Mimpi

105 13 0
                                    

"Assamu'alaikum" salam Sase saat memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam, udah pulang toh non Sasenya." Balasan dari seseorang yang telah lama bekerja di rumah Sase dan menemaninya dikala orangtuanya sibuk dengan pekerjaannya, sebut saja Mba Minah.

"Bunda udah pulang belum mba?"

"Belum Non, makan dulu non. Udah mba siapin makan sorenya."

"Sase mau mandi dulu ajalah mba. Makannya nanti aja sebelum magrib." Ucap Sase diikuti dengan masuk ke kamar mandi di kamarnya.
****
"Assamu'alaikum." Salam seseorang dari balik pintu yang sudah ku kenal suaranya dan yang teramat ku sayangi, siapa lagi kalau bukan Bunda Erlina.

"Wa'alaikumussalam, eh Bunda baru pulang Bun. Sini Sase bantuin bawain barang belanjaannya." (Belajaan yang selalu bunda beli di tukang sayur kantornya) ucapku pada bunda.

"Kamu udah makan belum Sa?" Tanya bunda padaku sambil menuju ke dapur.

"Ini baru mau makan Bun, aku nunggu bunda pulang." Balasku pada Bunda

"Kamu makan dulu aja Sa, bunda mau cuci - cuci sekalian mandi. Gerah banget lagian bentar lagi juga mau magrib."

"Iya udah bun, Sase makan duluan ya."
Ku makan makanan mba Minah dengan lahap sebab bekal yang aku bawa, ku kasih ke tukang kebun sekolah dan badanku yang teramat lelah akibat pelajaran yang membuat tenaga berkuras belum lagi urusan dengan geng Badass yang ngga guna banget.

"Makannya lahap banget Sa. Gimana tadi sekolahnya?" Tanya Bunda padaku

"Iya Bun, Sase laper si jadi lahap makannya. Sekolah baik-baik aja Bun." Bohong salsa pada bunda karna takut bunda jadi tambah kepikiran dan akan mengganggu pekerjaannya yang lagi banyak.

"Syukur deh kalau begitu, yaa udah jangan lupa sholat magrib belajar, sholat isya juga terus tidur."

"Siyaaaap Bundaa."

Setelah itupun Sase melakukan apa yang di suruh oleh Bundanya. Sase melakukan ini semua karna dia ngga mau mengecewakan Bunda lagi sama seperti saat ia masih Smp. Membuat Bunda malu, membuat Bunda marah dan kecewa.

"Alhamdulillah, selesai juga nii tugas. Saatnya tidur. Bismikka Allahhumma Ahya wa bismikaa Aamut."
Setelah membaca doa Sase pun menutup kedua matanya.

Semilir angin meniup helaian kain yang menutupi kepala seorang anak perempuan yang sedang duduk di bangku taman. Ia menatap sekelilingnya. Ia teramat sedih saat ia melihat anak perempuan dengan ayahnya yang sedang bermain bersama. Ia merasa iri mengapa ia harus kehilangan Ayahnya tanpa merasakan pelukan sesosok ayah baginya. Ya, Sase kehilangan Ayahnya saat ia berusia 4 bulan setelah kelahirannya. Ia hidup dengan Bunda dan Kaka lelakinya yang sekarang sudah menempuh jalur perkuliahan S2 di Hongkong karna Beasiswa.

"Jangan sedih hey, nanti matahari tak akan bersinar lagi dan tergantikan oleh awan hitam."

Ucapan itu membuat Sase mendongakkan kepala dan mencari sumber suara bariton itu. Dan ia menyakini bahwa ia tidak salah mendengar

"Jangan sedih lagi, tersenyumlah. Jadilah seperti senja meski sendirian tapi ia mampu menyinari dunia ini. Meski kadang tertutup oleh awan hitam, tapi ia tak akan berhenti untuk tetap menyinari dunia ini bahkan dia akan membuat sebuah warna warna indah layaknya pelangi setelah hujan."

Suara bariton itu terdengar lagi oleh Sase. Dan Sase yakin itu bukan hanya halusinasinya saja, ia yakin bahwa ia mendengarkannya.

"Kamu siapa, keluarlah ku mohon?" Ucap sase yang telah berdiri dari bangku taman sembari mencari siapa pemilik suara bariton itu.

Brukk
"Awww.. Sakiitt." Rintih Sase yang di dengar oleh seseorang yang menabraknya.

"Sorry, gw ngga sengaja." Balas suara bariton yang mirip dengan suara yang tadi Sase dengar saat ia duduk di bangku taman. Sase mendongakkan kepala untuk melihat siapa orang itu. Namun gagal, karena pemilik suara Bariton itu sudah pergi meninggalkan Sase yang sudah berdiri dan melupakan rasa sakitnya yang tertabrak.

"Siapa dia sebenarnya?" Tanya Sase pada diri sendiri.

Kriiiinggg kringg kriiiinggg
Bunyi alarm itupun membuat Sase bangun dari tidurnya.

"Lagi-lagi ku memimpikannya lagi. Siapakah lelaki itu?" Tanya Sase yang ia bisa tanyakan sendiri pada dirinya dan juga Allah. Tapi nyatanya itu masih menjadi sebuah teka teki bagi Sase.

Terbesit dipikiran Sase bahwa ia ingin menemukan pemilik suara bariton itu, suara yang membuat jantung Sase berdebar tak menentu meskipun ia belum pernah melihat siapa pemilik suara itu. Sase selalu berharap suatu saat nanti ia bisa tau siapa pemilik suara bariton itu.

Tentang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang