#3

11 1 0
                                    

Hari ini aku memutuskan untuk tidak melanjutkan mata kuliahku yang terakhir karena merasa tidak enak badan. Entah karena kurang istirahat, atau karena aku dapat senyuman dari Austin tadi pagi? Ah, itu konyol.

Setelah menelusuri koridor dan berakhir di parkiran, aku segera menekan tombol unlock dan masuk ke dalam mobilku.

Aku bisa melihat Rachel yang berlari kecil kearahku dan menjulurkan kedua tangannya dengan membuka lebar jemarinya yang mungil menandakan ia menyuruhku untuk berhenti, bahkan aku belum menyalakan mesin mobilku.

"Sisy, tunggu! Hey! Buka kacanya!" Teriak Rachel dari luar dengan raut wajah cemas yang tak biasa ku lihat.

Akupun membuka kaca mobilku dan bertanya, "kau kenapa? Habis dikejar hantu? Atur dulu nafasmu, setelah itu bicara padaku."

"Apa kau ingat pertama kali Owen dan Matt berkelahi? Kau yang melerainya bukan?"

"Iya... Lalu?"

"Sekarang mereka ada di ruang konseling, dan masih saling beradu mulut. Ku mohon lerai mereka, aku tak bisa membuat mereka bungkam."

"Um.. Lalu? Haruskah aku yang menangani mereka? Rachel, kau kan sahabat mereka juga. Lagipula itu beberapa bulan yang lalu, bisa saja aku tidak menjadi pengaruh bagi pertengkaran m—"

"Ikut aku! Sekarang!"

Ya, ya, aku memang selalu kalah dengan Rachel dalam setiap argumen. Ia terlihat menakutkan saat sedang serius atau marah.

~.~

Aku mengikuti Rachel dari belakang menuju ruang konseling dan melewati setiap koridor.

Terdengar suara lantang mereka dari depan ruang konseling. Rachel mengetuk pintu dan segera membukanya saat ia mendengar jawaban, "masuk."

Aku mulai melangkah masuk ke ruang konseling saat Rachel membisikku, "ayo."

Aku terdiam diri di samping pintu yang sudah ditutup oleh Rachel dan memandang kedua lelaki yang wajahnya sudah tak asing di mataku.

"Silahkan duduk, ms. Rachel."

Seriously? Doesn't he see me? Am I invisible? Menyebalkan sekali, benakku.

"Dan, kau?" Tanya seorang pak tua yang duduk di meja konseling.

"Eh.. Sydney, pak. Sydney Clarke."

Ia menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki, kembali lagi menatap mataku setelah itu memalingkan pandangan ke arah Owen dan Matt.

Rachel memberi kode kepadaku dengan matanya untuk berbicara pada pak tua itu.

Hhhh, ada ada saja, batinku.

"Maaf pak, saya rasa saya bisa menangani masalah ini. Saya yakin ini hanya kesalahpahaman, saya sudah lama mengenal mereka. Saya mohon izin untuk membawa mereka ke luar untuk berbicara,"

Si pak tua itu kembali menatapku. Tapi kali ini ia menatapku dengan penuh kecurigaan di matanya.

"Baiklah, kalian boleh pergi." Sahutnya dengan ekspresi wajah yang sedari tadi tidak berubah; datar.

"Terima kasih, pak." Ucapku dan Rachel bersamaan. Aku bergegas pergi dari ruangan itu mengikuti ketiga sahabatku.

~.~

Kami berjalan dengan sangat pelan menelusuri koridor, sampai seketika..

"Berhenti."

Aku, Owen, dan Matt terhenti dan menatap Rachel yang berdiri tepat di depan kami.

"Sisy, berdiri di sampingku."

Akupun mengikuti perintah Rachel dan berdiri tepat di sampingnya sembari menatap Owen dan Matt.

"Kau bisa mulai," ujarnya.

--

Hai Fellas!
Maaf karena ceritanya tertunda nyaris 2 tahun karena satu hal dan hal lain.
Dan kali ini ceritanya bakal aku lanjutin sampe ending, so keep vomment ya!

--

Instagram : evezahava
Line ID : Leslie.2

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ComplicatedWhere stories live. Discover now