S

10 4 0
                                    

Tiket terbang ke Paris kugenggam di tanganku.

Undangan pernikahan Jimin datang bersama tiket terbang ke Paris.

Pahit.

Bahkan dia memilih tempat keinginanku saat kami menikah nanti.

Berangkat?

Atau tidak?

Entahlah.

Aku tidak ingin melihat wajah sialan itu.

Mata bahagianya.

Senyum bahagianya.

Tawa bahagianya.

Yang biasanya hanya di tunjukan padaku. Sekarang milik orang lain.

Semuanya.

"Jahat..."

Mungkin aku harus berangkat.

Hm. Untuk liburan.

Ya, tanpa perlu mengingat wajah bahagia si sialan dengan otak brengsek itu

Missing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang