Ghost Attack

1.2K 80 7
                                    


Bagian 1

Sakura tak tahu apa yang membuatnya cemas akhir-akhir ini. Semenjak kepindahan keluarga kecilnya disebuah apartemen kecil di kawasan barat Tokyo, ia merasa resah sekaligus gelisah. Pasalnya tingkah sang putri semata wayang, Uchiha Sarada mendadak aneh setelah seminggu kepindahannya. Putrinya yang biasanya cerewet dalam mengomentari apapun mendadak menjadi dingin dan bersikap seolah tak peduli dengan sekitarnya.
Bahkan ia yang semula menolak keras acara kepindahan mereka tiba-tiba terdiam dan menurut setelah sehari kepindahan mereka diapartemen tersebut.

Memang sejak awal ia dan sang suami, Uchiha Sasuke berencana pindah dari rumah utama Uchiha ke apartemen kecil yang beberapa bulan lalu di beli oleh sang suami atas saran dari sahabat mereka, Uzumaki Naruto. Pria pirang tersebut menyarankan sebuah apartemen yang terbilang luas yang terletak tak jauh dari apartemen tempat tinggal si pria pirang. Naruto dan istrinya, Uzumaki Hinata tinggal tepat disamping kanan apartemennya. Naruto beralasan jika apartemen diwilayah ini memang berdekatan dengan kantor kepolisian pusat Tokyo, tempat bekerja sang suami serta sahabat pirang mereka. Serta lebih dekat dengan rumah sakit umum Tokyo tempatnya dan Hinata bekerja. Apalagi harganya yang tergolong murah membuatnya tergiur setelah beberapa kali mengunjungi tempat yang akan mereka beli.

Tapi semenjak seminggu lalu. Tepatnya setelah kepindahannya ia merasa khawatir sekaligus was-was. Kerap kali ia mengalami kejadian-kejadian aneh setelah kepindahannya. Awalnya ia merasa biasa saja, mungkin karena suasana baru pikirnya saat itu. Tapi kejadian itu terlalu sering terjadi, seperti piring yang kadang berpindah tempat, atau mimpi buruk yang menyerangnya sejak seminggu yang lalu. Puncaknya adalah saat sang putri semata wayang,Sarada menatap jendela dengan kekosongan pada iris mata onyx turunan suaminya.

Saat ini ia yang tengah memperhatikan Sarada mulai mendekat untuk mengalihkan pandangannya pada jendela. "Naa.. Sarada, apa yang kau lihat sayang? Memangnya jendelanya sekotor itu?" pertanyaannya dianggap angin lalu oleh Sarada. "Sarada sepertinya sebentar lagi papa akan pulang, kau mau menjemputnya di lobi bersama mama?" lanjutnya berharap Sarada mengalihkan pandangannya. Sukses, Sarada mengalihkan pandangannya. Tangannya terulur. Sepertinya putri semata wayangnya meminta digendong. Dengan menurut ia menggendong tubuh Sarada yang sedikit berisi. Dan mulai berjalan keluar dari rumahnya.

Ceklek..

Setelah memastikan pintu rumahnya terkunci dengan kunci rumah, ia mulai melangkah menuju lobi dengan Sarada yang menyembunyikan wajah pada ceruk lehernya. Wanita berambut merah jambu tersebut melintas tanpa menyadari jika ia tengah diperhatikan dari jauh.
.
.
Suasana di lobi terlihat lenggang. Sakura melihat seorang wanita berambut indigo dengan seorang anak kecil berambut pirang yang terlihat seumuran dengan Sarada. Itu Hinata, istri Naruto. Sepertinya wanita itu juga berniat menjemput suaminya dengan sang putra. Sakura mendekat, kemudian duduk setelah ia sampai pada sofa tunggu lobi. "Hinata menjemput Naruto?" sapanya basa-basi.

Wanita berwajah lembut tersebut tersenyum. Menganggukan kepalanya. "Pasti menjemput Sasuke-kun. Oh.. Bersama Sarada-chan. Halo Sarada, kau terlihat imut memakai baju itu." pujinya masih dengan manis. Boruto tak mau kalah dengan sang ibu. Bocah laki-laki bertubuh sedikit gempal tersebut tersenyum memperlihatkan giginya yang baru copot pada Sakura dan Sarada.

"Wah.. Gigimu baru copot ya Boruto-kun." Sakura menggoda Boruto dengan raut wajah geli. Boruto benar-benar copy-an Naruto. Mengingatkannya pada bocah pirang sahabat kecilnya. Anak laki-laki itu baru saja akan menjawab ketika netra biru cantiknya melihat sesuatu dibalik tubuh bibinya. Cengirannya berubah menjadi aura suram. Ia mendesis marah pada sesuatu dibelakang Sakura.

Hinata yang merasakan tingkah aneh putranya menepuk pelan bahu mungil milik pemuda kecilnya. "Ada apa sayang apa kau melihat sesuatu?" tanya Hinata pelan. Boruto semakin mendesis, "Pergi kau, jangan ganggu Sakura-baachan." rancaunya aneh.

"Ada apa sayang siapa yang menggangu baachan?" Sakura ikut membujuk. Ia mencoba menenangkan Boruto dengan cara yang sama, seperti menenangkan pasiennya. Intuisinya sebagai dokter spesialis anak membuatnya memiliki banyak pengalaman menenangkan anak kecil seperti Boruto.

Boruto semakin merancau hal-hal tidak jelas sambil sesekali memberikan gestur seolah mengusir seseorang. "Tenanglah sayang mama disini, dia tidak akan mengganggumu atau Sakura-baachan oke..., jadi tenanglah." Hinata berbicara lembut sambil memeluk tubuh putranya. Barulah setelah itu Boruto tenang.

Dengan perasaan bingung Sakura bertanya tentang yang terjadi pada Boruto. Melihat Boruto yang tertidur dipelukannya, Hinata mulai bercerita
"Boruto mampu melihat apa yang orang lain tak bisa lihat. Kurasa ini turunan dari keluargaku,yah walau tak semua yang memilikinya." Sakura menganggukkan kepala mendengar jawaban Hinata. Ditatapnya Boruto yang tengah tertidur nyaman setelah merancau tidak jelas. Sebenarnya apa yang dilihat Boruto, pikirnya.

"Lalu apa yang Boruto lihat?" tanyanya sambil memangku Sarada yang terlihat sedikit gelisah setelah melihat kejadian tersebut. "Aku tidak tau wujudnya tapi yang pasti aura itu berada dibelakangmu tadi." jawaban Hinata membuatnya tersentak. "Kurasa kau harus berhati-hati Sakura." peringat Hinata.

Tak lama setelah percakapan itu, mereka terdiam. Hinata yang sibuk mengelus surai pirang Boruto, sedangkan Sakura tengah melamun, memikirkan kejadian barusan. Beberapa menit kemudian kedua orang yang ditunggu muncul dengan gurat lelah di wajah tampan mereka.

Naruto langsung melesat menuju sang istri yang sedang menggendong jagoan kecil mereka. Sedang Sasuke terlihat santai, walau tak memungkiri ia tersenyum tipis melihat Sarada yang tampak tak sabar menunggu ia berjalan kearahnya. "Tadaima." ucapnya setelah mendekat kearah istri dan anaknya berada. "Papa...papa!" Sarada berseru senang. Ia merentangkan tangan putihnya, meminta digendong oleh sang ayah, yang dengan senang hati dituruti oleh pria raven tersebut. "Okaeri anata." Sakura menjawab tenang. "Kau mau langsung keatas, aku sudah menyiapkan makanan." lanjutnya masih tersenyum.

Sasuke mengangguk lelah. Ia berpamitan pada Naruto dan istrinya sebelum naik keatas. Badannya benar-benar pegal dan dia butuh istirahat. Ia melangkahkan kakinya dengan Sarada di gendongannya serta sang istri yang mengekorinya.
.
.
Makan malam tanpa suara di kediaman Uchiha bukanlah sesuatu yang aneh. Tiga anggota keluarga tersebut memakan makanan mereka dalam diam dan khikmat. Jam menunjukkan angka 8 saat mereka selesai makan, masih tersisa setengah jam sebelum mereka tidur malam. Sakura bergegas mencuci piring, sedangkan suaminya pergi menonton televisi bersama putrinya.

Mengelap tangannya yang basah, ia kemudian meracik beberapa minuman pada tiga cangkir dengan gambar beruang yang lucu. Secangkir green tea dan dua cangkir susu coklat panas telah tersaji. Ia menaruhnya diatas nampan dan keluar dari dapur untuk bergabung bersama anak dan suaminya.
.
"Dinosaurusnya lucu." komentar Sarada saat melihat tayangan film Ice Age di televisi. Ia kemudian tertawa saat mamuth dalam animasi tersebut berlari dengan tubuhnya yang besar. Sakura terkikik pelan memperhatikan putrinya. Ia meletakkan nampan pada meja didepan televisi, lalu menawarkan cangkir pada suami dan anaknya. "Terimakasih mama." ucap Sarada, Sasuke yang gemas pada putrinya mengacak rambut raven pendek turunannya. Ia tersenyum kecil saat Sarada merengut, sedangkan istrinya terlihat tertawa senang melihat tingkah lucu sang putri semata wayang.

Mereka menikmati suasana kekeluargaan tersebut sebelum semuanya terlihat gelap. "Apa mati lampu anata?" tanya Sakura pada suaminya. "Seingatku aku sudah membayar tagihan listriknya." lanjutnya heran. Sakura resah. Ia memeluk putrinya erat, sambil sesekali mengelus punggung mungil Sarada. "Mungkin sedikit konslet besok akan aku panggilkan tukang listrik, tenanglah sebaiknya kita tidur." ucap Sasuke menenangkan.

Ia kemudian menyalakan senter pada ponselnya dan berjalan menuju kekamar diikuti Sakura disampingnya dengan Sarada digendongan yang masih memeluk erat leher sang ibu. "Ne..Sarada sayang hari ini kita akan tidur bersama saja, nanti mama akan memelukmu saat tidur." ucap Sakura menenangkan walau tak dipungkiri jika ia juga merasa sedikit risau.

Emerald hijaunya melihat jalan yang diterangi lampu ponsel suaminya. Hingga maniknya melebar ketika melihat sesosok bayangan seorang perempuan yang berdiri di jendela rumah yang beberapa hari lalu diperhatikan dengan intens oleh Sarada. "Siapa disana?" teriaknya cukup lantang. Sasuke merasa heran dengan teriakan Sakura. Tapi rasa herannya berubah menjadi perasaan lega, karena setelah istrinya berteriak lampu kembali terang.

~TBC~

Post nanti atau besok...😶😶😶

ONESHOOT SPECIAL SASUSAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang