BAB 1
" ' JODOH ' itu umpama sungai Nil dan Mesir, tanpa sungai Nil tidak akan ada Mesir, tanpa sungai Nil tidak akan ada peradaban, tidak akan ada kehidupan. Yang ada hanya gurun pasir. Saya yakin Allah akan menberikan yang terbaik buat semua hambaNya, oleh itu bangkitlah sahabat-sahabat, hilangnya cinta manusia bukan bermakna kita putus harapan untuk hidup. Pandanglah ia dari sudut positif, kita pasti dapat menempuhi keperitan itu dengan baik. In sha Allah " ujar seorang ustazah cinta dalam bulatan usrah untuk mendidik jiwa sang remaja.
Aku terduduk, merenung lantai. Yang lain masih kusyuk dengan sambungan tazkirah ustazah itu, maklum lah tentang hati, tentang cinta dan sebagainya yang perlu bagi seorang yang bernama manusia. Dan, dalam hati ini masih lagi belum bertapa seorang putera. Tidak tahu lah kenapa aku merasa tidak perlukan putera itu tika masih dalam perjuangan. Merasakan itu cuma sia-sia.
" huh " keluhan dilepaskan.
" kenapa ? " soal Imani
" kenapa apa ? " aku menyoalnya kembali.
" tak ada lah, yang awak mengeluh tu kenapa aisy ? "
aku menggelengkan kepala. Tanda tidak ada apa-apa. Dan, Imani kembali menyambung tazkirah yang masih berbaki. Aku juga turut memasangkan telinga menadah ilmu.
' mengapa perlu difikirkan soal cinta, sedangkan hati tidak ke arah itu '
Usai saja tazkirah, pelajar tingkatan enam diminta untuk kembali ke kelas masing-masing. Aku mengatur langkah bersama Imani.
" Aisy, aku ada benda nak bagitahu ni " ujar Imani.
" Apa dia ? "
" Aku sebenarnya suka dekat... " sengaja dia panjangkan dekat dia tu.
" Dekat sapa ? " soalku dengan kening mengerut.
" Dekat abang senior kita tu.. tahun ni dia akan ke Jordan kan ? ".
" Ohh, kau suka dia ek ? Tak tahu lah aku, dia pergi mana, tak amik tahu ! "
" Kau ni kan, eiii memang sakit hati kalau cakap apa-apa pasal ni, menyampah betul " bentak Imani.
Aku terkekek ketawa dengar kemarahan Imani. Memang dia selalu merasakan aku tidak mempunyai perasaan terhadap mana-mana lelaki dalam dunia ni.
" Auch ! "
Bahu kiri aku dicubit.
" Sakit lah mek ! "
" Padan muka " balas Imani sambil menjelir lidahnya.
" hahaha " tawa kami memecah kesunyian lorong, kerana dah ramai yang sudah pun memasuki kelas.
Lantas aku memeluk bahunya lalu mengorak langkah sama-sama menuju ke kelas.
Kelas kami yang tidak bercampur dengan kaum lelaki sikit menyelesakan kami sebagai kaum hawa, tidak terbatas dalam melakukan apa-apa. Kelas elit perempuan sahaja. Tapi, bila diluar kelas tetap perlu menjaga batas ugama.
YOU ARE READING
Cinta Yang Tertangguh
Actiontentang pengorbanan seorang muslimah demi cintanya dan cita-citanya, demi ugamanya. Dia sanggup korbankan perasaannya, jiwanya demi cita-citanya dan ugamanya. Gadis yang berjiwa ugama, patuh pada Allah dan Rasul. memiliki ketaatan yang begitu teguh...