ayah nelfon"

"Ya sudah kalau begitu, selamat bekerja suf Assalamu'alaikum"

"Waalaikumussalam". Ku letakkan kembali hp ku dan menekan telfon duduk yang langsung terhubung dengan fahmi sekretaris sekaligus sahabatku,.

"Fahmi, tolong tambahkan jadwalku lusa untuk menjemput keluargaku di bandara, takut lupa lagi"

"Baik pak bos"

"Ya sudah" sambunganpun terputus.
Kurenggangkan tangan ku sejenak menghilangkan penat yang cukup membuatku lelah, banyak sekali kerjaan hari ini, karena ada beberapa investor baru yang ingin berinvestasi di perusahaan ini, dan ada dua investor yang ingin lepas dari perusahaan hal itulah yang membuatku harus memutar otak, memaksa kinerja otakku bekerja lebih keras.

Tok tok tok,.

Suara ketukan pintu membangunkan ku dari lamunan pendek ku beberapa waktu lalu.

"Masuk" kulihat wajah fahmi muncul di pintu

" Saatnya istirahat pak bos, mau sholat dulu atau makan dulu?"

" Berasa punya istri aku mi" ucapku bercanda

"Yah pak bos, saya hanya menjalan kan perintah umi untuk selalu mengingatkn dua hal itu sama pak bos, ada lagi sebenarnya"

"Apa lagi?" Tanya ku penasaran, fahmi memang sangat akrab dengan keluargaku terutama umi, karena uminy fahmi teman lama umi.

"Ingetin pak bos buat cari calon istri, hehheh" aku hanya melongo mendengar penuturan fahmi yang sok polos itu.

"Sudahlah, ayo sholat dulu belum terlalu laper ini" ucapku mendahului fahmi.

"Suf, kalo sudah nemu clon istri jangan lupa kenalin sama aku ya"

" Nemu, dikira barang nemu nemu"

"Hahahahha" aku hanya bisa geleng-geleng menanggapi sahabatku yang satu ini.

***
Hai haii...
Semoga suka sama cerita ini,.

Sajak Cinta YusufTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang