Bab 1. Janji Jontor

228 15 18
                                    

Di dunia ini, Yuna ngerasa Lika adalah satu-satunya sohib yang nggak bakal menghianatinya. Tapi itu dulu, sekarang nggak lagi. Sekarang Yuna sadar, sebenarnya bukan cuma muka Lika aja yang penuh dusta, tapi kelakuannya juga sama saja. Yuna baru sadar ketika buka akun facebook, dan nemuin perubahan status Lika di berandanya.

Lika Kyoot berpacaran dengan Sulung Jepe.

Yuna melotot, pakai otot. Cuma buat memastikan kalau nggak ada yang salah sama matanya.

"Lika pacaran? Yang bener aja?" Yuna langsung meluncur ke kronologi cowok bernama akun Sulung Jepe tersebut. Yuna nahan napas di perut pas tau bertapa gantengnya foto profil yang dipajang di sana. Wajahnya putih mulus, rabutnya berponi macam anak boyband Korea yang biasanya bikin Yuna jerit-jerit. Yuna sangat butuh penjelasan, makanya ia langsung mengetik sesuatu di kolom komentar.

Miss Yoona

"Kamu pacaran? Ini maksudnya apa, Lika?" Enter.

Nggak lama berselang, muncul notifikasi. Komentar balasan dari Lika muncul.

Lika Kyoot

"Seperti yang kamu lihat, aku bukan jomblo lagi sekarang." Pesan Lika diikuti dengan emotikon love-love yang bikin Yuna pengen muntah.

Miss Yoona

"Eh, parah nih. Kamu udah lupa janji kita buat nggak pacaran selama sekolah?"

Saking kesalnya, ia sampai pakai tenaga dalem saat ngetik komentar barusan.

Sulung Jepe

"Aduh, ada apa ini ribut-ribut?"

Yuna mengabaikan komen dari cowok yang disebut pacar Lika itu. Yang Yuna butuhkan saat ini cuma satu, jawaban dari Lika.

Lika Kyoot

"Mending kita ketemu langsung aja ya, sekarang aku sama Sulung ada di Anomali Caffee."

Nggak nunggu lama, Yuna langsung cus menuju café di mana ia dan Lika biasanya suka nongkrong, pesan secangkir kopi yang diminum dikit-dikit demi bisa lama-lama nikmatin wifi-an gratis.

Saat sampai di Anomali Caffee, Yuna langsung mengedar pandang ke penjuru ruang. Matanya langsung tertuju pada Lika yang duduk di dekat pintu, beneran duduk bersama cowok. Yuna langsung menghampiri bangku Lika dan duduk di depannya tanpa aba-aba.

"Aku mau kamu jelasin ini, sejelas-jelasnya." Lengan Yuna yang segede pentungan bambu menggebrak meja. Bikin meja café bergetar dan kopi di gelas Lika kocar-kacir.

"Ih, biasa aja dong ngomongnya." Lika tampak woles. Sama sekali nggak terlihat gurat rasa bersalah di wajahnya. Hal itu bikin Yuna pengen ngeremukin batu bata pakai tangannya sendiri.

"Kenalin nih, Sulung. Cowokku." Lika nunjuk cowok di sebelahnya pakai dagu. Yuna reflek melihat ke arah Sulung. Lalu hening sekitar tujuh detik. Otak Yuna masih masa loading. Yuna baru sadar kalau cowok yang ada di hadapannya ini sangat berbeda sama foto yang dipajang di facebook. Sudah dapat dipastikan kalau foto profilnya editan. Soalnya yang ada di depan Yuna sekarang, cuma cowok hidung pesek, berkulit gelap, berjerawat serta, udah ... nggak baik bahas kejelekan orang.

"Hai, gue Sulung." Cowok itu mengulurkan tangan kanannya ke Yuna buat salaman. Terpaksa Yuna balas meski sekilas, "Yuna."

"Kamu itu kenapa sih, Yun? Sensi amat dari tadi?"

Ini yang nggak Yuna suka dari Lika. Masih bisa aja dia berlagak nggak terjadi apa-apa, padahal Yuna udah pengen ngegosokin muka Lika ke tembok, nih.

"Gimana nggak sensi, Likaaa?! Kamu udah ingkar janji. Kita sepakat buat fokus belajar, kan?"

Lika meringis, sambil benerin poni pagarnya yang punya fungsi nutupin jidatnya yang seluas lapangan golf. "Ya, setelah aku pikir-pikir, kayaknya masa remaja tanpa punya pacar itu hampa banget."

"Terus, janji kita?"

"Daripada aku nyesel pas udah tua nanti, mending aku batalin aja janji nggak pacaran itu."

"Segampang itu kamu batalin perjanjian kita? Parah kamu ya!"

Padahal perjuangan buat lolos seleksi SMK Airlangga Cendekia yang sangat favorit itu nggak gampang, bahkan Yuna sampai bela-belain tiga hari tiga malam bergadang buat nulis contekan.

"Yun, ini menyangkut masa depanku juga keles. Biar aku punya bahan cerita buat anak-anakku di masa depan."

Ini nggak masuk akal! Yuna masih nggak bisa nerima penjelasan Lika yang kejauhan. Mereka baru satu tahun jalani masa SMK, masa udah ngomongin anak aja. Yuna narik napas dalam-dalam, berupaya nahan diri biar nggak sampai kelepasan. Setan dalam diri Yuna udah nafsu pengen nyekik lawan bicaranya.

"Ini sebenarnya kalian lagi bahas apa, sih?" Sulung menengahi. Spontan mata Yuna yang setajam silet itu beralih penatapnya.

"Ini nggak ada urusannya sama kamu!" Begitu sinis, menghunus sampai ke lubuk hati Sulung yang paling dalam. Cowok itu langsung menjatuhkan pandangan ke lantai. Diem, nggak berani ngomong lagi.

"Yun, kamu apaan sih? Jahat banget sama Sulung." Lika spontan nyentuh bahu Sulung. "Ayang, jangan dengerin dia. Si muka semok itu cuma cemburu aja, kok."

"Eh, nggak usah bawa-bawa muka ya!" Biar kata pipi Yuna tebelnya mirip pantat, tapi Yuna nggak terima dikatain muka semok.

"Ya mau gimana? Aku panggil pipi tirus ntar jatuhnya fitnah, Ndut."

"Ah, terserah kamu, deh." Yuna sewot. "Yang jelas, aku kecewa banget sama kamu. Dasar penghianat."

"Gaya kamu ngomong kayak aku udah ngerebut pacar kamu aja, Yun." Lika mendengus sebal. "Kalau kamu cemburu, bilang aja."

"Cemburu?" Yuna melotot tajam. Seperti ada kobaran api di matanya. "Cemburu buat cowok macam Sulung? Parah! Mending suruh dia operasi impan hidung dulu, deh!"

Yuna jadi keinget sama foto profil Sulung di facebook. Entah itu editan 360, Beautyplus B12 atau B612. Tapi kayaknya Yuna harus tanya aplikasi apa yang bisa bikin foto tampak kurusan.

"Maksudku, kamu cuma takut kalau aku nggak punya waktu buat kamu gara-gara pacaran, kan?"

Pertanyaan Lika yang pede itu bikin Yuna pengen nampol wajah Lika, bolak-balik. Apalagi saat Lika menambahkan, "tenang, aku bakal bagi waktu, kok."

"Ah, terserah kamu aja."

"Apa perlu aku cariin pacar buat kamu juga?"

"Nggak perlu. Aku udah mantep nggak mau pacaran selama masih sekolah!"

"Kamu yakin?" tanya Lika.

Yuna mengangguk mantap. Bukan berarti iman Yuna kuat, tapi selama bentuk tubuhnya kayak bolu kebanyakan pengembang gini, Yuna yakin nggak bakal berhasil memikat cowok manapun.

"Aku balik dulu."

Yuna meninggalkan meja Lika tanpa banyak kata lagi. Nggak peduli meski Lika beberapa kali berusaha memanggilnya kembali. Yang Yuna butuhkan saat ini cuma ketenangan. Tapi, menemukan ketenangan di kota Jakarta sepertinya nggak mungkin. Terlebih bagi Yuna yang nggak punya kendaraan pribadi.

Di dalam angkot yang lagi ngetem itu Yuna terdiam. Rasanya nyesek. Bukan karena pantanya yang segede ban tronton itu bikin angkot sesek, tapi karena penghianatan Lika yang bikin hatinya nyesek. Sekarang beneran cuma Yuna yang jadi jomblo tunggal di sekolahnya. Fine, ini nggak masalah kok.

*** 

Hai, semuanya! Terima kasih yang udah baca bab satu kisah Yuna dan Leo ... eh, tapi di bab ini si Leo belum muncul ya :) Dia bakal muncul di bab 2. Hehe ... 

Ini novelku terbit di bulan November 2017 lalu di Falcon Publishing. Alhamdulillah ... Buat yang penasaran, bisa langsung dapetin bukunya di Gramedia atau toko buku lainnya. Kalian juga bisa cari di toko buku online. Yuk, segera ke toko buku, Kalau Baper Makan Dulu udah enggak tahan pengin dijemput tuh. 


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 19, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kalau Baper Makan Dulu [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now