- 04 -

35.7K 2.7K 67
                                    

Sore itu, Mingyu terlihat sedang bersantai di rumah ketika bel pintu berbunyi. Mengalihkan atensi dari televisi yang ia tonton, Kim Mingyu yang semula hendak berdiri untuk membuka pintu, membatalkan niatnya ketika sepasang iris coklat beningnya mendapati Choi Hyojung, sang istri berjalan keluar dari dapur.

"Aku saja yang membukakan pintu," senyumnya. Membuat Mingyu membuka mulut sebagai respon, sebelum menganggukkan kepalanya.

"Arraseo," balasnya sebelum kembali terfokus pada televisi.

Tapi menyadari sang istri berada di pintu depan untuk waktu cukup lama. Membuat Mingyu penasaran dengan siapa yang datang, hingga akhirnya memutuskan untuk menyusul Hyojung.

Kkedua alisnya terangkat, begitu mendapati seorang pemuda tinggi dengan seragam abu-abu menyerahkan sebuah amplop besar berwarna coklat kepada Hyojung.

Mendengus tawa, pria itu lantas mempertipis jaraknya dengan sang istri. Melingkarkan tangan dipinggang Choi Hyojung dengan sikap protektifnya, berusaha memberitahu tukang pos tampan yang sedari melirik nakal Hyojung bahwa wanita cantik itu sudah mempunyai suami.

"Oh," Hyojung yang merasakan kehadiran Mingyu di sampingnya menoleh. Tersenyum, sebelum menyodorkan amplop coklat ditangannya. "Ada kiriman untukmu."

Mingyu mengangguk, tapi tak segera mengambil apa yang Hyojung sodorkan. Malah semakin menarik tubuh sang istri mendekat, mengecup dahinya.

Kemudian Berdehem rendah cukup keras, mata itu menatap tukang pos di depannya.

"Tanda terimanya..." si tukang pos menunjukkan nota yang ia pegang, mata monolid itu terlihat bergetar takut. "Sudah ditandangi Nona-- Nyonya ini tadi."

Mendengus tawa, pandangan itu beralih pada wanitanya. "Harusnya kau tadi memanggilku, yeobo," ucapnya. Kata terakhir sengaja ia tekan untuk mempertegas kalimatnya. Ingin membuat si tukang pos sadar akan kesalahan yang hampir menyebut istrinya dengan sebutan Nona.

"Ka-kalau begitu, saya permisi..." si tukang pos memutus percakapan cepat. Membungkukkan badan, sebelum berjalan menjauhi keduanya.

Membuat Hyojung terkekeh, sebelah tangannya yang bebas mencubit perut Mingyu. "Kau ini..."

Mingyu meringis. Tangannya yang semula melingkar di pinggang Hyonung ia lepaskan. Segera mengusap perutnya yang terasa sedikit perih akibat cubitan Hyojung. "Kau istriku. Apa salahnya jika aku memanggilmu dengan sebutan yeobo?"

Mengulum bibir seraya mengangkat kedua alisnya, Hyojung mengangkat bahunya. Kemudian mengambil satu tangan Mingyu dan menyerahkan berkas yang masih ada di tangannya pada sang suami. "Tentu saja, tak ada yang salah dengan itu. Lagipula ucapanmu memang selalu benar, kan?"

Terkekeh mendengar kalimat sang istri yang lebih mirip sindiran itu, Mingyu lantas menunjuk pipinya. "Kalau begitu cium aku."

Sang istri mengerutkan kening penuh tanya.

"Aku menang lagi."

Tahu apa yang Mingyu maksud, Hyojung menghela nafasnya. Berdiri berhadapan dengan sang suami, ia memegang bahu bidang Mingyu sebelum menjijitkan badannya.

"Mianhaeyo Kim Mingyu-ssi, tapi aku harus mengangkat ayam gorengnya dulu, kalau kau ingin kita bisa makan malam ini."

Just Need a Baby ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang