Jangan pernah takabur, atau kau akan dibuat 'nya' kabur!
"Kali ini saya ndak mau memperumit masalah. Kamu ndak tak hukum kali ini. Tapi saya ndak segan-segan tarik kupingmu kalau kamu pecicilan lagi, Asiyah!" kata pak Sirino berkacak pinggang."Iya pak. Janji deh" jawab Asiyah yang mulai bosan mendengar ocehan medok guru paruh baya itu.
Katanya nggak mau memperpanjang masalah, tapi dari tadi yang dibilangin ke gue itu itu terus. Bosen gue dengernya—batin Asiyah.
"Astahgfirullah.." gumam Asiyah usai merutuk di dalam hatinya.
"Kenapa kamu istighfar? Mbok pikir saya setan apa?" ujar pak Sirino.
"Iih si bapak, memangnya istighfar diucapin pas lagi liat setan doang? Ada ada aja deh bapak. Yaudah pak, Asiyah mau ke kelas dulu. Assalamualaikum" Asiyah pun keluar dari ruangan pak Sirino setelah sebelumnya menangkupkan kedua tangannya ke dada.
"Duuh, Ichi ngantuk banget ya Allah. Kalo ke kelas, pelajaran sejarah. Mana tiga jam. Bolos sekali nggak papa ya ya Allah, Ichi janji nggak nakal lagi deh" Asiyah bergegas menuju rooftop usai bermonolog.
✩✩✩
🎶 Just close your eyes
The sun is going down
You'll be all right
No one can hurt you now
Come morning light
You and i'll be safe and sound..🎶Pletak!
Sebuah spidol mendarat tepat di kepala lelaki dengan telinga tersumbat earphone putih itu.
Sial! Quality sleep gue!!
"Bangun atau keluar dari sini, Avaro!" Seru bu Zelniar, guru fisika yang pelit senyum itu.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Avaro pun beranjak dari kursinya dan melangkah keluar kelas. Masih dengan telinga yang tersumbat kabel putih itu. Ia akan mengunjungi spot ternyamannya dimana tak ada satupun yang bisa mengganggunya, termasuk makhluk astral yang menetap disana.
Selain kesal karena tidurnya terganggu oleh guru berkaca mata itu, Avaro juga tidak minat belajar fisika. Yah, walau diakui bahwa Avaro bukanlah siswa yang bodoh sekalipun bolos sekolah.
✩✩✩
Angin sepoi-sepoi bertiup damai. Mengibarkan jilbab lebar gadis yang tengah memejamkan matanya itu. Menikmati ketenangan yang disuguhkan di tempat itu. Rooftop.
"Haaahhh... Ternyata hoax doang isu dari Rifa si biang gosip. Apaan serem, orang bagus gini kok pemandangannya. Udaranya sejuk. Ayem tentrem bangetlah pokoknya di sini. Hmm.. kayanya atap sekolah bakal jadi tempat pelarian Ichi deh hihi.." ucap Ichi yang asyik bermonolog.
Ia begitu meresapi setiap hembusan udara yang menerpa. Hingga sesuatu mengusik ketenangannya.
Krrukkk..
Asiyah terkejut akan suara seperti kuku panjang yang digarukkan ke kayu. Ia mencoba untuk tidak panik. Dilihatnya sekeliling, namun tetap tak ada siapapun di sana. Hanya ia dan beberapa meja beserta kursi yang tak terpakai di pojokan.
Krrukk.. krrukkk
Suara kuku itu kembali terdengar. Kuduknya meremang. Keringat dingin mulai mengucur di tubuhnya. Oh ayolah. Asiyah adalah gadis penakut, terlebih soal dimensi lain.
Gue harus pergi dari sini—batinnya.Ia pun bergegas pergi dari atap itu. Namun tepat di langkah ke tiga, pintu yang menghubungkan rooftop ke lantai bawah seketika tertutup
dengan keras.Asiyah yakin saat itu tak ada angin yang berhembus. Ada pun, tak akan sampai menghempaskan pintu besi itu. Apa lagi ini?
Asiyah berlari mendekati pintu itu. Mencoba memutar knop besar yang menempel pada tengah pintu itu. Nihil.
Tak ada pergerakkan dari pintu di depannya itu.."Tolonggg... siapapun tolong guee.." pekik Asiyah sembari menggedor-gedor pintu.
Hihihihihii ... Hihihihii
Tulang-tulang Asiyah melemah kala mendengar tawa wanita yang nyaring itu. Tangannya refleks berhenti memukul pintu besi di hadapannya. Bulir-bulir peluh meluruh dari pelipisnya. Perlahan, Asiyah memutar kepala ke arah kanan. Memastikan hal yang diragukannya.
Dan. . .
"Aaaaaaa.."
Duh, gaje thor! Maaf deh ya atas keabsurdan ceritanyaa T_T
Voment juseyeo^^
Semua part akan direvisi setelah cerita ending😳#Loveyourself
@Mel
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Serupa Hujan
Teen Fiction"Satu yang harus kalian ingat. Hati wanita itu bagaikan air jernih. Jika sudah tercampur setitik kotoran, maka seluruhnya akan kotor!" -Asiyah Davichi- . . . "Jangan pernah kau jadikan korban hatimu atas emosimu" -Muhammad Elvaniro Domani- . . . Ken...